Share

Part 13

"Jadi bagaimana, Tari? Maryam yang ngajarin atau Bapak?"

Tanya ayah setelah beliau selesai mengobrol melalui telvon. Entah dengan siapa, tapi sempat terdengar olehku jika yang di bahas ayah mengenai kebun sawit yang harus di panen sabtu depan.

"Bapak sajalah. Kalau sama Maryam ribet, gak sabaran."

"Lah...Kamu aja kali Say yang susah nangkepnya. Udah di jelasin malah gak ngerti-ngerti." protesku.

"Habis susah kali. Kenapa sih di dunia ini harus ada yang namanya matematika, bahasa inggris? Huffh..."

Ia mulai menyerungut. Mengeluarkan bukunya dari dalam tas beserta pena dan tipe-x

"Silahkan baca soalnya."

Perintah ayah akhirnya.

Selama ini Ayah memang sering mengajari kami matematika, bahkan sejak kami duduk di bangku kelas satu Sd. Padahal, seharusnya ibulah yang duduk di sini secara beliau seorang sarjana lulusan S2 di universitas ternama di Jakarta. Namun, setiap di minta di ajarin PR ibu selalu mengelak. Kata beliau, ayah jauh lebih cerdas di bandingkan dirinya. Sarjananya katanya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status