Hola, happy reading and enjoy!Chapter 44Leya justru terkekeh seraya dengan santai tapi menggoda menatap Ares. "Julio dan aku bersaudara sekarang, dan kau juga saudara dengan Julio. Tidak sengaja bertemu kurasa hal yang wajar dan kita berbincang juga hal yang biasa." Apa yang Leya kemukakan memang masuk akal, lagi pula jarak mereka sekarang juga relatif berjauhan. Tetapi, Ares tidak dapat begitu saja setuju dengan apa yang dikemukakan Leya barusan karena selama ini Leya yang ia kenal adalah orang yang penuh perhitungan."Apa yang ingin kau sampaikan padaku?" tanya Ares.Leya menatap Ares melalui cermin yang terbentang luas di depannya, diam-diam mengagumi keindahan bola mata dan paras pria itu yang kini sepertinya sudah tidak lagi tertarik padanya. Tetapi, bukankah hal biasa di dunia ini? Seorang pria akan bosan dengan mainan lamanya dan mencari mainan baru. Leya sebenarnya sama sekali tidak peduli, tetapi ia ingin tahu siapa mainan Ares yang baru. Apakah lebih baik darinya?"Aku t
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 45Bukan meraih piring berisi sarapannya, Vanya justru berlari ke ruang baca di mana tadi malam dirinya meninggalkan buku-bukunya. Tetapi, benda-benda tersebut telah berpindah ke meja Ares. "Tamatlah aku," erang Vanya seraya menyambar buku tulisnya. Buru-buru membuka bagian yang tadi malam belum diselesaikannya. "Kau tidak percaya padaku?" tanya Ares yang bersedekap dan menyandarkan pundaknya di kusen pintu. Vanya membolak-balik halaman buku yang berisi rangkuman, sebagian adalah tulisan tangannya dan sebagian lagi bukan tulisan tangannya. Tetapi, bagaimana bisa tulisan itu nyaris sama persis? Hampir tidak ada bedanya dan dipastikan hanya Vanya yang dapat mengenali tulisan aslinya."Kau...." Mata Vanya beralih menatap Ares, bibirnya ternganga. "Kau meniru bisa tulisanku?"Di dunia ini, apa yang tidak bisa kulakukan?" tanya Ares. Namun, pria itu sebenarnya sedang menyembunyikan bahwa kehilangan calon anaknya membuat Ares merasa sangat terluka
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 46"Vanya!" sapa Alana seraya menghampiri Vanya. "Apa kau sudah bertemu Mr. Lucero?" Vanya menghentikan langkahnya dan mendengus kesal. Urusannya dengan dosen tampan itu belum selesai, sekarang Ares mengacaukan rencananya untuk mengobrol bersama Alana dulu sebelum kelas dimulai. Benar-benar pagi yang menjengkelkan!Vanya berusaha tersenyum semanis mungkin agar Alana tidak lagi merasakan kecanggungan terhadapnya. "Alana, terima kasih. Aku sudah membaca pesanmu." "A-aku... aku berpikir jika mungkin kau akan bosan jika berteman dengan orang canggung sepertiku." Vanya menyeringai. "Kalau begitu, bagaimana jika kuajari kau membuat ulah agar kau tidak lagi jadi gadis canggung?" Kepala Alana menggeleng cepat. "Tidak... jika orang tuaku tahu aku membuat ulah yang memalukan, aku takut membuat mereka sedih." Sedih? Pernahkah ibunya merasakan kesedihan setiap kali dirinya membuat ulah yang mencoreng namanya sendiri di SMA? Dulu ibunya hanya tahu membe
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 47"Hah? Dosen tua itu?" Vanya ternganga seraya mengerjap-ngerjapkan matanya.Jelas-jelas Ares tahu jika dosen itu tidak setua yang Vanya bilang. "Jangan kau pikir aku belum menyelidikinya." Vanya mengembuskan napasnya. "Ya. Kau adalah Ares Torrado, kau tahu segalanya. Lalu, kenapa tidak kau saja yang mengikutiku ke kampus setiap hari?" Ares menyipitkan matanya dan terlihat tidak senang dengan jawaban Vanya, tetapi sebelum mulutnya terbuka untuk kembali menginterogasi Vanya, pilotnya menginstruksikan agar dirinya duduk dengan benar karena mereka akan mendarat lalu perlahan helikopter menukik ke bawah dan mendarat di landasan. "Akhirnya aku meninggalkan Madrid yang membosankan," ucap Vanya seraya melangkah keluar dari helikopter. "Pembicaraan kita belum selesai," kata Ares seraya mengambil alih tas Vanya kemudian mencangkingnya. "Menikmati akhir musim gugur di Valencia adalah ide yang brilian meskipun sayang sekali kita tidak bisa berjemur d
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 48"Kenapa bisa sampai begini?" tanya Ares kepada sekretarisnya dan Leo seraya menghela napasnya dengan kasar dan melonggarkan dasinya. "Kepala divisi keuangan sedang cuti, semua pekerjaan diserahkan kepada wakilnya," jawab Margarita, sekretaris utama di kantor Ares. "Kenapa wakilnya sepayah ini?" Ares terlihat sangat jengkel. "Siapa yang merekrut orang payah itu di perusahaanku dan bisa menempati posisi sepenting ini?" Leo dan Margarita saling berpandangan beberapa detik kemudian Leo berdehem pelan. "Begini, Bos...." "Setelah ini aku harus bicara dengan HRD." "Ini... bukan kesalahan HRD." Leo berucap Lambat-lambat. Ares mendengus. "Lalu siapa? Apa kalian yang bertanggung jawab?" Margarita dan Leo kembali bertatapan kemudian kedua orang itu serempak menggelengkan kepala."Tidak peduli kesalahan siapa, sekarang perintahkan semua untuk bekerja dengan cepat dan perbaiki kesalahan. Aku akan mengulur waktu berbicara dengan orang yang akan mengi
Holla, happy reading and enjoy!Chapter 49Vanya bergelung di selimutnya dan memilih untuk tetap berada di ruang keluarga sembari bermain game. Sudah terlalu lama permainan Mobile Legends-nya tidak dimainkan sehingga jari-jarinya terasa kaku saat memainkannya dan juga permainan itu terasa tidak terlalu menarik lagi seperti dulu, sesekali Vanya melirik jam di ponselnya."Nona, apa kau ingin kupesankan makan malam?" tanya Rose yang duduk di sofa berseberangan dengan Vanya. "Apa Ares mengirimkan pesan teks padamu?" "Tidak ada, bos juga tidak menelepon."Vanya mendengus, kesal karena Ares tidak kunjung datang juga tidak mencarinya. "Kalau begitu, kau pulanglah. Aku sudah mengantuk." "Tapi, kau belum makan," kata Rose. Vanya tidak merasa terlalu merasa lapar karena telah memakan begitu banyak kue dan jika makan malam dengan makanan berat, tidak mustahil jika berat badannya akan naik. Tetapi, pergi menikmati malam di Valencia sepertinya menjadi hal yang patut dicoba. Sayangnya Vanya tid
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 50Vanya mendapatkan satu jentikan jari telunjuk di antara kedua alisnya dan Ares berkata, "Aku tidak mungkin menidurinya.""Dia terlihat elegan, lebih baik dari wanita yang pernah kau bawa ke mari," kata Vanya.Wanita elegan, Ares sudah menjumpai jenis wanita seperti itu ribuan kali dalam hidupnya. Sebagai pria normal ia juga mengagumi wanita cantik, cerdas, dan berkelas. Menginginkan seorang dari salah satu wanita itu untuk didapatkan, seperti beberapa tahun ia menginginkan Leya. Namun, jika dipikir-pikir perasaan sukanya pada Leya hanya berlandaskan rasa suka dan penasaran, bukan cinta atau kasih sayang karena tidak ada kekhwatiran sedikit pun saat dirinya jauh dari Leya. Perasaannya datar begitu saja, berbeda dengan perasaannya kepada Vanya yang cenderung membuatnya gelisah dan wanita itu memenuhi kepalanya."Aku tidak memiliki alasan untuk menidurinya, dia adalah orangku." Ares meraih dagu Vanya dengan lembut dan mendongakkan kepala wanita
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 51Vanya meringkuk di sampingnya dan masih tertidur nyenyak, Ares sedikit beringsut agar dapat memandangi wajah istrinya. Alangkah bahagianya jika pagi di Madrid juga selalu diawali dengan suasana seperti ini, pikir Ares. Ia kemudian dengan gerakan sangat lembut menyentuh ujung hidung Vanya menggunakan ibu jarinya dan mengulanginya hingga Vanya menunjukkan reaksi dan wanita itu membuka matanya. "Kita harus kembali ke Madrid," kata Ares dengan nada lembut dan suara sedikit serak. "Apa ada pertemuan pagi ini?" "Kau ada kelas jam sepuluh." Vanya memejamkan matanya. "Kelasku tidak penting." Ares tersenyum. "Tidak baik jika kau terlalu banyak mengosongkan absensimu.""Aku baru sekali mengosongkan absen, dan itu bukan keinginanku." "Kelak kau akan sibuk dengan film-mu, kau mungkin akan kesulitan mengatur jadwal." Vanya mendengus lembut. "Bilang saja sebenarnya kau yang ingin kembali ke Madrid pagi ini." "Kau sedang menuduhku lebih mementingkan