Kalau pembunuhnya adalah Daniel, dia tidak akan ketahuan selamanya!Namun, setelah Yasmin memikirkannya, itu tidak mungkin.Kalau Daniel sungguh ingin meregangkan hubungan Yasmin dan Klara dengan menyalahkan Klara, sekarang tantenya sudah dikeluarkan. Apa Daniel akan melakukan sesuatu setengah-setengah?Terlebih lagi, kalau Daniel benar-benar ingin mencelakai Klara, untuk apa dia berbelit-belit seperti ini?Yasmin merasa, meskipun Daniel menakutkan dan kejam, dia selalu melakukan sesuatu dengan tegas. Dia tidak akan pernah memberi orang jalan keluar.Jadi, kalau bukan Klara dan Daniel, siapa?Pikiran Yasmin terasa kacau.Ketika Yasmin berpikir harus menjemput anak-anaknya setelah dia pulang kerja, dia merasa takut dan sakit kepala.Tepat pada saat ini, ponselnya berdering.Peneleponnya adalah nomor asing.Yasmin menjawabnya, lalu berkata, "Halo?""Halo, ini dari Akademi Pinokio. Untuk lebih meningkatkan sistem pendidikan, sekolah kami telah menawarkan bus sekolah. Saya ingin tahu apaka
"Mana boleh begitu? Mereka memanggilku Papi, loh!"Wajah Yasmin langsung memerah. "Kamu ....""Bercanda."Yasmin berpikir, 'Aku tahu kamu hanya bercanda, tapi apa kamu nggak keberatan? Apa kamu tahu itu berpengaruh buruk padamu? Orang yang nggak tahu apa-apa akan mengira kamu sudah punya tiga anak.'"Lagi pula, itu bukan hal buruk. Saat kamu, 'pasangan' palsuku nggak ada, ada tiga anak itu yang bisa melindungiku dari wanita lain. Efeknya juga lebih kuat.""Sepertinya kamu sangat nggak menyukai kepopuleranmu.""Tergantung orangnya," ucap Raymond.Yasmin tertawa, kemudian dia mengingat hal sebelumnya dan berkata, "Aku benar-benar berterima kasih padamu karena sudah membantuku merahasiakan hal tentang anak-anak. Aku juga meminta maaf karena Daniel sudah mempersulitmu ....""Makanya, saat aku mengingat aku sedang merahasiakan anak-anak Daniel, aku merasa jauh lebih baik."Yasmin langsung tertawa, kemudian berkata, "Ya, begini juga bagus."Setelah itu, kedua orang itu terdiam selama beberap
"Nggak, terima kasih. Aku masih harus pergi bekerja.""Rumah Sakit Bedah Plastik Jelita, ya?"Yasmin terkejut, kemudian dia sudah mengingat siapa wanita itu. "Kamu ... temannya Martin?"Ketika Yasmin pergi ke Rumah Sakit Bedah Plastik Jelita untuk pertama kalinya dan berpapasan dengan Martin, wanita yang berdiri di sebelah Martin adalah wanita itu."Kami bukan termasuk teman, kami hanya pernah berbicara beberapa kali sebelumnya. Lalu, dengar-dengar dia dekat dengan bos Rumah Sakit Bedah Plastik Jelita, jadi aku memintanya memperkenalkanku.""Oh, begitu," ucap Yasmin."Bagaimana kalau aku mengantarmu? Mobilku di tempat parkir depan itu saja. Kebetulan aku mau pergi ke Rumah Sakit Bedah Plastik Jelita untuk tatoku.""Em .... Nggak perlu. Lagi pula, sudah dekat juga. Aku bisa jalan kaki," tolak Yasmin.Wanita ini mengenal Martin. Tidak baik dekat-dekat dengannya."Wajahmu pucat sekali, pasti sangat susah untukmu berjalan kaki, 'kan?" tanya Rachel.Yasmin bimbang sejenak, lalu pada akhirny
Yasmin memakai celananya, mendorong pintu, lalu keluar dari kamar mandi. Rekan kerja yang melihatnya basah kuyup pun sangat terkejut.Yasmin langsung berjalan ke ruang istirahat staf.Stella beserta beberapa orang sedang berbicara dengan gembira di dalam.Ketika mereka melihat tampang Yasmin yang basah kuyup dan menyedihkan, mereka tertawa."Apakah pelanggan yang kamu bawa hari ini layak kamu rayakan dengan menyiram air pada diri sendiri?""Hanya beberapa puluh juta. Komisi yang kamu dapat juga baru empat juta.""Orang miskin sepertimu nggak pernah melihat uang, ya?""Bukankah dia punya pendukung? Apa eksekutif senior itu tidak memberinya uang?""Uang pria nggak mudah diambil ...."Yasmin menahan amarahnya sambil bertanya, "Tadi siapa yang pergi ke kamar mandi? Siapa yang menyiramku?"Begitu pertanyaan itu dilontarkan, semua orang tampak bingung. "Apa yang kamu katakan?"Yasmin berjalan menghampiri Stella. "Kamu?"Stella tertawa sinis. "Yasmin, jangan memfitnah orang. Apa kamu melihat
"Yasmin, kamu jangan berakting di sini! Kalau kamu begitu pandai berakting, kenapa kamu nggak menjadi aktris saja?" kata Stella dengan sinis.Polisi berkata, "Raut wajahmu terlihat sangat buruk! Apa kamu sedang sakit?""Ini karena dia menyiram air dingin padaku. Aku berjongkok sebentar ...." Yasmin berdiri dari kursi, kemudian berjongkok di lantai. Dia pun merasa lebih nyaman daripada sebelumnya."Yasmin, kamu curang! Selain itu, bukan aku yang menyirammu!" Stella tidak mengaku karena tidak ada yang melihatnya."Aku melihat sepatumu. Hanya kamu yang nggak memakai sepatu kerja," kata Yasmin.Ekspresi Stella menjadi panik, kemudian dia tanpa sadar melihat sepatunya.Hari ini dia memang tidak memakai sepatu kerjanya.Akan tetapi, apa Yasmin benar-benar melihatnya? Bisa jadi Yasmin menipunya?"Kamu jangan beromong kosong. Bukan aku yang menyirammu!" Stella tetap tidak mengaku.Yasmin malas bertengkar dengan Stella.Perutnya sakit. Sekujur tubuhnya basah. Keningnya terasa dingin dan berkeri
Daniel menatap Yasmin yang sedang meringkuk dan terlihat sedih dengan minat."Mau pergi ke mana?" tanya Daniel.Yasmin tercengang. Apa Daniel sedang bertanya padanya?Sebelumnya bukankah mereka langsung pergi ke suatu tempat? Sejak kapan Daniel peduli pada pikiran Yasmin?Pria ini selalu sulit untuk ditebak.Melihat Yasmin tidak menjawab, Daniel pun memerintah sopirnya, "Ke rumah sakit."Dulu ketika Yasmin masih muda, tidak peduli betapa sakitnya perutnya, dia tidak pernah pergi ke rumah sakit. Pada akhirnya, dia tidak pernah mengalami kram sesakit ini.Setelah mereka pergi ke rumah sakit, mereka menemui Helen.Yasmin duduk di kursinya dan tampak kelelahan.Helen bertanya, "Apa yang sakit?""Nyeri haid."Helen terkejut, kemudian dia melirik ke arah pria yang sedang duduk di kursi sebelah.Jadi, Daniel membawa Yasmin kemari karena dia nyeri haid?Daniel seperti orang tua yang membawa anak mereka kemari untuk berkonsultasi ....Hal terpenting adalah orang ini Daniel Guntur!Apa dia sudah
"Ugh ...." Perutnya langsung terasa sakit sehingga Yasmin mengerutkan keningnya. Yasmin bersandar pada bahu Daniel dan berkata, "Lihat aku sekarang .... Kamu nggak tertarik, 'kan?"Daniel mengangkat dagu Yasmin dan wajah Yasmin tampak pucat. Daniel mengusap bibir lembut Yasmin dengan jempolnya. "Kamu benar." Daniel mendekatkan bibirnya ke telinga Yasmin. "Lain kali."Setelah itu, dia menggigit telinga Yasmin dengan kuat."Aduh!" Tubuh Yasmin langsung menegang.Dasar orang gila!Setelah mobil berhenti, Yasmin keluar.Daniel menurunkan Yasmin di kompleksnya.Yasmin percaya, meskipun dia tidak pergi ke Rumah Sakit Bedah Plastik, dia tetap akan menerima gaji.Dia penasaran apakah Stella sudah ditangani atau belum.Kalau Stella benar-benar ditangani, para rekan kerja dan bahkan semua pemimpin Rumah Sakit Bedah Plastik akan "kagum" pada Yasmin.Nyeri haidnya hilang setelah dia beristirahat selama dua hari. Haidnya belum berhenti, tapi itu tidak akan memengaruhi pekerjaan Yasmin.Dia pun perg
"Ternyata ada masanya Nyonya Sandra nggak percaya diri?" kata Raymond sambil tersenyum."Ini nggak sama. Lalu, dia masih memanggilmu Pak Raymond. Apa kalian belum jadian? Sebenarnya ...."Di ujung telepon, Rachel meminta maaf, "Maaf, Nona Yasmin. Untuk saat ini aku ada urusan, jadi sepertinya kita harus ganti hari. Apa kamu sudah sampai?"Yasmin tidak ingin membuat Rachel segan. Lagi pula, semua orang bisa mendapatkan urusan mendadak. Jadi, Yasmin berkata, "Aku belum sampai. Nggak apa-apa."Setelah menutup telepon, Yasmin sungguh merasa sedikit canggung.Kalau dia tidak pergi, dia juga tidak sanggup membayar tempat ini.Oleh karena itu, dia memutuskan untuk pergi.Dia berbalik untuk berpamitan dengan Raymond dan ibunya. "Pak Raymond, temanku ada urusan, jadi dia nggak jadi datang. Aku pergi dulu, ya. Silakan menikmati makanan kalian.""Kalau begitu, bagaimana kalau kamu makan bersama kami? Kamu juga sudah datang dan kamu tetap harus makan malam, 'kan?" ajak Sandra dengan ramah."Ha? Ng