Di ruang kerja Gerald Lagrave, alih-alih mendiskusikan pekerjaan dan proposal-proposal yang bertengger tebal di meja kerjanya, Gerald malah menatap Erik--asistennya--dengan delikan tajam yang penuh penghakiman. Erik, sebagai korban amukan Gerald, menunduk kikuk. Bingung harus mengatakan apa untuk membela dirinya karena bila ia membela diri, ia hanya akan menambah kekesalan atasannya yang memang di posisi yang salah sebenarnya."Bagaimana aku tidak tau sama sekali kalau Bianca adalah pelukis? Kau tau aku adalah suaminya, kau seharusnya menginformasikan segala informasi tentangnya padaku sebelum kami menikah. Kau membuatku dipermalukan di depan teman-temannya. Aku dianggap suami yang sudah menelantarkan istrinya, semua itu gara-gara ketidak-becusanmu!""Maafkan aku, Tuan..., tapi..." Erik mencicit, "A-aku sudah memberikan laporan itu padamu.""Jangan menipuku!""Aku tidak bohong..." bantah Erik, ekspresinya menunjukkan kejujuran. "Hanya..., hari itu, ketika aku hendak memberikan laporan
Bianca tidak bisa menolak Gerald, tidak ketika pria itu serius dengan ucapannya, Bianca hanya akan menimbulkan kecurigaan bila ia meminta Gerald tetap melekat kepada Erina. Bianca hanya mengatakan satu hal pada Gerald, satu peringatan, satu pesan dan satu konsekuensi di samping peringatan tersebut. "Jangan menyesali ucapanmu hari ini, aku akan memegang ucapanmu sebagai kesungguhan. Jika kau mengkhianatiku, aku tidak akan segan-segan meninggalkanmu." Bianca percaya peringatan itu cukup. Ia bisa memanfaatkan pesannya tersebut sebagai alat untuk menceraikan Gerald di masa depan, karena..., Bianca percaya Gerald tidak akan bisa memegang ucapannya. Bianca percaya hati Gerald masih terpaku pada Erina. Gerald hanya menyangkal perasaannya saja. Mungkin dia lelah mengejar Erina. Ketika ia mengumpulkan energinya kembali, dia akan kembali menekukkan lututnya di hadapan Erina. Setelah pembicaraan Bianca dan Gerald di taman, waktu terus berputar, pagi dan malam bergilir membawa mereka kepada pen
"Sempurna," gumaman lolos dari Bianca begitu panggilannya dengan Warren berakhir. Ketika Bianca berharap ayahnya akan menolak kunjungannya dan mengatakan dia sedang sibuk di sisi lain benua, Warren Dawson malah memberikannya tanggapan yang sialnya, tidak sesuai harapan. Warren setuju! Pria itu setuju untuk menerima kunjungan Bianca dan Gerald.Mengutip ucapan Warren, pria itu mengatakan, "Kediaman Dawson selalu terbuka untukmu, silakan berkunjung kapan pun. Ini memang waktu yang tepat untuk berjumpa dengan menantuku."Sekarang, Bianca sudah tidak punya alasan untuk menolak kembali ke kediaman Dawson di utara Richmond. Tidak ketika ayahnya pun mengharapkan kedatangan mereka. Menanti kedatangan Gerald, tepatnya. Entah apa tujuannya, Bianca menebak itu hanya sesuatu yang berkaitan dengan bisnisnya di Asia. Bianca tidak berminat untuk tau.Setelah menghubungi Warren, Bianca pun menghubungi Gerald dan menyampaikan tanggapan ayahnya. Dengan datangnya informasi Bianca, Gerald membuat keputus
Satu masalah terlupakan di benak Bianca. Terima kasih atas kecemasan dan keengganannya menemui Warren Dawson, Bianca melupakan fakta bahwa, bila ia dan Gerald akan menginap di kediaman Dawson, itu berarti mereka akan berbagi tempat tidur yang sama. Benar! Mereka akan tidur sekamar! Ketika Bianca menyadari hal tersebut, ia sudah berada di kamarnya, dengan Gerald berdiri di sisinya."Jadi, ini kamarmu." Gerald bergumam sambil memindai kamar Bianca. Memindai ruangan bernuansa biru muda tersebut seperti mengamati sebuah museum yang berisi barang-barang antik.Mata Gerald menyusuri satu-persatu benda yang berada di ruangan itu, dari keset kaki, lukisan di dinding, meja rias yang menampung beberapa aksesoris rambut, koleksi buku bacaannya di lemari, foto-foto di atas buffet, vas bunga yang dari asumsi Gerald merupakan pemberian Liam, dan oh..., Gerald melenggang menuju jendela kamar Bianca dan menemukan pemandangan tanah yang cukup lapang di bawah sana, kolam renang dan pepohonan rindang."
Tok! Tok! Tok!Septian Gresston, seorang kepala pelayan di kediaman Dawson mengetuk pintu kamar Bianca. Ia hendak mengundang Bianca dan Gerald untuk bertemu dengan Warren yang baru kembali dari pekerjaannya. Ia menanti di depan pintu yang terbuat dari kayu jati itu dan--Click!Pintu di buka dari dalam, Bianca muncul dengan wajah merah padam."Se-Septian, kau datang..., hahaha. Syukurlah kau datang." Ucapan Bianca membingungkan, tapi Septian tidak ada niat untuk menanyakan puteri dari tuannya tersebut."Miss. Bia, tuan Warren sudah sampai dan mengundang kalian untuk bersantai dengannya di halaman belakang.""O-oh, baiklah. Terima kasih. Aku akan segera..." Bianca menoleh ke belakang dan terperanjat begitu menemukan Gerald berdiri tepat di belakangnya, sangat dekat dan sangat memikat.'Keparat! Apa yang kau pikirkan Bianca Dawson?!'"Kami akan segera kesana," Gerald menegaskan kembali ucapan Bianca dan Septian menerima jawabannya dengan anggukan. Kepala pelayan yang minim ekspresi itu k
"Waaah, pasti menyenangkan bisa bertemu dengan kak Liam lagi. Huwaaaa..., sialan, aku jadi iri!""Well, pertemuan kami sudah pasti sangat menyenangkan. Hahaha." Bianca menanggapi rengekan Clarissa di seberang layar komputernya dengan tawa. "Kalau kau melihatnya sekarang, kau pasti tidak percaya kalau dia benar-benar Liam kita di masa lalu. Dia menjadi super tampan. Serius!""Aaaargghhhh, Bia..., kau jangan memanas-manasiku. Haruskah aku kembali ke Richmond sekarang, aku juga ingin bertemu kak Liam lagi. Setidaknya, kalau aku bisa berfoto dengannya sekali, aku bisa memamerkan foto itu di sosial mediaku, kan?""Niatmu busuk sekali.""Habisnya, dia sangat populer. Aku penasaran, apa dia memang setampan fotonya?""Tidak, dia lebih tampan daripada fotonya! Versi 3D Liam lebih baik dari versi 2D. Auranya, ugh..., sangat kuat. Seperti dia mengumumkan kalau dia adalah seorang seniman. Waaah, kalau kau melihatnya, kau mungkin akan mimisan. Aku tidak heran kenapa dia bisa membuat remaja Paris b
'Holysh!t...'Terbangun dengan Gerald terlelap di sisinya, terlelap dengan tubuh polos tanpa atasan melingkupinya, Bianca nyaris jantungan begitu pemandangan tubuh Gerald terekspos di depan hidungnya. Sejak kapan pria itu melepaskan pakaiannya? Seingat Bianca, semalam, ketika pria itu berbaring di sebelahnya, dia masih memakai piyama. Masih dalam keadaan yang tidak begitu..., menggiurkan?Heh!"Seriusan saja?" Bianca segera memalingkan muka, menghindari pemandangan dada bidang Gerald yang memamerkan otot-otot tubuhnya dan beberapa tahi lalat yang berada di area perutnya. Woohoo, Bianca cukup takjub pada pemandangan itu. Panas menjalar di tubuhnya, membakar pipinya, menerbangkan kupu-kupu di perutnya.'Bagaimana bisa aku tidur semalam?'Bianca mengingat-ingat kembali kejadian semalam, ketika ia memaksakan dirinya untuk tidur ketika Gerald berbaring di balik punggungnya, berbagi tempat tidur yang sama. Ketika jantungnya berpacu dengan gila, keringat dingin membasahi peluhnya dan panas m
"Bersenang-senang sendirian?"Ketika Gerald asik membentuk sebuah bola dengan salju yang menumpuk di tanah, ia dikejutkan oleh suara Bianca yang muncul dari belakangnya. Sebelum Gerald menoleh ke arahnya pula, sebuah selimut tebal berlabuh di pundaknya, menghangatkan punggungnya."Ibu akan membunuhku kalau anak bungsunya pulang membawa bekal flu dan hipotermia." Bianca menambahkan."Kau cukup mengatakan kau mencemaskanku," sahut Gerald, senyum pongah merekah di parasnya, memancing risih menyeruak di ekspresi Bianca. "Terima kasih, by the way.""Apa kau sudah selesai memuaskan jiwa anak-anakmu?" Bianca bertanya sambil memindai bongkahan salju yang berada di telapak tangan Gerald.Jari-jari pria itu yang memerah karena dingin menimbulkan kekhawatiran di dada Bianca, membuatnya ingin membawa Gerald kembali ke dalam rumah dan menaruhnya di depan perapian yang berkobar."Aku baru mulai," jawab Gerald. Ia kembali menaruh atensi kepada snowman-nya yang baru di tumpukan pertama. "Juga, apa ma