Share

Tragedi Berdarah

Rembulan memelankan laju sepedanya. Ia agak tenang ketika tidak diikuti oleh Anderson lagi. Namun, sebenarnya sedikit waswas karena bisa saja justru Jepang yang mengejarnya.

“Sampai kapan kira-kira mereka menjajah tanahku. Apa mereka tidak puas dengan tanah di kampung halaman mereka.” Rembulan menggerutu sambil tetap memegang stang sepeda. Kini ia memasuki jalan menurun.

Gadis itu melihat pintu depan rumahnya terbuka begitu saja. Aneh, biasanya ketika hari gelap, emaknya akan menutup rapat pintu apalagi ketika hari turun hujan. Bulan pun meletakkan sepedanya asal-asalan saja.

“Assalammualaikum, Mak, Abu, Bulan pulang,” ucap gadis bermata abu-abu itu sambil mendorong pintu.

Hening sekali tidak ada jawaban apa pun. Mata gadis itu membesar ketika melihat ada bercak darah di lantai dan dinding rumahnya.

“Emak, Abu.” Remban berlari ke kamar.

Pintu kamarnya roboh dan ia temukan ibunya terbaring di kasur dengan mata terbuka serta di leher ada bekas tebasan.

“Emaaak!” Gadis itu mendeka
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status