Share

Persiapan Ritual

Bab 7: Persiapan Ritual

Pagi hari datang dengan udara segar dan embun yang berkilauan di dedaunan. Anisa bangun lebih awal dari biasanya, merasakan campuran antara kegelisahan dan semangat. Hari ini adalah hari yang sangat penting, di mana mereka akan melaksanakan ritual pembebasan Ayu, roh penjaga hutan Sunyaragi.

Di luar rumah Bu Martini, penduduk desa sudah berkumpul, siap memberikan dukungan mereka. Anisa memandang kerumunan dengan hati yang penuh rasa syukur. Ia tahu bahwa tanpa bantuan mereka, perjalanan ini tidak akan mungkin berhasil.

"Selamat pagi semuanya," kata Anisa dengan senyum. "Hari ini kita akan berangkat ke Kuil Tertinggi untuk melakukan ritual pembebasan. Terima kasih atas dukungan dan bantuan kalian selama ini."

Penduduk desa bersorak memberikan semangat, sementara Bu Martini maju ke depan membawa tiga artefak yang mereka temukan: Batu Jiwa, Cincin Matahari, dan Kain Pelindung. "Anisa, kamu harus memimpin ritual ini. Kami semua akan mendukungmu," kata Bu Martini dengan lembut.

Dengan persiapan yang matang, Anisa dan timnya memulai perjalanan terakhir mereka menuju Kuil Tertinggi. Kuil tersebut terletak di tengah hutan yang lebat, sebuah tempat suci yang jarang dikunjungi. Mereka harus melewati rintangan dan tantangan terakhir sebelum mencapai tujuan mereka.

Saat mereka mendekati kuil, suasana semakin hening. Di sekitar mereka, hutan terasa lebih hidup, seakan-akan alam menyadari pentingnya hari ini. Mereka akhirnya tiba di sebuah dataran yang luas dengan kuil besar berdiri megah di tengahnya. Batu-batu besar yang membentuk kuil itu dipenuhi dengan ukiran kuno yang menggambarkan cerita-cerita lama.

Anisa mengambil napas dalam-dalam sebelum melangkah masuk ke dalam kuil. Di dalamnya, mereka menemukan altar besar yang dikelilingi oleh cahaya alami dari celah-celah di atap kuil. Mereka menempatkan ketiga artefak di atas altar sesuai dengan petunjuk yang terdapat di kitab kuno.

Dengan hati-hati, Anisa membaca mantra pembuka dari kitab kuno yang mereka temukan. "Dengan kuasa Batu Jiwa, Cincin Matahari, dan Kain Pelindung, kami memohon kepada roh penjaga hutan, Ayu, untuk kembali dan melindungi desa kami," kata Anisa dengan suara lantang.

Seketika, cahaya terang muncul dari altar, menyinari seluruh ruangan. Angin kencang berhembus di dalam kuil, membawa serta suara-suara dari masa lalu. Sosok Ayu perlahan muncul di tengah cahaya, tampak lebih kuat dan berwibawa dari sebelumnya.

"Anisa, dan kalian semua yang telah membantuku, aku berterima kasih," kata Ayu dengan suara lembut namun kuat. "Dengan bantuan kalian, aku dapat kembali melindungi hutan Sunyaragi dan desa kalian."

Anisa merasakan air mata mengalir di pipinya, campuran antara kegembiraan dan kelegaan. "Ayu, kami senang bisa membantumu. Desa kami membutuhkan perlindunganmu," katanya dengan penuh emosi.

Ayu tersenyum lembut dan mengangguk. "Aku akan selalu ada untuk melindungi kalian. Terima kasih telah menyelamatkan rohku dari kutukan yang mengikat."

Cahaya di dalam kuil perlahan redup, dan Ayu menghilang, kembali menjadi satu dengan alam. Namun, mereka semua bisa merasakan kehadirannya yang kuat di sekeliling mereka. Anisa dan timnya berdiri dengan bangga, merasa lega bahwa mereka telah berhasil menyelesaikan misi mereka.

Setelah ritual selesai, mereka kembali ke desa dengan perasaan damai. Setibanya di desa, mereka disambut dengan perayaan besar-besaran. Penduduk desa menghiasi alun-alun dengan bunga dan lampu-lampu, merayakan kembalinya Ayu dan keberhasilan mereka.

"Anisa, kamu adalah pahlawan kita," kata Pak Bima dengan penuh bangga saat mereka berkumpul di sekitar api unggun malam itu. "Terima kasih telah memimpin kami dan menyelamatkan hutan serta desa ini."

Anisa tersenyum dengan rasa syukur. "Kita semua adalah pahlawan. Tanpa dukungan kalian, aku tidak akan bisa melakukannya. Ini adalah kemenangan kita bersama."

Malam itu, mereka merayakan dengan tarian, nyanyian, dan makanan enak. Desa Sunyaragi dipenuhi dengan kebahagiaan dan rasa syukur. Mereka tahu bahwa dengan kembalinya Ayu, mereka telah mengamankan masa depan yang cerah bagi desa dan hutan mereka.

Esok paginya, Anisa bangun dengan perasaan baru. Ia merasa lebih kuat dan lebih percaya diri. Ia tahu bahwa apapun tantangan yang datang di masa depan, mereka bisa menghadapinya bersama. Dengan Ayu sebagai penjaga hutan dan penduduk desa yang bersatu, Sunyaragi akan terus makmur dan damai.

Anisa berdiri di depan rumahnya, memandang hutan Sunyaragi yang sekarang tampak lebih hidup dan indah. Ia tersenyum, merasakan kebahagiaan yang mendalam. Petualangan ini telah mengubahnya, mengajarinya tentang keberanian, persahabatan, dan kekuatan kerja sama.

Dan dengan itu, Anisa siap untuk menghadapi hari-hari yang akan datang, dengan keyakinan bahwa mereka semua telah membuat perbedaan besar bagi desa dan hutan tercinta mereka.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status