“Kamu ini, aku serius bertanya.”
“Aku jarang diam di rumah sampai tidak pernah memikirkan apakah aku kesepian atau tidak selama tinggal di sini.”
“Orang tua kamu ke mana?”
“Kerja, mereka juga jarang pulang ke sini. Tepatnya mereka langka ada di negara ini. Mereka tidak bisa hidup tanpa pekerjaannya, anaknya hampir mati pun sepertinya mereka tidak akan peduli.”
“Kamu tidak boleh bicara seperti itu.”
“Memang faktanya begitu.”
“Orang tua kamu pasti punya alasan, jangan terlalu berburuk sangka.”
“Sudah ah, jangan bahas mereka, malas aku.”
“Pacar kamu tidak akan marah kan aku di sini?”
“Memangnya aku punya pacar?” tanya Karel.
“Bagaimana kamu ini, ya mana aku tahu.”
“Aku juga tidak tahu kalau aku punya pacar.”
Alessa terkekeh sebentar sampai ia menepuk jidatnya se
"Aku merasa ini ulah sepupu-sepupu Angel, Jay," ungkap Karel setelah menjelaskan detil kejadian yang menimpanya hari ini.Jaydan buru-buru meninggalkan tempat reuni begitu mendapat kabar bahwa Karel kecelakaan. Meski sering berdebat dan bahkan bertengkar tapi dua sahabat itu tetap saling peduli dan selalu ada di kala keduanya membutuhkan satu sama lain.Jaydan menggeleng, mengelak perkiraan Karel yang menebak dalang di balik insiden penabrakkan yang dialaminya."Bukan, pasti bukan Renata dan Hena. Mereka sudah berdamai dengan Angel, dan lagi memang apa motif mereka sampai harus mencelakaimu seperti itu?""Bisa saja Hena masih dendam gara-gara aku mempermainkannya waktu itu.""Kurasa tetap mustahil, Rel, pasti ada orang lain yang berniat buruk pada kita. Dari pesan ancaman yang dia kirim, terlihat jelas kalau dia takut jika kita terus berada di dekat Angel. Karena dengan keberadaan kita maka ruang gerak orang itu untuk mencelakai Angel jadi se
Hari Rabu, tepat pukul sepuluh, keluarga Angel dan teman-teman gadis itu sudah memasuki ruang persidangan. Mereka duduk berderet di kursi sebelah kanan, ada Axel yang juga menghadiri sidang tersebut. Sudah lama ia tidak melihat istrinya bekerja, karena persidangan ini sangat spesial makanya Axel menyempatkan waktu.Jeyasa sedang bersiap di mejanya sambil membereskan beberapa berkas yang diperlukan untuk pembelaan nanti. Wanita hamil itu menoleh ke arah keluarganya dan mendapati sang suami sedang tersenyum manis padanya. Seperti dengan cara itu Axel sedang memberikan dukungan penuh pada Jeya yang sebentar lagi akan berjuang.Kasus yang diperkarakan Jeya hari ini sebenarnya bukan kasus banding atas tuduhan pencucian uang yang dilakukan Adam Lee. Kasus itu tidak bisa digugat kembali karena terdakwa sudah meninggal dunia tapi dalam prosesnya Jeya mendapat kasus yang disinyalir masih ada kaitannya dengan kasus Adam Lee. Jeya ingin menuntut salah satu perusahaan yang menyuap
"Mari bersulang untuk kemenangan Angel sang Evil Queen yang mulai tobat, cheers!!!"Untuk merayakan kemenangan kasus mendiang ayah Angel, Karel mengajak teman-temannya untuk makan-makan di sebuah kafe yang masih satu kawasan dengan pengadilan. Axel dan Jeya memutuskan pulang duluan karena masih ada urusan yang harus mereka selesaikan begitu pun dengan keluarga paman Angel. Sekarang di kafe itu hanya ada empat serangkai yang mulai sulit dipisahkan dalam berbagai keadaan."Kau ini memang suka cari gara-gara ya, Galah?""Oh, jelas, aku satu-satunya orang yang selalu memberi masalah menyenangkan padamu. Hidupmu akan hambar kalau tidak punya masalah, jadi bersyukurlah karena semua masalah yang menimpamu, hidupmu jadi lebih berwarna dan menyenangkan. Bukan begitu, Jay?""Terserah kau saja.""Dih, kau itu bisa tidak sekali saja membelaku di hadapan kekasih angkuhmu itu?"Kau tidak pantas dibela," balas Jaydan kejam, Karel mengangguk denga
Berita mengenai penangkapan James Marion sudah tersebar ke seantero negeri, mulai dari media cetak, media online, televisi, dan radio meliput laporan tersebut dan semuanya kompak mengumumkan bahwa Adam Lee bebas dari segala tuduhan.Tentu saja masyarakat yang semula membenci Adam Lee berbalik menaruh simpati sekaligus menyesal karena sempat melayangkan tuduhan yang macam-macam pada orang yang salah. Begitu pun sebaliknya, mereka yang ada di pihak Adam Lee sejak awal mengucap syukur sedalam-dalamnya atas terkuaknya fakta yang selama ini ditenggelamkan.Kampus Nethern menjadi tempat paling utama untuk membahas kasus itu. Semua penilaian buruk sudah tersapu bersih dan kini mereka kembali memandang Angel sebagai orang yang penuh kuasa. Bagaimana tidak, semua aset dan harta yang semula disita pihak komisi anti korupsi kini sudah kembali pada pemiliknya. Pada sang pewaris tunggal kekayaan Adam Lee, siapa lagi kalau bukan Angel.Dua pekan setelah sidang terakhir, Angel
"Ada yang perlu aku diskusikan sama kakak.""Aku ada kelas sepuluh menit lagi.""Oh, bagaimana kalau setelah kuliah nanti?""Kenapa tidak sekarang saja?""Sepertinya waktunya tidak akan cukup, Kak. Agar lebih leluasa lebih baik kita bertemu nanti sore, bagaimana? Ada yang mau aku bicarakan, penting."Angel berpikir sebentar lalu ia mengangguk."Oke."Setelah mengatakan itu Angel langsung pergi tanpa membalas ucapan terima kasih dan senyuman lebar yang diperlihatkan Naina."Kak Karel, kak Jaydan, aku duluan ya.""Ya, ya, bye Nai."Hanya Karel yang membalas sedangkan Jaydan menatap penuh keheranan pada Naina yang kini sudah keluar dari sekre. Alhasil hanya ada Jaydan dan Karel di ruangan itu."Wahh, mau apa tuh si Naina? Kau curiga tidak sih, Jay?""Jangan menggiring opini yang aneh-aneh, Rel.""Ck, ini bukan menggiring opini tapi bagian dari investigasi. Orang suruhanku sudah mengirim bukti-buk
"Ah, Karel sedang iri tuh, makanya dia menyebarkan hoaks tentang Bapak dan ibu presma, ha ha ha," kelakar Gerry disambut tawa yang lain."Heuhh, diberi tahu tidak percaya.""Ah, omong-omong selamat ya kak Angel karena ayahmu terbukti tidak bersalah," ungkap rekan anggota Angel yang duduk di sebelah gadis itu."Oh, iya, terima kasih.""Ck, untung ... aku tidak percaya kalau ayah Angel korupsi, jadi aku aman-aman saja, he he," celetuk Gerry lagi membuat Karel dan Jaydan saling pandang."Aman bagaimana maksudnya, Ger?""Ya itu, akhir-akhir ini kan anak-anak sering mendekati Angel untuk minta maaf. Bahkan sampai ke mana pun Angel melangkah maka akan selalu ada yang mengekorinya, ngeri kan. Hati-hati Jay, citra pacarmu sudah bersih lagi, pasti banyak yang mengincarnya.""Wahhh, Gerry jangan suka gitu, ah. Nanti Jaydan tidak bisa tidur, dia kan bucin akut, ha ha ha."Jaydan langsung menendang tulang kering sahabatnya itu sampai
Angin berembus dengan menenangkan sore ini, cuaca cukup cerah meski mentari hampir tenggelam di di balik gedung-gedung tinggi—yang menjadi pemandangan pertama ketika dilihat di atas Green Roof.Lima menit berlalu, Angel masih menunggu kedatangan Naina yang katanya ingin bertemu dengannya.Diliriknya arloji warna perak itu berulang kali, Naina masih belum menampakkan batang hidungnya. Angel mendesah tak sabar, baru ia akan beranjak dari tempat itu tiba-tiba sebuah tangan menahannya.“Kak!” panggil Naina masih memegang tangan Angel yang langsung dihempas.“Tidak usah membuat janji kalau tidak bisa datang tepat waktu.”“Maaf Kak, tadi tiba-tiba dosenku mengajak bertemu di prodi jadi aku telat menemui kakak. Aku tidak bermaksud membuat kakak menunggu lama.”Angel membeliak, tangannya melipat di atas perut. Mood untuk berbicara dengan Naina sudah berantakan, ia ingin pergi tapi juniornya itu terus
“Tidak penting, aku malas membahasnya.” Bukan maksud Angel tidak mau terbuka lagi pada kekasihnya tapi sungguh ia tidak ingin membicarakan gadis menyebalkan itu bahkan menyebutkan namanya saja, Angel malas. “Jangan begitu, lah, Evil Queen. Kau kan tahu kami sedang menyelidiki Naina atas kasus sianida itu, cobalah kooperatif dong.” “Kalau pun harus bercerita, aku tidak akan cerita padamu.” Karel mengepalkan tangan, ingin rasanya meremas mulut licin Angel agar berhenti membuatnya kesal. Gadis itu memang pandai memantik amarah Karel, bahkan saat dia diam pun masih tampak begitu mengesalkan di mata Karel, jauh berbeda dengan Alessa yang selalu berhasil