Tiba-tiba terdengar seruan seseorang yang berasal dari arah rumah di samping rumah kontrakan Pak Damar ini. Tak berapa lama, seorang Bapak-Bapak menyembul keluar dari dalam rumah itu, berseru dari teras, bilang kepada mereka, kalau Pak Damar sudah tidak menempati rumah kontrakan tersebut. Sudah pindah. Arjuna dan Kinanti tersentak, kemudian saling pandang.Hah? Pindah? "Maaf...kalau boleh tau...Pak Damarnya pindah ke mana ya, Pak?" Tanya Arjuna. "Pak Damar pindah ke perumahan Garden Saphire Pak."Arjuna dan Kinanti mangguk-mangguk, berpikir sejenak. Bapak itu lalu melambaikan tangan, terkekeh. "Sekarang Pak Damar udah jadi orang kaya, Pak. Makanya udah tidak mengontrak rumah lagi. Udah bisa beli rumah sendiri!" Arjuna dan Kinanti tambah kaget setelah mendengar hal itu.Keduanya kembali saling pandang, seakan sedang menyamakan frequensi. Pak Damar sudah jadi orang kaya sekarang? Berita mengejutkan apa lagi ini?Seketika kepala mereka jadi tambah berat, nyut-nyutan, perasaan
Emosi Pak Damar sudah tidak bisa dibendung lagi, meluap deras, sederas air bah -seketika.Ingin rasanya dia segera memberi pelajaran kepada mereka kalau saja dia tidak punya hati, empati, juga karena menghargai rencana Aliando. Arjuna dan Kinanti mengamati penampilan Pak Damar dari atas sampai bawah -yang kini terlihat berbeda dari yang sebelum-sebelumnya -untuk beberapa saat.Arjuna dan Kinanti sama-sama tak habis pikir dengan diri mereka sendiri. Kenapa mereka tidak menyadari selama ini jika Pak Damar dan Aliando itu tidak ada mirip-miripnya sama sekali? Aliando tidak mewarisi sedikit pun wajah dan anggota tubuh dari Pak Damar. Ini memang sedikit kasar, tapi, kenyataannya memang begitu.Aliando memiliki wajah yang sangat tampan. Sementara Pak Damar tidak. Keduanya menghela napas secara bersamaan. Arjuna dan Kinanti saja dulu sangat membenci mereka berdua, melirik sedikit pun rasanya ogah sekali. Jadi, mana sempat, mana mau, mereka mengurusi Pak Damar dan Aliando?Lamunan Arju
Hal itu tak ayal membuat Arjuna dan Kinanti jadi gemetaran, gurat ketakutan langsung tercetak jelas di wajah keduanya masing-masing. Pak Damar semakin terkekeh puas saat melihat ekspresi muka serta reaksi dari mereka setelah dirinya menakut-nakuti. Rasakan. Emangnya enak? Haha. Pak Damar tertawa dalam hati. Kemudian, Pak Damar melanjutkan merogoh saku celana untuk mengeluarkan ponsel dari dalam sana dengan masih ada sisa tawa, lantas langsung menghubungi Aliando.Begitu panggilan terhubung, Aliando menyapa Ayahnya dan bertanya. Ada apa, Yah?Pak Damar lalu mengutarakan maksud dan tujuannya menelfon Aliando. Ada kira-kira sekitar 5 menit an mereka ngobrol di telefon. Hingga akhirnya panggilan pun berakhir. Tanpa Pak Damar memberitahu hasil pembicaraan dengan anaknya barusan itu kepada mereka berdua, Arjuna dan Kinanti sudah menghela napas kecewa duluan. Mereka berdua mendengar apa yang dibicarakan oleh anak dan Ayah itu barusan. Mereka mendengar jika Aliando tidak memberikan
"...jika membutuhkan bantuan yang lain." Aliando melanjutkan kalimatnya."Iya, Bang.""Sekali lagi...terima kasih, ya, Bang karna Bang Al sudah mau bantu mengirimkan tambahan anak buah untuk kami.""Iya. Sama-sama.""Sebenarnya...Ayah menginginkan kamu untuk memimpin penyerangan ini secara langsung, Bang. Cuma, aku bilang, kalau hal itu sepertinya terlalu berlebihan. Tapi aku udah bilang sama Ayah, kalau aku bisa memimpin penyerangan ini dengan dibantu sama yang lainnya. Aku juga banyak meminta bantuan dari teman-teman dan kenalan Ayahku, Bang dan akhirnya Ayah mengerti kok dan mempercayakan hal itu sama aku. Jadi, Bang Al enggak perlu memikirkan perkataan Ayah."Aliando manggut-manggut. "Bagus lah kalau kamu bilang seperti itu sama Ayah kamu. Lagi pula, aku tidak terlalu paham dengan seluk beluk dunia kalian. Kalian sendiri yang lebih paham. Yang udah sangat berpengalaman. Aku hanya bisa memberikan bantuan saja.""Iya, Bang. Bang Al jangan terlibat terlalu dalam. Bang Al mau bantu k
"Tolong...maafkan kesalahan Mama selama ini sama kamu, ya, Al...Mama tahu...Mama salah...Mama udah jahat sekali sama kamu...tapi...semuanya udah terlanjur Mama lakukan dan Mama hanya bisa minta maaf sama kamu untuk sekarang, ini, Al..." Kata Kinanti lagi sambil terus menangis tanpa henti. Sedari tadi. Tergugu.Tadinya, Arjuna dan Kinanti mau mengintrogasi Aliando secara langsung untuk memastikan informasi yang telah mereka dapatkan sebelumnya. Tentang Aliando yang bukan anak kandung Pak Damar dan bertanya tentang siapa kedua orang tua kandung Aliando yang sesungguhnya. Tapi akhirnya mereka mengurungkan niat, memilih minta maaf kepada Aliando saja setelah mendapat ancaman dari Pak Damar. Jujur, mereka takut sekali dengan perkataan Pak Damar yang memberitahu tentang apa yang akan dilakukan oleh kedua orang tua kandungnya Aliando kepada keluarga mereka. Arjuna lalu pindah posisi -yang semula berada di depan Aliando -kini berganti berdiri di samping Aliando, lantas menepuk-nepuk pun
DOR! DOR! DOR! Suara tembakan pistol terdengar dari berbagai sisi. Baik pasukan Raisa mau pun pasukan lawan saling melepas tembakan satu sama lain. Saling menyerang.BUK!BUK! BUK! Suara pukulan dan tendangan juga terdengar saling bersahut-sahutan. Tukang pukul Raisa terus merangsek maju, menyerang apa saja yang menghalangi mereka. Sementara para tukang pukul dari pihak musuh juga mencoba menahan mereka, balas menyerang, memberikan perlawanan dan berusaha menghabisi.Kini puluhan para tukang pukul itu sedang saling bertukar jurus dan serangan. Pertarungan dalam jarak dekat pun terjadi. Teriakan dan seruan langsung terdengar membahana di segala penjuru ruangan. Juga mulai terdengar suara-suara mengadu atau jerit kesakitan setelahnya. Suasana pertempuran langsung tercium pekat di udara. Beberapa saat kemudian, dari para tukang pukul mulai berjatuhan satu persatu. Selagi para tukang pukul itu sedang saling menyerang dan menghabisi satu sama lain, Raisa, Ferdian dan dua tuk
"Dasar bedebah sialan!" Raisa berteriak marah. Detik berikutnya, Raisa sudah akan menarik pelatuk pistol, hendak melepas tembakan, diikuti Ferdian dan dua tukang pukul senior. Namun tiba-tiba saja, dengan gerakan yang amat cepat, para tangan kanan Pak Raka telah mengeluarkan pistol di tangan masing-masing dan menodongkan moncol pistol pada pelipis Raisa, Ferdian dan dua tukang pukul senior.Sial! Maki mereka berempat dalam hati secara serempak. Napasnya mendadak menderu -seketika. Kini dengan cepat, posisi mereka berempat yang berganti terdesak dan tengah berada antara hidup dan mati. Antara menyerang dan mundur, resikonya akan tetap sama saja. Raisa mendengus. Dia terlalu emosional tadi, terlalu terkecoh menghadapi Pak Raka, sehingga situasi mereka saat ini jadi terbalik begini. Pak Raka menyeringai saat mendapati dia telah berganti menguasai keadaan dengan begitu cepat. Kemudian, Pak Raka kembali bicara. "Kenapa Nona main menuduhku sembarangan kalau aku adalah orang yang su
Pak Harry menghembuskan napas berat, kedua matanya memanas seketika, lantas mengusap muka dengan kasar. Raisa kalah dalam misi menyerang markas musuh dan berhasil diringkus olehnya. Sementara dirinya juga tengah diserang -yang lebih menyakitkan lagi adalah diserang oleh orang kepercayaannya sendiri yang berkhianat.Pak Harry langsung lemas. Tak tahu harus berbuat apa. Mendaapti Pak Harry yang terlihat kalut dan menyedihkan, Gading dan para anak buahnya menyeringai lebar. Rasakan itu! Kini mereka tengah kompak mengepung Pak Harry dengan tatapan meremehkan dan menghina. Pak Harry merasa sangat payah, merasa tidak berdaya, dia kembali menyalahkan kondisi dirinya saat ini karena tidak bisa melakukan apa-apa untuk menolong Raisa. Bahkan, dia harus menyerahkan semua apa yang dia miliki kepada orang lain (yang dia bangun dengan susah payah) harus direlakan begitu saja -kepada orang yang selama ini dia percayai -namun ternyata malah berkhianat. Selagi Gading berbicara dengan Raisa me