Share

Teman yang kocak

Sepanjang jalan, Carlos diam tak berkomentar apa pun, tapi sedari tadi dia senyam-senyum sendiri. Dia mengemudikan mobil menuju Rumah Sakit Daire sesuai arahan rekan barunya, Ramsey. Carlos pikir, Ramsey hanya bercanda, sebab logikanya tidak bisa mencerna bagaimana Ramsey punya niat untuk membantu seorang wanita miskin yang baru saja dikenal.

Setibanya di rumah sakit, Carlos menunggu di mobil. Sementara Ramsey dan Annita bergegas menuju ruang perawatan ibunya. Sesampainya di sana, Ramsey kaget begitu tahu kondisi ibunya Annita yang sedang terbujur lemah di atas ranjang perawatan. Jika tidak dioperasi dalam waktu dekat, beliau bisa meninggal.

Karena tidak bisa berlama-lama, akhirnya Ramsey pamit kepada Annita dan memberikan uang tunai yang ada di dompetnya. Saat itu Ramsey hanya punya tunai tak lebih dua ratus dollar. Dia memberikan semua uangnya untuk Annita. “Uang ini untuk keperluan mu selama beberapa hari ke depan. Kau tidak perlu mengkhawatirkan soal biaya rumah sakit.”

Annita menatap heran. “Kau baik sekali, Ramsey. Padahal, kau baru bekerja di Luxor dan kita pun baru kenal. Aku melihat kau siang tadi melawan para perampok.” Annita malah bingung mau berkata apa lagi, selain mengucapkan banyak terima kasih. “Aku masih tidak mengerti.”

“Jangan kau pikirkan, Annita. Hari ini juga ibu mu harus segera dioperasi. Sekarang, kau hanya boleh mengkhawatirkan kondisi ibu mu. Permisi.”

Kemudian, Ramsey menuju loket pembayaran. Di sana, dia segera melunasi semua biaya perawatan ibunya Annita. Belajar dari pengalamannya dahulu, di mana seorang anak gadis harus meninggal lantaran pihak rumah sakit yang lambat melakukan penanganan, sumber masalah mengerucut pada satu kata : uang.

Ramsey mengeluarkan kartu Vibra dari dompetnya dan menyerahkannya kepada petugas kasir.

Seketika wanita itu merinding badannya. Dia mengawasi wajah Ramsey dengan pandangan takjub dan bertanya-tanya. “Tu-tuan, apakah Tuan keluarga dari Bu Annita?”

“Bukan. Aku sedang buru-buru. Cepat selesaikan saja pembayarannya. Lakukan operasi segera. Jika pihak rumah sakit gagal dalam menjalankan tugasnya, aku akan kembali ke sini dan mempermasalahkannya. Nyawa seorang manusia tidak bisa dihargai hanya dengan uang. Sebaiknya kalian bekerja bukan karena uang.”

Wanita itu merinding. Ketika memegang kartu Vibra yang sangat populer itu, tangannya bergetar dan tengkuknya keringat dingin. Wanita itu berusaha berkata walaupun terbata-bata. “Ap-apakah Tuan ....”

Sebelum wanita itu menyelesaikan kalimatnya, Ramsey menyergah, “Cepat selesaikan saja pembayarannya!”

“B-baik, Tuan.” Wanita itu meminta Ramsey untuk menekan pin, lalu pembayaran pun selesai. “Terima kasih, Tuan. Maafkan kami semua. Kami tidak tahu kalau Bu Annita ternyata ada hubungan dengan Tuan. Maafkan kami.”

***

Perjalanan dari Daire York menuju Green South hanya menempuh waktu selama dua belas sampai lima belas jam saja.

“Ramsey, biar aku saja yang mengemudi. Aku ingin mengajarimu beberapa hal di hari pertama ini. Jika ada hal yang mau kau tanyakan, silakan saja.” Carlos fokus mengawasi jalanan di depan dan sesekali melirik dua kaca spion kiri dan kanan.

“Tentu aku mesti banyak belajar dari senior seperti kau, Carlos. Yang pasti, aku tidak akan merasa jenuh selama bertugas dengan orang seperti mu.” Ramsey mengendurkan seatbealt karena Carlos sengaja memperlambat laju mobil.

“Sementara aku melupakan tentang kau dan Annita. Aku tidak tahu apa hubungan kau dengannya sehingga kau bisa sangat baik. Nantilah kita bahas itu. Sekarang kita fokus membahas soal pekerjaan.”

Carlos bisa bicara selama berjam-jam tanpa henti. Dia memang hobi berbicara dan bersenda gurau. Jika dia mendapati rekan kerjanya tidak asyik, dia tidak akan mau lagi bertugas dengan orang tersebut. Carlos ingin agar setiap detik selama di dalam mobil, selalu menyenangkan.

“Ramsey, mobil ekspedisi tidak sama seperti bom-bom car. Aku yakin sewaktu kecil kau pernah bermain itu. Sekarang, kita sudah dewasa, dan perlu ratusan liter bensin agar mobil jumbo ini bisa terus bergerak. Hehe. Maksudku, kau harus menjadikan mobil ini layanya mainan saja. Jangan terlalu serius. Hehe.”

Tidak suka dengan humor receh, Ramsey menegakkan bahu dan tak berekspresi. Dia terkadang tertawa meskipun tidak pernah sampai terbahak-bahak. Jika dikatakan tidak humoris, tidak juga, hanya saja Ramsey selalu menjaga marwah dan wibawanya di mana pun, kapan pun, dan terhadap siapa pun. Dia tidak mau dianggap remeh lantaran dianggap cengengesan. Kecuali, dia hanya senyum, dan tertawa kecil, tidak lebih dari itu.

Terlebih pasca kehilangan putra pertamanya. Semenjak itu, dia tidak suka mengeluarkan kata-kata yang tidak penting, apalagi sekedar berkelakar ria. Kehilangan orang tercinta telah mengubah cara dia dalam memandang dunia. Curiga terhadap banyak orang, dan selalu menjaga diri dari siapa saja, karena setiap manusia pasti ada sisi buruknya.

“Ramsey, kau masuk tim pada waktu yang tepat. Aku rasa, kau akan menjadi tandemku dalam waktu yang lama. Itulah harapanku.” Kemudian Carlos beberapa kali menoleh ke samping, memastikan bahwa Ramsey masih setia mendengarkan ucapannya. “Pekerjaan yang kita geluti sekarang tidak mudah, Ramsey. Kau pasti sudah mendapatkan siraman rohani dari senior Bastian tentang besarnya risiko menjadi petugas ekspedisi.”

Namun, untungnya pada tugasnya pertamanya, Ramsey mendapatkan sesuatu yang ringan. “Ramsey, jarak tempuh kita sangat dekat. Dan barang yang kita bawa juga nilainya hanya sekitar lima juta dollar. Tidak banyak.” Carlos mengeluarkan nada seperti meremehkan. “Wajar, kau kan masih baru dan sangat junior. Mobil yang kita bawa juga masih tergolong kecil. Nanti, kau akan melewati tugas berat.”

Selama dalam perjalanan, Carlos serasa menjadi dosen transportasi yang memberikaan kuliah tentang bagaimana caranya menjadi seorang pengemudi yang baik, bagaimana caranya menjadi seorang pemberani ketika menghadapi para penjahat, dan menjadi seorang karyawan yang patuh pada perintah senior dan atasan.

Cara bicara Carlos sungguh meyakinkan, seakan-akan dia telah mempunyai pengalaman selama lima puluh tahun. Retorikanya ciamik sehingga terkadang Ramsey mau tidak mau menerbitkan senyum dan tawa di bibirnya. Setidaknya, Ramsey tidak jenuh selama bekerja.

“Ramsey, aku pernah hampir dibegal oleh dua orang. Mereka hanya menggunakan satu sepeda motor. Mereka pikir, aku takut dan melarikan diri? Hm.” Carlos mendengus geram.

Penasaran, Ramsey menoleh ke samping dan bertanya, “Kau berkelahi melawan mereka?”

“Ya tidak lah! Aku turun dan menawarkan mereka bir. Hehe. Waktu itu aku lewat di sebuah lokasi yang memang orang di sana memang suka minum. Aku tahu mereka hanya ingin minta duit buat nambah minum. Aku kasih mereka satu botol bir. Terus mereka kabur tuh.”

Ramsey kembali meluruskan pandangannya dan tak berkomentar apa pun.

“Ngomong-ngomong soal minum, kita nanti mampir sebentar di mini market di sana. Ramsey, nikmati perjalanan kita! Jangan bilang padaku kalau kau tidak suka minum!” Carlos menyunggingkan senyum sebelah sembari menaikkan salah satu alisnya. Dia merayu agar Ramsey bisa satu frekuensi dengan dirinya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status