Azzar masuk ke dalam ruang kerja Dominic. Pria itu menunggu di dalam, berdiri membelakangi pintu hingga ia tak bisa menduga apa yang sebenarnya dipikirkan. Mungkin saja Dominic larut dalam lamunannya. Maka ia mengetuk tepi meja untuk memberitahu kalau dirinya sudah ada di dalam ruangan.“Kenapa?” Dominic langsung menyerang Azzar dengan pertanyaan. Hanya saja pertanyaan macam apa yang diberikan kepadanya.“Apa maksud Anda, Tuan?” tanya Azzar.Ia mendengar suara tawa Dominic dan kemudian pria yang berdiri itu memutar tubuhnya sedikit, menatap Azzar dengan tatapan meremehkan. “Apa kamu berpikir kalau dengan melakukan hal seperti tadi, Esme akan bersimpati padamu?”Ia hampir saja lupa dengan perbuatan yang baru saja dilakukan. “Saya akan menjelaskannya!”“Tidak perlu! Aku yang harus menjelaskannya padamu. Di mana posisimu, Azzar! Kamu ... hanya seorang pekerja di tempat ini. Kamu tidak berhak ikut campur dengan hal yang aku lakukan. Otakmu itu tidak akan bisa mencapai keputusan yang sama
Jangankan keluar dari kamarnya yang nyaman, Esme bahkan tidak diperbolehkan membuka jendela kamarnya hanya untuk mendapatkan udara segar. Sehingga ia tak menganti pakaian sejak kemarin. Ia tidur terlentang memandang langit-langit yang tidak berubah.“Ini membosankan!” keluh Esme.Ia berguling dengan cepat dan kemudian menelungkup. Ia menengelamkan wajahnya ke dalam bantal dan menendang-nendang tidak terima. Tiba-tiba ia mendapatkan ide bagus. Jika ia tak bisa keluar atau pun membuka jendela, maka ia mungkin bisa meminta seseorang masuk ke dalam kamar untuk dijadikan teman mengobrol.Esme meloncat ke arah pintu kamarnya dan mengetuk. Ia tahu kalau ada seseorang yang sedang berjaga di depan pintu kamar. Pintu kamar yang dikunci dari luar itu terbuka sedikit. “Ya, Nona?” tanya orang yang muncul.“Apa mamaku ada di rumah? Apa aku bisa bicara dengannya?”Si pelayan yang menjaga pintu tampak ragu dalam menjawab. Ia sep
Tidak banyak yang bisa mereka lakukan di dalam kamar. Yulia dan Esme mengobrol dan kemudian tidur siang. Setelah semua itu selesai tahu-tahu hari sudah sore dan kemudian sudah waktunya Yulia kembali ke rumahnya sendiri.“Aku ingin memintamu menginap, tetapi pasti tidak bisa, kan?”Yulia terkekeh kecil mendengarnya. “Aku bisa mengatakannya pada Wyatt. Apa kamu benar ingin aku menginap?”Mata Esme terbelalak tanpa aba-aba. Ia kemudian mengeleng dengan penuh semangat dan tertawa terbahak-bahak. “Wyatt akan marah padaku karena membuatmu meninggalkannya dan menemaniku di sini! Aku membutuhkan teman, tetapi bukan musuh!” Esme tertawa kecil saat berkata.Yulia mengeleng. Mengenang apa saja yang bisa dilakukannya di rumah saat ini. Dia memang menjadi istri Wyatt, tetapi hanya di atas kertas saja. Ia tak yakin kalau Wyatt akan memperlakukannya seperti istri yang sebenarnya suatu saat nanti. Dengan keberadaan Anna yang mengakar di dalam hati Wyatt.“Kenapa kamu tidak mau menikah?” tanya Yulia p
“Katanya ada persaingan untuk mendapatkan Nona Esme di atara Pak Dominic dan Azzar!” Wyatt penasaran dengan yang terjadi sebenarnya. Sampai ada kabar seperti itu yang beredar di antara karyawan yang bekerja di perusahaan pasti sudah terjadi pertengkaran yang begitu nyata di antara kedua orang itu. “Wyatt!” Salah seorang pegawai memanggilnya. Ia menoleh menatap pria dengan kemeja warna abu-abu dan celana dasar hitam. Karena Wyatt tak kunjung mendekat, pria itu melambai kembali memberi tanda kalau dirinya memanggil. “Ada apa?” Wyatt bertanya setelah hanya tinggal dua atau tiga langkah dari pria itu saja. “Kamu cukup dekat dengan Tuan Dominic dan Azzar bukan? Apa kamu tahu soal persaingan cinta mereka?” tanya pria itu dengan penuh mengebu-gebu pada Wyatt. Ia memiringkan kepala, melipat tangan di dada. “Salah jika kalian pikir kalau aku kenal dengan mereka berdua. Aku hanya kenap melalui Nona Esme keduanya. Nona Esme adalah temanku!” Sudah saatnya Wyatt mengambil peran lebih aktif se
Kenapa ia memilih diam saja, ya?Hal itu berputar di dalam kepala Esme, membuatnya menjadi tidak nyaman dan kemudian tidak bisa tidur juga. Ia bisa menjelaskan kenapa ia mengambil pilihan semacam itu kepada Yulia, dengan begitu ia akan merasa tenang.Ia kemudian menendang selimutnya untuk bisa menyingkirkan risau dan berjalan mondar-mandir sepanjang malam supaya merasa baik-baik saja sekarang. Ia kemudian menguap ketika hari telah terang malam itu.Sarapannya di antara ke kamar. Hukumannya tetap berada di dalam kamar masih berlangsung saat ini. Sarapan yang mampir ke dalam mulutnya terasa hambar.“Sudah selesai sarapan kamu, kan?” Mamanya muncul di dalam kamar dengan pakaian lebih indah dibandingkan biasanya.Esme ingin tahu apa yang terjadi sebenarnya sekarang. Tetapi, ia sama sekali tidak berminat untuk mencari tahu sedikit pun. Ia akan mengetahuinya lebih cepat dibandingkan dengan apapun. Kedua orang tuanya begitu berbakat dalam membuatnya kaget.“Ya, sudah!” Esme mendorong piringn
“Aku akan dapat masalah kalau kamu ada di sini, Esme!” Wyatt menginterupsi tindakan Esme yang meminta seorang office boy mengambilkan kursi plastik dan meletakannya di samping Wyatt. Ia tidak tahu, tetapi ia merasa tidak nyaman.Ia bahkan bisa membayangkan bagaimana Dominic mulai merasa tidak nyaman dengan keberadaan kekasihnya yang nakal duduk di depan pintu ruangan tempat ia sedang mengadakan rapat kecil dengan staf.“Dia tidak akan menganggap masalah ini serius. Jadi anggap saja dirimu menjadi Azzar saat ini!” Esme mengatakan hal itu dengan yakin.Menjadi Azzar? Mana bisa Wyatt bisa. Ia tak akan pernah bisa menjilat seperti Azzar, berpura-pura menjadi seseorang yang bahkan tak memiliki otak. Seseorang yang akan mengorok lehernya sendiri saat Dominic mengatakan hal seperti itu.Karena tidak mau tertawa mendengar Esme, Wyatt memilih berkonsentrasi pada pekerjaannya yang entah bagaimana menumpuk. Ia tahu betul kalau hal ini adalah ulah Dominic yang ingin ia menyerah dan kemudian tidak
“Apa aku kelihatan sangat lucu di matamu?” Setelah menolak Dominic untuk mengikutinya keluar dan meminta Wyatt yang melakukan itu, wajah cemberut Esme langsung menyambutnya di lobi.“Kapan aku melakukan itu?” Kali ini Wyatt bertanya dengan wajah datar, seperti seorang anak yang sama sekali tidak bersalah.Mereka bersama-sama berdiri di teras lobi, menanti kendaraan yang akan menjemput Esme kemari. Katanya itu adalah mobil yang disediakan Dominic untuk keperluan Esme. Ah, benar-benar sangat dimanjakan.“Aku jelas melihatmua menahan tawa sejak tadi!” Esme sama sekali tidak berhenti mengusik Wyatt. Malahan ia terlihat amat sangat yakin pada apa yang ia katakan barusan. Ia menatap dengan saksama Wyatt, memberikan intimidasi yang begitu memukau.Akan tetapi, ekspresi Wyatt sama sekali tidak berubah. Ia masih saja memandang Esme dengan tatapan datar. Benar-benar tanpa mengetahui kesalahannya sendiri. Kemudian ia menuntun Esme kembali berjalan, membuat gadis itu bingung.“Kamu bisa memberita
Hampir tidak ada yang ditakuti oleh Dominic. Ia bisa mengatasi kesedihan dan ketakutannya saat kedua orang tuanya meninggal akibat diracuni. Ia bahkan tidak gentar saat menunjuk pelaku pembunuhan dan memang benar orang tersebut adalah pelakunya.Tetapi, ia takut melihat Wyatt yang tersenyum seolah tidak ada hal apapun yang bisa membuatnya gentar. Bahkan Wyatt selalu bisa menjawab semua pertanyaan dengan sarkasme yang penuh dengan kutukan. Kepala Dominic langsung memberi peringatan keras perihal Wyatt.Pria ini gila!“Aku memiliki saran untukmu, Wyatt! Aku harap kamu tidak terjerumus pada perasaan yang bahkan tidak bisa kamu pastikan!” Jika Wyatt gila makan Dominic hanya perlu membuatnya waras saja. Ia telah menjadi waras untuk segala hal.Wyatt tersenyum lagi mendengarnya, mengangguk tanpa mengatakan reaksi dari nasehat yang diberikan Dominic. Malahan pria itu pamit pergi kembali ke kursi yang sejak tadi ditinggalkan. “Say