“Tidak semudah itu untuk kabur, kau harus mempertanggung jawabkan perbuatanmu pada Sheira!” Sekali lagi, Panji mengayunkan pukulan tetapi kali ini dengan sigap Aldo menangkisnya dan balas memukul perut Panji dengan cepat. Seketika itu juga terjadi perkelahian imbang antara Panji dan Aldo tapi dalam waktu singkat Panji bisa mematahkan serangan Aldo dan terakhir pemuda itu mengayunkan pukulannya dengan keras sehingga membuat Aldo tumbang tak sadarkan diri. Dengan cepat Panji mengamankan Aldo dan memasukkannya ke dalam bagasi mobilnya lalu segera membantu Bony yang sudah mulai kewalahan menghadapi para tukang pukul Aldo.
Panji tiba tepat pada waktunya ketika salah seorang anak buah Aldo hampir menusuk Bony dengan pisau belati. Panji menendang rusuk orang yang akan menikam Bony sehingga terpelanting jauh. Bony sudah menumbangkan satu orang dan kini mereka berdua harus melawan empat orang.
Venus segera berlari kecil sepanjang selasar rumah sakit menuju ruang perawatan dimana Bony sedang mendapat perawatan atas luka memar dan luka sobek di bagian sudut pelipisnya. Perawat baru saja selesai menempelkan perban di pelipis kiri Bony ketika tiba-tiba Venus memeluknya dari arah belakang.Bony terkejut, lengan mungil Venus melingkar erat di pinggangnya, napas Bony tertahan karena nyeri kembali dirasakannya karena Venus memeluknya tepat di bekas luka-luka lebam punggung dan perutnya. Punggung baju Bony basah, dia tahu jika gadis cantik itu sedang menangis karena mengkhawatirkannya.“Hey … aku pikir seorang gadis tomboy tidak akan mudah menangis, aku gak suka gadis cengeng.”“Venus gak nangis, Venus cuma kelilipan doang.”“
“Tentu, aku tidak akan membunuhnya di malam pertama kami, dia akan baik-baik saja, dia akan kubiarkan tetap utuh untukmu, Venus,” jawab Sheira dengan bercanda. Venus mencoba tertawa kecil, di dalam hatinya dia berharap agar Sheira bisa mengubah sikapnya pada Panji.“Apa kau berniat menangkap buket bunga pengantinku? Aku akan sengaja melempar ke arahmu nanti.” Sheira menyunggingkan senyumnya. Mata Venus berkaca-kaca melihat wajah sepupunya, penampilannya memang tomboy tapi hati Venus sangat peka dan mudah tersentuh.“Aku ingin memelukmu, Sheira.”Sheira pun memeluk Venus dengan hangat, meski usia mereka tidak terlalu jauh beda tapi waktu Venus lebih banyak dihabiskan di Amerika tempat ayah Venus bertugas. Mereka berdua tidak sedekat itu dulu dan pelukan ini terasa tulus bagi keduan
Pesta pernikahan megah dan mewah itu sudah usai. Raut wajah lelah Sheira jelas terlihat. Gaun pengantin diganti berkali-kali dan mereka harus berdiri berjam-jam dan ramah menyapa para tamu undangan. Kedua pengantin sudah dipersilakan meninggalkan ruangan menuju kamar pengantin mereka. Sheiran terlihat tertatih-tatih berjalan karena heels yang digunakannya sudah membuat kakinya sangat pegal.Tanpa berbicara sepatah katapun Panji mengangkat tubuh Sheira dan menggendongnya menuju kamar pengantin mereka di kamar VVIP hotel. Tadinya Sheira menolak dan meminta turun tapi Panji tetap berjalan dan mengacuhkannya. Vero dan beberapa asisten lainnya mengikuti kedua pengantin baru itu karena mereka akan membantu Sheira mengganti bajunya.Vero bergegas membuka kamar pengantin yang terlihat begitu indah, oma Imelda sendiri yang turun tangan untuk memantau persiapan kamar pen
Bony menggeleng, dia tidak bisa melihat masa depan yang cerah untuk Venus jika ini diteruskan.“Tidak Venus, maafkan saya, saya tidak bisa membalas cinta kamu. Hubungan ini tidak akan berhasil, kamu mungkin bisa menerima saya tapi tidak dengan dunia kamu. Masuklah dan beristirahatlah, percakapan ini selesai dan saya anggap tidak pernah ada. Kamu anak dan cucu dari majikan saya, saya menghormati kamu sebatas itu tidak lebih.”Venus tergugu mendengar kalimat Bony yang menghujam hatinya, buket di tangannya terlepas. Perlahan Venus melepas jas Bony yang tersampir di bahunya dan menjatuhkannya ke lantai. Isakan dari tangis kecewanya semakin jelas terdengar. Venus berbalik dan setengah berlari ingin kembali ke dalam ruangan tapi dirinya menabrak seseorang. Venus pun terjatuh sehingga sepatu kanannya terlepas.
“Tanggung jawab Papa atas kamu sudah berpindah ke tanganku ketika kamu sudah jadi istriku. Pernikahan ini bukan main-main dan bukan hanya kedok untuk menyelamatkan mukamu di publik, Sheira. Mulai dari sekarang kamu harus belajar menghormati orang lain dan mulai lah dari suami kamu.” Panji menatap dengan tajam, Vero yang berada tak jauh dari Sheria sudah was-was dengan kelakuan Sheria yang temperamen.Sheira mengayunkan tangannya untuk menampar Panji tapi panji menangkapnya dan menahan tangan Sheira.“Tidak, jangan lakukan ini lagi. Aku baru saja memperingatkan untuk memperbaiki sikapmu jika tidak—““Jika tidak apa hah? Kamu mau apa?!” tantang Sheria dengan sengit.“Semua tindakan ada konsekuensinya, mengerti? Jangan menanta
Sheira membuka kamar utama, dia harus mengakui jika kamar ini didesain dengan indah dan sedikit tema klasik. Dominasi warna putih mewarnai kamar itu dengan sedikit sentuhan warna emas untuk memberikan kesan mewah. Sheira memegang tengkuknya yang terasa cukup lelah. Disentuhnya tempat tidur dengan cover yang lembut dan wangi. Aroma lavender samar tercium dari sprei yang ditidurinya. Sheira memiliki sedikit kesamaan dengan Terryn, mereka berdua sama-sama penyuka aroma Lavender dan sepertinya Panji mengetahui itu.Mata Sheira tertuju pada foto pernikahan mereka dengan pose yang berbeda seperti di lantai bawah. Segaris senyum tipis terlihat dari bibir Sheira. Di foto itu Panji terlihat sangat tampan dengan senyum khasnya, bibir tipis Panji yang tak pernah tersentuh rokok terlihat memerah alami dan … tanpa sadar Sheira menyentuh bibirnya. Kejadian tadi pagi melintas lagi dalam ingatannya yang membuat kem
Di lokasi syuting Sheira diperkenalkan dengan seorang aktor lawan mainnya, Nino. Nino baru saja menyelesaikan syuting iklan dan beberapa pemotretan di luar negeri dalam beberapa pekan terakhir. Ini adalah pertama kalinya Sheira bertemu dengan Nino dalam satu scene.Mereka berdua bisa cepat akrab dan saling membantu untuk mempermudah pekerjaan mereka. Di dalam sinetron yang mereka bintangi Nino dan Sheira memerankan sebagai sepasang kekasih yang akan menikah. Sebenarnya Sheira agak canggung dengan adegan mesra yang akan dilakukannya dengan Nino tapi pemuda tampan itu meyakinkannya jika mereka harus totalitas dalam berakting.Vero memandang Sheria yang sedang latihan dialog bersama Nino. Matanya tak lepas memandang pemuda yang berperawakan tinggi tegap dengan otot yang bagus.‘Duuuh … pemandangan baru ini … bakal saingan deeh sama Mas Panji.’ Vero tersenyum centil di sudut ruangan. Tiba-tiba ponselnya berdering sebuah panggilan diterima d
Venus melangkahkan kaki menuju ruangan Panji dengan beberapa berkas di tangannya. Oma Imelda menyuruh gadis manis itu untuk mengantarkannya kepada Panji. Wajahnya seakan ikut digelayuti mendung seperti awan hitam yang sedang bergulung di langit luar kantor Panji. Hatinya masih patah karena penolakan Bony di malam itu. Saat ini dia berharap untuk tidak bertemu dengan laki-laki itu.“Pagi, Mba Venus. Mau ketemu dengan pak Panji yaa?” sapa mba Mela salah satu bawahan Panji.“Iya, Mba, Kakak saya ada?” tanya Venus meski dia sudah tahu jawabannya.“Oh iya, Mba, ada kok, silakan masuk.” Mba Mela yang mejanya dekat dengan pintu ruangan Panji tersenyum ramah mempersilakan gadis itu masuk.Venus berdiri sejenak menghela napas, dia m