"Kak Fai-Rina! Kak Fai-Rina!"Adora menoleh saat suara manis Fara memanggil namanya, lantas ia tersenyum pada Fara, anak perempuan yang tangan mungilnya itu kini sedang berada dalam genggaman tangan Adora.Posisi Fara kini tengah digandeng oleh Benjamin dan Adora. Potret ketiganya yang mesra itu tampaknya sudah mampu membuat siapapun di rumah sakit yang melihat mereka bisa menarik kesimpulan bahwa mereka bertiga adalah keluarga kecil yang tengah diliputi kebahagiaan.Bagaimana tidak? Fara di posisi tengah di antara kedua orang dewasa itu terlihat seperti anak kecil yang bahagia melihat kedua orang tuanya menggandeng tangannya tanpa berniat melepaskan mereka.Sementara itu, sebagai informasi, sudah 30 menit lebih Fara memanggil Adora dengan sebutan Kak Fai-Rina. Tentu saja nama itu tidak muncul tiba-tiba dalam kepala mungil Fara, melainkan itu adalah buah pikiran Benjamin yang mengusulkan Fara untuk memanggil Adora dengan sebutan itu.Awalnya bermula dari kejadian 30 menit lalu di mobi
"Haloo, Fara," sapa Vania saat dokter muda itu memutuskan untuk menghampiri pasiennya sebelum masuk ke ruang rawat bersama.Vania lah yang memaksa Benjamin agar membiarkan dirinya ikut bersama laki-laki itu menghampiri Fara dan Adora yang tengah duduk di ruang tunggu.Sesampainya Vania di hadapan Adora, Vania melirikkan matanya ke arah Adora. Diam-diam Vania menyoroti penampilan Adora dan tanpa sadar ia memberikan tatapan menilai kepada Adora.Ini adalah kali pertama bagi Vania menemukan sosok wanita muda yang datang bersama Benjamin. Biasanya Benjamin ditemani Thalita, ibunya sendiri.Kedatangan wanita muda itu mengembuskan angin tak sedap bagi Vania. Vania dapat merasakan dadanya berdenyut kala kedua netranya memandang Adora. Sontak kemarahan mengisi rongga hatinya. Harusnya hanya ia yang berada di samping Benjamin, bukan orang lain.Sementara itu, Adora yang sedari tadi diperhatikan oleh Vania pun peka dan memutuskan berdiri untuk menyambut Vania dengan uluran tangan, tetapi Vania
Lima menit setelah Vania masuk ke dalam ruangannya, Vania kembali keluar dari ruangan tersebut dengan senyum yang ia paksa untuk muncul di bibirnya.Mata Vania tak lepas dari presensi Adora yang berdiri bersejajar dengan Benjamin. Jelas-jelas Vania sedang menunjukkan bahwa dirinya tak suka dengan keberadaan Adora yang berdiri di sebelah Benjamin, tetapi Vania tidak dapat berbuat banyak selain harus menyembunyikan perasaannya itu. Vania tidak ingin mengambil risiko lebih jauh lagi, daripada Benjamin tidak ikut masuk ke dalam, Vania akhirnya memutuskan untuk membiarkan Adora turut serta masuk ke dalam ruangannya. Hanya untuk hari itu saja, tidak untuk hari-hari selanjutnya."Mari masuk," ujar Vania seraya membuka lebar pintu ruangannya, mempersilakan ketiga orang yang berada di hadapannya itu untuk masuk ke dalam ruangannya.Mendengar hal itu, Benjamin, Adora, dan Fara masuk ke dalam ruangan Vania. Sesampainya mereka di dalam ruangan Vania, sorot mata Adora berpendar ke sepenjuru ruan
"Nah, Arra, sini, beri wortel pada kelincinya, Sayang."Setelah Benjamin memutuskan destinasi untuk kencan mereka bertiga, Adora dan Fara pun banyak menghabiskan waktu bersama di sana---di taman bunga, melihat hamparan bunga di lapangan dan berswafoto ria.Beruntung, taman bunga itu tidak hanya menyediakan kecantikan dan keindahan alam bunga, melainkan memberikan rekreasi bagi anak-anak untuk memanjakan binatang-binatang yang dipelihara mereka. Salah satunya adalah kelinci.Mengetahui taman bunga itu memiliki kandang kelinci, Adora kemudian memutuskan mengajak Fara ke kandang kelinci yang tersedia di taman bunga itu.Setelah Adora membeli beberapa potong wortel pada pedagang yang kebetulan mangkal di dekat kandang kelinci, Adora beserta Fara segera menghampiri kelinci-kelinci imut yang kini berada dalam kandang mereka. Ialah Fara yang tampak tak sabar menyapa kelinci. Kaki pendek anak perempuan itu berlari ke arah kelinci yang berada dalam kandang berukuran persegi panjang itu. Kanda
Setelah berbaikan, Fara dan Kai memutuskan bermain bersama, sementara itu, Jennifer ---Ibu Kai yang baru Adora kenal--- mengajak Adora duduk bersama, tak jauh dari anak-anak, dan juga mengajak Adora mengobrol di tempat itu."Maaf ya kalau Kai tadi ngomongnya kasar ke kamu, Adora," ujar Jennifer sembari menyodorkan sebuah minuman kepada Adora, "Ini sebagai gantinya, aku berikan minuman permintaan maaf atas perbuatan anakku."Adora tersenyum simpul, kemudian menerima uluran minuman dari Jennifer. Meski Adora sudah memaafkan Kai, Adora tetap menerima minuman dari Jennifer. Bagaimanapun juga Adora tak ingin menolak niat kebaikan yang diberikan Jennifer padanya."Enggak apa-apa kok, namanya juga anak-anak."Jennifer tersenyum menanggapi perkataan Adora, "Enggak semua sikap anak-anak harus dimaklumi, Adora. Aku sebagai ibunya meminta maaf sekali lagi.""Baiklah, Jennifer. Aku tak masalah. Kamu enggak perlu meminta maaf terus padaku."Mendengar perkataan Adora, Jennifer pun tertawa kecil, ke
Setelah berpisah dengan Kai beserta Jennifer, Benjamin juga Fara dan Adora memutuskan untuk mengitari taman bunga. Banyak bungacantik yang bermekaran, beberapa dari jenis mereka juga tak banyak ditemukan dalam kehidupan sekitar, membuat Adora ingin mengabdikan kecantikan mereka dalam sebuah foto."Fara, Fara, foto di sana. Pasti cantik deh," ujar Adora, mengarahkan tempat luang yang kebetulan tak ada orang yang berswafoto.Tempat itu adalah jalanan yang membentang dengan ditemani tanaman bunga berwarna ungu muda yang menjalar di pagar dekat jalan tersebut."Sama Kak Fai-Rina juga ya?" Fara menarik tangan Adora untuk mengajak foto bersama, sementara Adora melirik ke arah Benjamin."Iya biar Papa foto kalian berdua."Setelah mengantongi izin dari Benjamin, Adora pun ikut berfoto bersama Fara. Kedua gadis cantik itu dengan riang berfoto dalam berbagai gaya.Usai puas menikmati kecantikan bunga, Benjamin pun mengajak mereka ke taman
Saat matahari perlahan terbenam di ufuk barat, Benjamin akhirnya memutuskan untuk membawa Adora dan Fara untuk kembali pulang. Fara yang tampak puas bermain dengan beberapa binatang di taman bunga pun tak kuasa menahan rasa lelahnya, hingga akhirnya anak manis itu pun jatuh terlelap di kursi belakang.Benjamin yang sadar bahwa Fara sudah tak lagi bersuara pun menoleh ke arah Adora. Laki-laki itu berbisik, "Fara sudah tidur, ya?"Mendengar pertanyaan Benjamin, Adora otomatis menoleh ke arah belakang, lantas menganggukkan kepalanya sedikit, "Iya, udah tidur."Sepanjang perjalanan, Benjamin dan Asora bertukar banyak cerita, hari itu benar-benar dipenuhi banyak cerita oleh mereka berdua."Kamu enggak apa-apa, kan, kalau kita ke rumahku dulu mengantar Fara, Adora?" tanya Benjamin memastikan.Pasalnya, rumah Benjamin dan apartemen Adora itu tidak satu arah, kedua tempat itu justru berlawanan arah. Benjamin hanya khawatir Adora tidak ingin pulang terlalu larut hari itu, apalagi Benjamin sud
"Jadi gimana kencannya nih?" Ialah pertanyaan yang datang dari Irish saat melihat Adora masuk ke dalam apartemen."Apa deh, Rish. Gua enggak kencan, kok," sanggah Adora, kemudian ikut duduk bersama dengan Irish, menonton TV di ruang tengah."Ah, masa," ujar Irish menggoda, kemudian menopang dagunya. "Gimana anak bos? Baik-baik aja, kan, dia sama lu? Enggak lu apa-apain?"Adora mengambil cemilan kacang goreng yang juga sedang dimakan Irish, "Lu kira gua apaan. Ya jelas dia baik-baik aja.""Aman dong berarti ya," tukas Irish. "Tinggal tunggu undangan aja nih gua.""Apaan deh lu, undangan-undangan. Udah ah, ngomong sama lu makin ngawur. Gua mau mandi dulu, lengket banget nih badan." Adora kemudian bangkit dari duduknya dan berjalan ke kamar mandi yang berada di kamarnya."Malah kabur dia," ujar Irish yang Adora abaikan.Adora memutuskan untuk tidak terlalu memikirkan kata-kata Irish, dia harus terlebih dahulu menj