Bab 66Seluruh yang berada di pantry tentu saja kaget bukan main mendengar pengakuan lugas Lovita. Selama ini mereka pikir perempuan itu masih gadis. Nyatanya prasangka mereka meleset. Alih-alih masih sendiri Lovita malah sedang berbadan dua."Oh my God, oh my God, oh my God! Lo bilang apa tadi, Lov?" Nathan yang pertama kali memberi respon. Pria kemayu itu pucat pasi. Padahal seharusnya Lovitalah yang ketakutan."Lo nggak salah dengar. Gue memang hamil," aku Lovita sekali lagi yang membuat orang-orang ternganga."How could?" Pertanyaan itu keluar dari mulut Disa. Gadis itu merasa betul-betul syok. Selama ini dirinya begitu dekat dengan Lovita. Tapi ternyata ia tidak benar-benar mengenal sang teman."Yang bener dong, Lov. Nggak lucu banget lo ngeprank-nya imbuh Laras sambil memijit-mijit dahi.Lovita tersenyum tipis. Ia sangat mengerti keheranan rekan-rekannya. Bisa dipahami mereka bereaksi seperti ini.Lovita pandangi teman-temanya tersebut satu demi satu. Entah apa penilaian mereka
Bab 67Tanpa terasa sudah memasuki bulan ke delapan usia kandungan Lovita. Perutnya yang semakin besar dan membola membuat Lovita mulai kesulitan berjalan.Lovita juga masih bekerja di Best TV. Dia butuh uang untuk hidup dan menghidupi anaknya nanti. Dia juga butuh biaya yang tidak sedikit untuk persalinan. Hanya dari sana sumber dananya. Sedangkan transferan uang dari Leo sudah berhenti sejak beberapa bulan yang lalu. Atau lebih tepatnya sejak hubungan mereka retak lalu lost contact hingga saat ini.Lovita masih sering melihat wajah Leo wara-wiri di media sosial. Atau terkadang jika saat weekend Lovita jalan dengan Gina ke mal, ia juga akan melihat wajah Leo di iklan pakaian, sepatu atau pewarna rambut. "Laki lo tuh, Lov," ujar Gina saat melihat poster Leo. Waktu itu mereka baru memasuki counter kosmetik. Wajah Leo terpampang besar mengiklankan sebuah produk lipstik. Di sana Leo terlihat benar-benar seperti wanita. Tidak ada yang menduga jika dia adalah laki-laki tulen kalau tidak ke
Bab 68"Kamu duduk aja, Lov. Biar saya yang urus," ujar Juna setelah mereka berada di apotik. Setelah mendapat resep dari dokter mereka langsung ke tempat itu untuk mengambil obat.Lovita mengedarkan mata mencari tempat duduk kosong. Sedangkan Juna meletakkan resep obat ke bagian penerimaan resep.Segala ucapan lelaki itu dan sang obgyn di ruangan dokter tadi masih membekas dengan jelas di benak Lovita. Dan itu membuat pipinya kembali hangat. "Emang biasanya nggak ramai ya, Lov?" Juna sudah kembali lalu duduk di sebelah Lovita."Apanya, Mas?""Orang yang ngambil obat di sini," jawab Juna sembari menyebar mata ke sekelilingnya. Sore itu suasana di apotik tidak terlalu ramai sehingga mereka dengan mudah mendapatkan tempat duduk."Random sih, Mas. Kadang ramai, kadang ramai banget. Dan kadang biasa aja kayak sekarang."Juna mengembalikan pandangan pada Lovita kemudian berkata, "Lov, mengenai perkataan saya di ruangan dokter tadi jangan diambil hati ya. Tadi saya hanya asal iyain aja.""
Bab 69Mobil yang dikendarai Juna berbelok memasuki kawasan sebuah pusat perbelanjaan besar. Di dalam sana terdapat berbagai tenant. Mulai dari pakaian, alas kaki, elektronik, kosmetik, sampai perlengkapan bayi. Setelah mendapat tempat parkir Juna membukakan pintu mobil untuk Lovita. Pria itu mengulurkan tangannya, membantu Lovita keluar dari sana. "Kita makan dulu atau shopping?" Juna menanyakan tujuan mereka sembari meninggalkan area parkir.Sejujurnya Lovita lapar. Tapi kalau dia menerima ajakan Juna pasti lelaki itu lagi yang mentraktirnya. Beberapa kali mereka makan bersama Juna selalu menolak untuk dibayari. Setiap kali Lovita hendak mengeluarkan uang Juna lebih dulu mengambil dompetnya."Saya lapar sih, Mas, dan mau makan dulu. Tapi kalau kita makan ada syaratnya, Mas."Dahi pria yang sedang melangkah bersamanya berkerut mendengar ucapan Lovita."Syarat apa, Lov?" tanyanya heran."Saya yang traktir," ucap Lovita lugas.Seketika tawa Juna berderai."Syaratnya kok gini banget?
Bab 70Bagaimana tidak terkejut? Di dalam lift tersebut Lovita bertemu dengan Leo. Pria itu tidak sendiri. Ada Michelle bersamanya. Lovita sontak melepaskan gandengan tangannya dari Juna ketika menyadari arah pandang Leo yang tertuju pada tangannya.Sedangkan Michelle, perempuan itu tidak dapat menyembunyikan rasa terkejut menyaksikan perut Lovita yang menggembung besar."Lo Lovita kan?"Lovita mendengkus di dalam hati. Bagaimana mungkin Michelle bersikap seolah hampir melupakannya setelah begitu banyak hal yang terjadi di antara mereka?"Ya ampun, Lov! Lo lagi hamil?" cerocos Michelle dengan ekspresi yang dilebay-lebaykan seakan menunjukkan betapa syoknya dia. "Kayak yang lo lihat," jawab Lovita membalas pertanyaan retoris tersebut."Emang lo udah nikah lagi? Wow, express banget ya! Perasaan baru kemarin lo cerai tapi sekarang udah hamil. Eh ini laki lo?" Michelle menggeser mata pada Juna yang berdiri di sebelah Lovita. Walau Michelle pernah syuting di studio Best TV tapi perempuan
Bab 71"Gue mau ketemu Lovita," kata Leo to the point.Awalnya Gina bermaksud untuk menceramahi Leo atas segala tingkahnya yang telah menyakiti Lovita. Tapi Gina juga tahu bahwa ia tidak berhak ikut campur terlalu jauh ke dalam urusan keduanya. Biarlah Lovita menyelesaikan urusannya berdua dengan Leo."Siapa, Gin?" tanya Lovita karena sudah terlalu lama Gina berada di depan."Aku."Lovita yang tadinya bermain ponsel mengangkat wajah. Di detik itu juga perempuan itu terkejut ketika tahu siapa yang saat ini sedang berdiri di hadapannya.Leo."Le, kamu di sini?" Lovita masih belum percaya jika pria yang menjadi suaminya itu berdiri tegak di hadapannya."We need to talk, Lov."Lovita mengangguk. Begitu banyak hal yang harus mereka bicarakan, terlebih mengenai hubungan mereka."Duduk dulu, Le.""Di kamar kamu bisa?" Leo ingin tempat yang lebih privat untuk memperbincangkan privasi mereka. Bukan berarti dia menuduh Gina akan menguping.Lovita berdiri dari tempat duduknya kemudian menuntun L
Bab 72"Aku lihat di luar ada banyak kantong belanjaan. Tadi kamu belanja apa aja?" tanya Leo setelah pelukannya dan Lovita terurai."Aku beli perlengkapan untuk anak kita. Lucu-lucu deh. Tadi aku hampir kalap pengen beli semua. Coba sana kamu lihat sendiri."Leo tersenyum. Dibelainya kepala Lovita lalu pria itu bangkit dari duduknya kemudian melangkah keluar kamar. Diambilnya kantong-kantong belanjaan tersebut lalu menjinjingnya kembali ke kamar."Aku buka boleh?""Ya buka aja sih, ngapain minta izin. Kamu kan bukan orang lain kali, Le."Leo membuka kantong berwarna putih dengan logo toko perlengkapan bayi ternama di kota mereka. Seketika aneka pakaian bayi yang lucu-lucu memenuhi ruang matanya. Lovita benar. Pakaian itu lucu-lucu. Imut, mungil, dengan motif-motif menggemaskan. Tanpa sadar seulas senyum bahagia terkembang di bibir Leo. Aneka baju mungil bak baju boneka itu menyadarkan Leo pada satu hal, bahwa tidak lama lagi ia akan menjadi orang tua. Mendadak perasaannya jadi meng
Bab 73Lovita bangun pagi ini dengan penuh semangat. Ia bahkan berepot-repot masuk ke dapur guna menyiapkan sarapan pagi untuk Leo.Nanti Leo akan mengantarnya ke Best TV. Tadi Lovita sempat protes ketika Leo menyatakan keinginannya tepat setelah mereka membuka mata."Lov, nanti aku yang nganterin kamu ya?""Seriously?" Tentu saja Lovita terkejut.Bagaimana jika nanti orang-orang tahu? Bagaimana jika mereka melihat Leo? Tentu mereka keheranan. Berbagai tanya akan datang. Dan Lovita tidak tahu bagaimana cara menjawabnya."Aku cuma sampe di mobil, nggak turun, jadi mereka nggak akan tahu."Barulah Lovita sedikit tenang.Leo sedang mandi ketika Lovita tinggalkan ke dapur. "Masak apa, Lov?" Tangan Leo tiba-tiba sudah melingkari di perut Lovita. Begitu pun dengan dagu lelaki itu yang ditumpukannya di pundak Lovita."Gina kemarin masak nasi banyak banget jadi daripada mubazir dan mumpung lagi ada kamu di sini aku goreng aja."Jadi aku cuma dikasih nasi sisa?" Leo memprotes dengan wajah pura