Mbok Rah kembali ke dapur membantu Susi, “Sus, memang kamu kemarin lihat apa, kog sampai pingsan?” tanya mbok Rah, dengan ekor mata melirik tajam pada Susi “Eh_oh tidak lihat apa-apa mbok” jawab Susi, tangannya yang sedang mengiris sayuran gemetar mengingat peristiwa kemarin, dimana saat membuka kemar mbok Rah dia masih ingat betul, dia melihat pemandangan ganjil, ada minyak gosok melayang-layang di sekitar punggung mbok Rah, dengan posisi mbok Rah tengkurap, tapi dia tidak berani mengatakan apapun, dan harus berbuat apa sama mbok Rah, dia hanya bisa meningkatkan kewaspadaannya terhadap mbok Rah, dan berharap mbok Rah segera dijemput oleh keluarganya, “Sungguh kamu nggak lihat apa-apa’ tanya ulang lagi mbok Rah. “Sungguh mbok” suaranya gemetar, dia berusaha menutup ketakutannya, “Assalamualaikum” salam seseorang yang tiba-tiba sudah nongol di dapur, yah itu adalah tukang cat yang kemarin, hari ini sepertinya hari terakhir, tinggal finishing dan membersihkan area dari percikan-per
Dirasa tubuhnya tidak nyaman, kemudian dia bangkit dari sofa, berjalan ke kemar mandi belakang, kepalanya berputar-putar, tangannya terasa dingin, dengan terhuyung-huyung dia melangkah kakinya dengan tertatih, tangannya memegangi perut, ada yang terasa tidak nyaman, setelah sampai pintu kamar mandiHoek,hoek,hoekSusi muntah-muntah di kamar mandi, sambil memegangi perutnya, keringatnya sudah memenuhi dahinya, dia muntah sampai terakhir muntah hanya cairan sedikit kekuningan, terasa sedikit pahit,“Sus ada apa kamu?” tanya mbok Rah mendekati Susi, walau diam-diam berseteru, tapi harus tetap saling peduli di luarnya bukan? pikir mbok Rah“Oh, biasa mbok, magh aku kumat, aku lupa tadi minum es jeruk, padahal aku khan tidak boleh makan dan minum yang asam” ujarnya terengah-engah karena aktifitas muntah tadi.Susi segera mengambil obat maghnya yang selalu tersedia di tasnya, jaga-jaga kalau kambuh, sedang mbok Rah menuju Dapur untuk menyelesaikan pekerjaan memasak makanan untuk makan siang
Wanita itu merasa di abaikan, dia sedikit gemas dengan pria ini, bagaimana bisa dia diabaikan begitu, dia biasanya selalu di pandang dengan memuja dari para lelaki, dan dia ada kebanggaan dengan hal itu, kini dia tidak di pandang bahkan hanya dengan ekor mata sekalipun. Apalagi dia di panggil bu, ‘sejak kapan aku jadi ibunya’ gerutunya dalam hati.“Ah, ya, tapi hanya Mas Darto yang mudah saya temui, yang lain susah” tukas wanita itu.“Lagian kalau Mas Darto tidak mau menemui saya, saya bisa batalkan investasi saya” ceroxos wanita itu, yang ternyata seorang investor, dia dengan arogant ingin menekan Darto, dia ingin menklukkan Darto dengan kekuatan uangn.“Maaf Bu, yang ingin investasi khan anda sendiri, sedang mengenai investasi saya tidak tahu menahu, karena bukan bagian saya, sudah saya katakan tadi khan ....” timpal Darto sedikit menekankanTamu wanita terdiam, benar juga yang dikatakan Darto, sedangkan tamu pria tidak hendak berkata apapun terkait berdebatan kecil itu, dia sudah m
Baru kali ini ada pria yang begitu tegas menolaknya, ‘kamu belum tahu siapa aku Darto, kamu akan bertekuk lutur kepadaku, aku akan melakukan sesuatu hingga kamu akan memohon-mohon padaku’ gumamnya dalam hati.“Halo Humai, sudah siap” ucap darto mesra pada orang di seberang sana, dengan Hand Phonenya“Waalaikumussalam, maaf Humai sampai lupa salam” ujar Darto sedikit terkekeh, saat justru istrinya yang mengucap salam“Ok, segera meluncur sayang” sahut Darto sumringah, matanya terlihat berbinar-binar.“Maaf, bukannya mengusir, tapi saya harus pergi, ada keperluan yang sangat penting” ujar Darto sesopan mungkin.Sarah mendelilk, dia marah, seumur-umur baru kali ini ada orang yang dengan berani mengusirnya, dia tidak terima, dia harus buat perhitungan.“Kamu tidak bisa mengusirku begitu saja, aku adalah calon investor berpotensi, kamu tahu, apa kamu belum tahu siap aku” ujar Sarah dengan suara meninggi, habis sudah kesabarannya yang tadi sudah di tahan-tahan, dia tidak mau diperlakukan se
Sebenarnya sudah lama dokter Nova seperti itu, sering sekali membawakan makan siang, tapi karena ibunya juga rutin membawakan makan siang untuknya, ada beberapa waktu juga ibunya kalau sedang sibuk sekalli maka tidak mengirim Darto makan siang, jadi makanan dari dokter Nova selalu diberikan karyawannya, tentu saja tanpa sepengetahuan dokter Nova, takutnya sang pemberi tersinggung.“Eh ya, terima kasih dokter, biar diterima Agung, saya mau keluar, maaf terburu-buru” ujar Darto sopan, dan segera pergi terburu-buru.Dokter Nova hanya terdiam, dia kecewa dengan sikap Darto yang datar-datar saja terhadapnya, apa aku harus mundur yah, batin dokter Nova, tapi sudah terlanjur menunggunya sekian lama, masak mundur begitu saja, salah dia sendiri juga sih, mengharapkan seseorang yang jelas-jelas tidak menaruh minat sedikitpun padanya, tapi yang namanya sudah kadung tresno (cinta), susah untuk berpaling, meski bertepuk sebelah tangan.Dokter Nova mengehela nafas, dia sadar betul, bahwa sejak awal
Agung mengumpat, dia melirik temannya yang mengerjainya dengan melempar potongan besi di sampingnya, sehingga dia terkaget, dan begini deh keadaanya sekarang,Agung yang menjadi obyek bullyan juga ikut tersenyum-senyum, dia merasa senang bahwa karyawan di sini rata-rata kerasan, entah karena suasana yang enjoy penuh kekeluargaan, atau karena memang gajinya disini pantas.“Hey kalian, diam semua, fokus kerja, kalau kerja yang bener, awas kalau ada komplain dari pelanggan, bonus kalian tidak keluar bulan ini ....!” teriak Agung menggelegar, menirukan kebiasaan bos, mata mendelik dengan tangan di belakang meniru gaya si bos, sejenak suasana diam, tapi tiba-tiba kembali riuh, sadar kalau itu suara Agung yang meniru dan berlagak seperti bos, jadi mereka terkejut sesaat, kemudian menjadi tertawa kembali, saat tiba-tiba Agung tertawa ngakak, melihat teman-temannya terdiam, yah begitulah suasana riang di bengkel yang bikin karyawan kerasan, suasana kekeluargaan yang kental dan enjoy.***Do
Darto terkejut dengan teriakan istrinya, secepat kilat dia berlari ke toilet,“Humai” Darto segera mendekap istrinya, kemudian dia memerikasa seluruh bagian tubuh istrinya dengan panik,“Kamu tidak apa-apa Humai?” tanya Darto dengan panik“Aku tidak apa-apa Bi, tapi ibu itu” jawab Ninik sambil menunjuk seseorang yang tergeletak di lantai.Darto segera mengangkat tubuh wanita itu keluar, sedangkan Nova dan temannya yang tadi mengekor Darto, juga segera bertindak, mengambil brankar, para suster yang kebetulan melintas juga tak kalah cekatan menangani pasien dadakan itu, kemudian si wanita pingsan itu di bawa ke UGD.Darto dan Ninik menunggu di luar ruangan, mereka berdua duduk di kursi ruang tunggu,“Humai, memang tadi bagaimana kejadiannya?” tanya Darto.Kemudian Ninik mengingat kejadian beberapa waktu yang lalu, saat itu dia sedang asik membenarkan cadar dan cuci tangan, seorang ibu keluar dari dalam toilet, Ninik melihat dari pantulan ceermin itu, ibu itu tiba-tiba menunjuk-nunjuk di
“Apa .... !” seru Darto dan Ninik bersamaan, Darto tersentak dengan pernyataan wanita itu, hatinya deg-degan, pikirannya langsung tertuju pada sosok Mayang, kekasih yang dia abaikan, dan saat ini berniat untuk mengusirnya dari kehidupan dirinya dan keluarganya, apa mungkin Mayang yang di maksud, hatinya jadi tidak nyaman dan tidak tentram, ada rasa khawatir, tapi bingung hendak melakukan apa, sedangkan ustad tidak pulang-pulang, entah pak ustad itu sedang melakukan perjalanan apa sampai tidak pulang-pulang, atau aku cari ustad yang lain, tapi aku tidak mengenal salah seorangpun, entahlah, nanti aku akan cari info ustad yang bisa mengatasi urusan ghoib, karena tidak semua ustad punya kemampuan mengenai hal-hal ghoib,Sedangkan Ninik terkejut, apa mungkin seperti itu, dia tahu, dan sebagai muslim dia mengimani adanya makhluk lain selain manusia, yaittu makhluk ghoib, dan ada dunia lain selain dunia manusia, yaitu dunia alam ghoib, tapi sungguh sampai di usia ini, dia belum sama sekali