Share

Kebun Bunga

“Gimana, Pak?” tanya Aya perlahan. Amira menarik napas panjang dan ia menutup mata, tertidur usai kelelahan.

“Maafkan kami. Kami tidak punya kekuatan untuk menyembuhkan penyakit ratu. Mungkin Guru Wirata bisa,” jawab Saka. Dua manusia harimau itu amat kelelahan setelah mengupayakan segala cara untuk menolong sang ratu.

“Ya udah jemput kalau gitu,” ucap Cahaya agar membawa sang guru kemari.

“Kita sedang berperang, Putri Cahaya.” Saka mengingatkan.

“Berapa lama Aya harus nunggu. Lima bulan di sana, lima tahun di sini. Mama keburu ma—” Aya tak menerus ucapannya. Namun, matanya berembun.

“Karena itu kami berdua harus membantu, izinkan kami pergi seperti pembicaraan kita tadi, Putri Cahaya. Rasanya berat hati ini saudara kami berperang tapi kami di sini bersantai saja.” Saka menatap mata biru Aya. Sejenak dua insan itu melupakan kasta di antara mereka yang terbentang jauh.

Gadis itu menarik napas sejenak. Memang tidak ada kemungkinan perang dimenangkan lebih cepat, tapi kalau tidak di
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status