Itu berarti ikan yang tadi Daniel tangkap juga tidak boleh dimakan.Dia memancing hanya untuk menggoda orang!Yasmin memandangi laut dan menghela napas. Ini pertama kalinya dia bersenang-senang sehingga dia lupa kalau dirinya tidak boleh makan seafood. Dia masih ingin makan telur kukus bulu babi?Ketika dia membalikkan tubuhnya, dia melihat pengawal hendak membuang bulu babi ke laut. Dia segera menghentikan pengawal dan berkata, "Apa kamu bisa nggak membuangnya? Aku nggak boleh makan, tapi orang lain boleh. Aku ingin memberikannya kepada orang."Pengawal tampak dilema. Bagaimanapun juga, Daniel telah memerintahkannya untuk membuangnya."Nggak apa-apa. Kamu meletakkannya saja dulu. Aku akan bilang kepada Daniel." Yasmin mengejar Daniel, kemudian dia berkata, "Kak, bulu babinya jangan dibuang, ya? Aku mau membawanya pulang dan memberikannya kepada orang."Daniel menatap Yasmin dengan tajam. Beberapa saat kemudian, Daniel baru berkata, "Letakkan."Yasmin memandang punggung Daniel dan dia
"Apa Papa akan tidur bersama kita?" Julius melihat Daniel yang sedang duduk di sofa dengan matanya yang besar."Kalian pergi dulu. Nanti Papa akan menyusul," jawab Daniel. Lalu, dia melirik Yasmin sekilas.Dengan wajah cemberut, Yasmin menarik anak-anak turun dari geladak.Apa Daniel hanya sembarangan menjawab anak-anak atau dia akan benar-benar datang?Namun, tempat tidur di kapal pesiar lebih kecil daripada yang di Taman Royal.Ketika Daniel memasuki kamar, Yasmin dan anak-anak sudah tertidur.Padahal baru lima menit yang lalu.Mereka tidur dengan sangat nyenyak. Anak-anak tidur di samping Yasmin.Pemandangan itu membuat Daniel diam untuk waktu yang sangat lama.Akan tetapi ....Daniel menekan satu tangan di sebelah bantal, lalu dia memegang rahang Yasmin dengan tangannya yang lain. Dia berkata dengan berbahaya, "Apa kamu sengaja tidur di tengah anak-anak agar aku nggak bisa tidur?""Ngg ...." Yasmin bergumam dengan tidak jelas. Dia membalikkan tubuhnya, kemudian dia memeluk Julian y
Lauren berjalan tanpa menghiraukan mereka.Beberapa pria itu bersiul ke arah Lauren, tapi Lauren berpura-pura tidak mendengar mereka.Puntung rokok jatuh di depan kakinya dan itu membuatnya tiba-tiba berhenti.Lauren tidak mengucapkan sepatah kata pun dan lanjut berjalan.Salah satu preman langsung menghalangi jalannya."Hai, Cantik. Kamu mau pergi ke mana? Apa kamu mau Kakak menemanimu? Kami punya waktu sekarang." Tatapan pria itu terlihat sangat cabul.Beberapa pria yang tadi bersandar di dinding telah mengelilingi Lauren sehingga Lauren tidak bisa berjalan maju maupun mundur."Nggak perlu. Apa kamu bisa meminggir?" tanya Lauren."Kenapa kamu nggak perlu? Kamu terlihat sangat memerlukannya." Pria di depannya berjalan mendekat.Lauren mundur selangkah, lalu dia melewati dari samping pria itu dan mempercepat langkahnya."Cantik, jangan pergi, dong." Preman itu meraih bahu Lauren.Tatapan mata Lauren menjadi tajam. Dia menangkap tangan preman itu dengan tangan kirinya, kemudian dia mena
Lauren melirik Bentley yang diparkir di pinggir jalan, lalu bertanya, "Kenapa Tuan Evan bisa ada di sini?""Bukankah kamu melihatku di kamar pasien?" Evan tertawa. "Aku sedang mencari makan di sekitar, lalu aku nggak menyangka akan menemukanmu diganggu preman. Untung aku melihatmu. Kalau nggak, gawat nanti.""Terima kasih banyak," kata Lauren lagi."Begitu saja?""Apa?" Untuk sesaat, Lauren tidak paham maksud Evan."Kebetulan aku belum makan, bagaimana kalau kita makan bersama?" ajak Evan. "Kamu adalah asisten keponakanku. Seharusnya kamu tahu apa yang enak di Kota Imperial, 'kan?"Kalau itu dulu, Lauren pasti akan menolak. Namun, Evan sudah menyelamatkannya dan dia sudah menunda waktu makan Evan.Terlebih lagi, Evan adalah pamannya Yasmin. Meskipun begitu, Lauren masih merasa gelisah."Tapi, aku sudah makan." Lauren mencari alasan. "Aku bisa merekomendasikan tempat untukmu.""Begini saja, besok aku sudah mau kembali ke Kota Greya. Bagaimana kalau kita makan malam bersama?" tanya Evan.
Evan meminum anggur merahnya sambil memperhatikan wajah Lauren. Setelah dia meletakkan gelasnya, dia bertanya, "Apa ini pertama kalinya kamu meminum anggur merah?""Di pekerjaanku yang sebelumnya, aku perlu minum saat pergi bersosialisasi." Lauren meletakkan gelas anggurnya, lalu dia berkata, "Kamu sudah menyelamatkanku dan kini kamu mentraktirku. Tuan Evan, aku sangat terkejut."Jemari Evan yang panjang menggoyang-goyang gelasnya dengan pelan. "Kalau begitu, apa kamu bisa menjelaskan padaku kenapa kamu terlihat sangat takut setiap kali melihatku? Sepertinya dulu kita nggak saling kenal, 'kan?""Maaf sudah bersikap nggak sopan." Lauren menjelaskan padanya, "Itu karena wajahmu sangat mirip ... dengan suamiku. Suamiku adalah pembunuh, tapi dia sudah meninggal setelah dihukum. Jadi, ketika aku melihat wajahmu yang sama persis dengannya, aku takut.""Apa kami benar-benar begitu mirip?" Evan mengangkat alisnya dan terlihat penasaran."Iya. Hanya saja, kamu memakai kacamata, tapi dia nggak."
Lauren tersenyum. "Baik."Yasmin memberi Lauren karena Lauren adalah asisten pribadinya. Dia tidak memberikannya pada orang lain karena dia takut mereka akan bergosip.Kalau ada yang tidak diberikan, itu akan membuat orang kesal.Yasmin bekerja sepanjang pagi. Siang hari, dia dan Lauren pergi ke rumah sakit.Sekarang kondisi Klara sudah baik-baik saja, jadi dia tidak mungkin bisa berbaring saja.Yasmin menemukan Klara sedang di sisi Andy dan memijatnya."Bu."Saat Klara melihat Yasmin, wajahnya berseri-seri. "Kapan kamu kembali?""Semalam. Kamu nggak terus berada di sini, 'kan?""Nggak. Kalau kamu nggak percaya, kamu boleh menanyakan suster," bohong Klara."Kalau begitu, apa kamu tahu aku mengirim bulu babi kemari?" tanya Yasmin. "Aku mengirimkannya ke kamarmu. Seharusnya pagi ini itu sudah sampai.""Oh, itu ...." Karena Klara sudah ketahuan, dia tertawa. "Aku lelah berbaring terus, jadi aku datang ke sini. Aku juga nggak melakukan hal-hal yang capek. Lagi pula, berjalan-jalan bagus un
"Aku tahu. Tapi, kenapa kamu bersikeras ingin bekerja sama denganku? Perusahaanku termasuk perusahaan kecil, sedangkan Grup Samson selalu bekerja sama dengan perusahaan besar." Yasmin tidak bisa menyembunyikan perasaan waspadanya."Bukankah aku sudah bilang karena kita satu keluarga? Selain itu, masih ada satu alasan penting ...." Evan melirik Lauren yang sedang meletakkan cangkir kopi di depannya."Apa itu?" tanya Yasmin."Ayahku sudah nggak sesehat dulu. Aku ingin menggunakan kerja sama ini untuk mendekatkan ayahku dan kakakku. Tak peduli bagaimana kamu membelah ayahmu dulu, bagaimana kamu bisa tahu isi hati mereka? Mungkin mereka hanya perlu satu kesempatan," ujar Evan."Ayahku sudah kecelakaan mobil dan sedang koma. Mau kesempatan seperti apa lagi baru bisa membuat kakek yang nggak pernah aku bertemu muncul?" sindir Yasmin."Orang tua memang keras kepala. Maka itu, sekarang aku ingin menjadi penengah mereka." Evan terlihat sangat tulus. "Selain itu, dia nggak tahu kalau kecelakaan
Lauren tercengang, kemudian dia tanpa sadar melirik ke arah Yasmin. Setelah dia melihat ekspresi terkejut Yasmin, dia tahu kalau bukan Yasmin yang menyebarkannya.Jadi, Lauren menyangkal, "Nggak. Aku nggak menerima bulu babi dari Bu Yasmin."Raffie lanjut mengejek, "Bagaimana mungkin nggak? Bukankah kamu yang memberitahuku kalau Bu Yasmin memberikanmu bulu babi?"Bagaimana mungkin Lauren memberitahunya? Dia langsung paham kalau orang ini sedang memfitnahnya. "Kapan aku memberitahumu?""Kemarin setelah kita pulang kerja.""Di mana? Apa aku ada bertemu denganmu? Atau ingatanku yang buruk? Bagaimana kalau kita mengecek rekaman CCTV perusahaan?" kata Lauren sambil membagikan dokumen."Ingatanmu benar-benar buruk. Kita berpapasan di stasiun kereta."Setelah Lauren selesai membagikan dokumen, dia duduk dan berkata, "Jalan ke stasiun kereta ada kamera CCTV. Kita bisa mengeceknya.""Ngapain kamu serius sekali? Nggak ada yang akan merebutnya darimu. Kamu pergi ke stasiun kereta sambil membawa k