Yasmin berjalan ke sana untuk menggendong mereka. "Ayo makan dulu. Kakek sedang tidur.""Apa Kakek nggak lapar?" tanya Julia."Suster akan memberikan Kakek suntikan nutrisi," jawab Yasmin."Aku tahu. Itu untuk menggantikan makanan," ucap Julius."Benar." Yasmin tersenyum dengan paksa.Saat mereka makan, Yasmin bertanya, "Ibu, suster bilang kamu tidur di sini semalam?"Klara yang ketahuan berkata, "Tidur di mana sama saja.""Bagaimana itu bisa sama? Bagaimana kalau kamu sakit?" kata Yasmin sambil mengernyit.Saat Klara melihat mata besar anak-anak sedang tertuju padanya, dia terpaksa setuju, "Aku tahu. Aku nggak akan tidur di sini lagi."Ada yang membuka pintu kamar pasien. Irene masuk dari luar, kemudian berkata, "Kamu memang nggak boleh tidur di sini. Orang lain bisa mengira yang berbaring di ranjang itu suamimu!"Yasmin menebak Irene mengatakan itu dengan sengaja agar anak-anak mendengarnya. Ekspresinya pun menjadi masam.Dahlia muncul dari belakang Irene. Dia menyindir, "Kalian seda
Setelah mereka kembali ke Taman Royal, Yasmin tidak melihat Daniel. Tony berkata Daniel sedang bekerja di ruang kerja.Maka itu, Yasmin menemani anak-anak ke kamar dan memandikan mereka.Julia adalah perempuan, jadi dia mandi berpisah dengan kedua kakaknya.Yasmin memandikan kedua anak laki-lakinya dulu. Terakhir, dia berendam bersama Julia.Sebenarnya, Yasmin bisa meminta pelayan untuk memandikan anak-anak.Namun, Yasmin ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan anak-anak. Jadi, dia memilih untuk melakukannya sendiri.Julia meletakkan gelembung di atas kepalanya, kemudian dia menggoyangkan kepalanya. "Mama, cantik?"Yasmin memeluknya sambil tersenyum. "Cantik.""Aku juga mau melakukannya untuk Mama." Julia mengambil gelembung, lalu menaruhnya di atas kepala Yasmin. Setelah itu, Julia tertawa terbahak-bahak."Ada apa?" Yasmin menoleh untuk melihat cermin. Dua "tanduk" muncul di atas kepalanya. Dia pun tertawa. "Aku sudah menjadi apa ini?""Rusa!" ucap Julia.Yasmin menggoyangkan kep
Daniel seperti seekor serigala yang menunggu untuk menikmati mangsanya. Bagaimana mungkin dia akan melewatkan kesempatan ini?"Kalian tidur dulu. Nanti kita lihat," kata Yasmin."Oh, aku tahu. Papa dan Mama mau pergi berkencan, 'kan?" tanya Julia.Berkencan? Itu sebuah pengorbanan dan permintaan.Berkencan terdengar terlalu romantis.Hubungan Yasmin dengan Daniel tidak bisa mencapai sampai langkah itu.Setelah membujuk anak-anak untuk tidur, Yasmin baru pergi ke kamar Daniel.Saat ini Daniel sudah mandi. Dia sedang berbaring di tempat tidur dan lengannya ditekuk menjadi bantal. Matanya terpejam. Yasmin tidak tahu apa Daniel sudah tidur atau belum.Yasmin berharap dia sudah tidur. Dengan begitu, Yasmin bisa kembali ke kamar anak-anak.Dia mendekat untuk melihat dengan saksama.Dia harus mengakui kalau Daniel memiliki wajah yang tampan dan keren.Lebih tepatnya, karena tampang Daniel tampak sangat dingin, orang lain tidak bisa melihat ketampanannya.Dia seperti binatang buas yang sedang
"Itu ... Tony ...." Yasmin memalingkan mukanya, kemudian dia memberi tahu Daniel dengan susah payah.Tatapan mata Daniel menjadi tajam dan ekspresinya tampak dingin.Suasana hatinya menjadi buruk karena dia diganggu.Dia bangun dan merapikan piamanya. Setelah itu, dia pergi membuka pintu kamar tidur dengan kuat. "Lebih baik ini urusan penting!""Ibunya Nona Irene menelepon Anda. Dia bilang Nona Irene menghilang," ucap Tony.Yasmin yang sedang berbaring di tempat tidur tercengang. Irene?Tony berkata, "Ponsel Anda berada di ruang kerja, jadi dia menelepon saya. Nyonya Suharly bilang Nona Irene khawatir ayahnya nggak bisa bangun, jadi dia pergi ke kuil di gunung untuk berdoa. Kemudian, Nona Irene menghilang. Nyonya Suharly ingin meminta Anda untuk tolong mencari Nona Irene."Daniel menenangkan rasa kesalnya, lalu dia memerintah, "Berikan ponselku.""Baik."Daniel masuk ke kamar tidur. Dia menatap Yasmin yang sedang dibungkus selimut. "Kamu sudah mendengarnya?""Nyawa orang lebih penting,
"Emm ...." Yasmin tercengang.Pelayan wanita di samping tertawa."Mama, apa kita pergi menemani Kakek dan Nenek hari ini?" tanya Julia."Nanti kita tanya Papa," ucap Yasmin.Ini bukan keputusan yang bisa dibuatnya."Papa pasti setuju," kata Julia."Kita tetap harus memberi tahu Papa," kata Yasmin.Yasmin membawa anak-anak turun, kemudian dia meminta pelayan menemani anak-anak makan. Yasmin bertanya pada Tony, "Di mana Daniel? Apa dia ada di ruang kerja?""Semalam setelah Tuan Daniel keluar, dia belum kembali. Bagaimana kalau Nona Yasmin meneleponnya? Mungkin telah terjadi sesuatu?" ujar Tony.Yasmin merasa seharusnya tidak terjadi apa-apa. Daniel begitu kuat. Siapa yang berani macam-macam dengannya?"Jangan khawatir. Dia pasti sedang menemani Irene." Setelah itu, Yasmin menuju ke ruang makan.Tony menatap punggung Yasmin dengan aneh. Apa Yasmin tidak peduli? Dia terlihat sangat santai saat dia mengatakan itu. Padahal, Tony sengaja memintanya menelepon Daniel ....Sedangkan menurut Yasm
"Kapan kamu bisa memulai bekerja?" tanya Yasmin.Lauren menjawab, "Sekarang aku bisa.""Oke." Yasmin berdiri. "Mike, ajar dia.""Baik, Bu Yasmin."Yasmin kembali ke kantor. Dia baru saja masuk, lalu kakinya berhenti bergerak. Dia tercengang melihat pria yang sedang duduk di kursinya itu. Daniel?Kapan dia datang? Apa dia tidak perlu menemani Irene?Setelah Yasmin tenang, dia menutup pintu dan bertanya, "Ada apa kamu mencariku?""Apa wawancaramu berjalan dengan baik?" Daniel bersandar di kursinya dengan satu tangan diletakkan di tepi meja."Iya. Dia sudah mulai bekerja." Karena kursinya diduduk, Yasmin berdiri di depan meja sambil membuka dokumennya."Apa kamu nggak mau bertanya aku pergi ke mana semalam?" kata Daniel dengan ekspresi dingin.Yasmin tidak dapat memahami isi hati Daniel. Dia pun berkata dengan jujur, "Kamu menemani Irene, 'kan?""Dia pergi ke kuil semalam, lalu dia terjatuh dari gunung dan terluka. Tapi, dia baik-baik saja.""Bagaimanapun juga, dia putri Ayah. Nggak boleh
Yasmin tidak takut. Dia tahu dia akan baik-baik saja karena ada anak-anak."Aku nggak menyentuhnya," kata Daniel dengan suara rendah.Yasmin mendongak untuk menatap Daniel. Apa Daniel sedang menjelaskan kepadanya?Daniel bertanya, "Apa kamu senang? Apa hatimu terasa tenang sekarang?"Yasmin memalingkan mukanya dan diam saja."Minggir," ucap Daniel.Setelah Yasmin sadar, dia buru-buru menggeser ke samping."Tentang anak-anak, kamu saja yang membuat keputusan." Setelah Daniel mengatakan itu, dia menarik pintu dan pergi.Yasmin merasa lega, lalu dia pelan-pelan menutup pintu.Apa Daniel perlu menjelaskannya?Tentu saja dia tidak bisa menyentuh Irene semalam karena Irene terluka.Setelah Dahlia menelepon, dia bergegas menuju ke kamar Irene. "Raffie bilang Daniel pergi ke perusahaan ayahmu, tapi sebentar saja. Setelah itu, dia pergi.""Itu berarti tujuanku sudah tercapai," kata Irene sambil menahan amarah."Iya. Dari kejadian semalam, kita bisa melihat kalau Daniel lebih peduli padamu," uja
Irene memanggil Tony, lalu berkata, "Nanti ketika anak-anak sudah bangun, aku saja yang mengantar mereka."Karena kejadian seafood sebelumnya, Tony memiliki trauma. Dia berkata, "Terima kasih, Nona Irene. Tapi, biarkan saya saja yang mengantar mereka.""Mereka juga anak-anakku. Kalau kamu khawatir, kamu boleh ikut," kata Irene."Bukan itu maksudku," ucap Tony.Irene memberitahunya, "Tony, jangan lupa kalau aku baru calon istri Daniel. Ini sangat penting." Ada orang yang boleh memejam sebelah mata, tapi ada yang tidak boleh.Terutama dia.Dia harus mempertimbangkan banyak hal dengan hati-hati."Saya mengerti." Tony menundukkan kepalanya.Irene sangat puas. Dia berdiri, lalu berkata, "Aku juga mau tidur sebentar."Sore hari, Yasmin pergi ke rumah sakit. Namun, dia hanya melihat Klara seorang."Apa Dahlia ada datang hari ini?""Suster bilang dia datang tadi siang, tapi sebentar saja. Jangan berharap pada orang sepertinya." Klara sudah mengenal Dahlia beberapa tahun. Bagaimana mungkin dia