“Tidak penting, aku malas membahasnya.”
Bukan maksud Angel tidak mau terbuka lagi pada kekasihnya tapi sungguh ia tidak ingin membicarakan gadis menyebalkan itu bahkan menyebutkan namanya saja, Angel malas.
“Jangan begitu, lah, Evil Queen. Kau kan tahu kami sedang menyelidiki Naina atas kasus sianida itu, cobalah kooperatif dong.”
“Kalau pun harus bercerita, aku tidak akan cerita padamu.”
Karel mengepalkan tangan, ingin rasanya meremas mulut licin Angel agar berhenti membuatnya kesal. Gadis itu memang pandai memantik amarah Karel, bahkan saat dia diam pun masih tampak begitu mengesalkan di mata Karel, jauh berbeda dengan Alessa yang selalu berhasil
“Moca ... kau rindu aku tidak?”Angel sangat gembira dipertemukan kembali dengan si kucing tersayang yang menjalani LDR dengannya dalam waktu yang lumayan lama. Keluarga Jaydan benar-benar merawat kucing itu dengan sangat baik, terbukti bobot tubuh Moca bertambah signifikan dari yang terakhir Angel ingat.“Kau pasti selalu makan banyak di sini, kan? Dasar kucing nakal, sudah kubilang hemat, jangan menyusahkan mama Jaydan!” omel Angel sepuasnya, ia bebas mengatakan apa pun yang ia mau karena saat ini Angel sedang duduk sendiri di kursi taman belakang kediaman rumah Jaydan.Kekasihnya sedang mengambil minuman, katanya sedang membuat cappucino untuknya dan Angel. kedua orang itu memang memiliki selera yang sama dalam hal makanan dan minuman, salah satunya cappucino ini. Angel menciumi Moca hampir di sekujur tubuh kucing itu. Jaydan yang baru datang sambil mem
Pesta Karel diadakan dengan meriah seperti yang sudah lelaki itu pamerkan pada teman-temannya. Lelaki jangkung itu menyewa satu kelab malam elite sebagai tempat pesta. Sengaja memilih tempat itu karena dirasa cocok dengan tema acara dan rata-rata teman Karel pun memang suka berkunjung ke sana. Hitung-hitung pesta sambil refreshing. Di antara semua orang yang senang dengan pemilihan tempat itu hanya Jaydan yang protes. Bahkan laki-laki itu sempat berniat untuk tidak datang ke acara ulang tahun Karel, untung Angel bersedia datang sehingga Karel tidak perlu mengeluarkan jurus 1001 rayuan untuk membujuk Jaydan datang.Pria itu mengangkat gelas minumannya dan bersulang bersama teman-temannya yang sedang asyik menari-nari mengikuti alunan musik sang DJ. Jaydan sudah duduk santai di sudut ruangan—menunggu sang kekasih yang belum muncul. Karel melipir dari kehebohan orang-orang di arena dansa, dia duduk di samping Jaydan sambil melentangkan tangannya. Tak lama kemudian
“Alessa, tunggu!” Karel terus memanggil nama itu selama pengejaran yang dilakukannya.Orang yang seharusnya menikmati pesta meriah itu justru tengah mengejar seorang gadis yang tak kunjung menghentikan langkah atau sekadar berbalik untuk menatapnya pun tidak dia lakukan. Alessa masih sakit atas penghinaan yang dia dapat, memang seharusnya sejak awal gadis itu tidak bergaul dengan Karel dan teman-temannya. Bahkan lelaki jangkung itu pun sudah menegaskan berulang kali bahwa dia dan Alessa berada di kasta yang berbeda.“Al!” sentak Karel sambil meraih tangan Alessa.Dilihatnya pipi gadis berambut sebahu itu sudah berair, ia memalingkan wajah agar kesedihannya tak terlihat oleh Karel.“Kamu sedang apa di sini, Rel? Kembalilah ke dalam, jangan biarkan tamu-tamu kamu menunggu di sana.”“Kita harus bicara.”Kedua orang itu pun akhirnya saling berhadapan tepat di depan area kelab. Malam semakin dingin
Angel memperhatikan gerak-gerik Alessa yang sedikit aneh saat Karel sengaja duduk di samping gadis itu. Pipi Alessa bersemu merah tanpa alasan, ia pun tidak banyak bicara dan hanya menjawab ketika Angel bicara padanya. Tidak jauh berbeda, laki-laki jangkung menyebalkan itu pun tidak kalah mengherankan. Sejak kedatangan mereka ke kafetaria, Karel terus menempeli Alessa. Menawarkan ini dan itu, tidak berhenti memperhatikan Alessa bahkan untuk hal-hal yang terbilang sepele.“Kalian berdua kenapa?” ujar Angel menatap penuh selidik.Jaydan yang tadinya sedang menikmati makan siangnya pun mendadak mengalihkan perhatian pada Alessa dan Karel—seperti ikut penasaran dengan pertanyaan kekasihnya.“Kenapa apa maksudmu?” sahut Karel agak nyolot.“Hari ini kalian berdua sangat aneh, apa terjadi sesuatu tadi malam?”“Aneh bagaimana, perasaan biasa saja, iya kan Al?”“Hah? Oh, iya.” Alessa t
"Aku sudah memeriksa semua data dan dokumen penting yang tadi diacak-acak, syukurnya tidak ada yang rusak atau hilang," jelas salah seorang anggota BEM.Pertemuan yang tadinya akan membahas perihal rapat kerja BEM bulan ini malah menjadi rapat darurat untuk mengusut kasus percobaan pembunuhan. Jaydan sudah melaporkan masalah ini kepada pihak lembaga, beberapa saat lagi polisi akan datang melakukan investigasi."Bagaimana dengan hasil cctv-nya Rel, apa orang itu terekam?""Tadi aku melihat dia memang terekam di cctv tapi kurang jelas karena orang itu memunggungi kamera. Sori juga Jay, aku tidak bisa menangkapnya tadi. Dia menghilang tanpa jejak padahal aku sudah meminta bantuan sekuriti kampus untuk menangkapnya.""Tidak masalah ini bukan salahmu, kita harus mengusut tuntas kasus ini karena ini menyangkut keselama
“Untuk sementara waktu kamu tinggal saja di sini Angel, biar lebih aman. Ada Ibu yang bisa selalu mengawasimu,” kata Jeya, sepulang kuliah Jaydan tidak mengantarkan Angel ke rumah gadis itu melainkan ia bawa ke rumahnya karena merasa sangat khawatir. Takut orang itu menyerang Angel di sana tanpa sepengetahuan Jaydan, membayangkannya saja membuat Jaydan merinding.“Jeya benar Angel, sebaiknya kamu tinggal di sini saja. Biar rumah diisi oleh asisten rumah tangga di sana. Nanti ayah akan bantu membongkar siapa pelaku aksi teror meresahkan ini.”“Iya, Yah, aku juga akan membantu nanti.”“Sayang, kehamilanmu sudah membesar, jangan terlalu banyak pikiran. Urusan Angel dan Jaydan biar aku yang turun tangan kali ini.”Di rumah Jaydan, begitu banyak orang yang perhatian pada Angel, meski tadi siang ia sempat didera rasa takut yang besar namun kini semua ketakutan itu sirna. Ia merasa terlindungi berada di sana.
“Kalau butuh sesuatu panggil aku,” kata Jaydan setelah mengantar kekasihnya ke kamar tamu untuk istirahat. Jaydan sengaja mengajak kekasihnya meninggalkan forum obrolan dengan Jeya sebelum wanita itu semakin menggila.“Iya, terima kasih ya.”Jaydan duduk di sofa kasur yang ada di depan ranjang, menatap lekat manik kekasihnya yang masih dibalut rasa takut dan kekhawatiran meski tidak sepekat tadi siang.“Jangan terintimidasi oleh keadaan tadi siang, ya, aku janji akan menemukan pelakunya untukmu. Aku akan menghukum orang itu seberat mungkin.”“Bagaimana kalau dia mencelakaimu Jaydan? Kau ingat tulisan ancaman yang orang itu tulis di tembok? Siapa pun yang mendekatiku maka dia akan mati, aku tidak ingin kamu terluka karena aku. Sebaiknya kita mulai jaga jarak sampai keadaan
Tatapan Jeya menajam setiap detiknya sejak Jaydan dan Angel bergabung di meja makan, yang lain asyik menikmati sarapan namun wanita itu tidak bisa fokus karena mengingat apa yang dilihatnya semalam.“Yah, kalau Jaydan dan Angel menikah dalam waktu dekat bagaimana?”“Uhuk! Uhuk! Uhuk!”Dua orang yang namanya disebut Jeya memberikan reaksi yang sama, seperti sudah janjian padahal memang keduanya kaget bukan main.“Kenapa tiba-tiba ingin mereka menikah?” tanya Axel dengan satu alisnya terangkat.“Ingin saja, sepertinya mereka sudah siap menikah. Bukan begitu, Jaydan?”Jaydan menatap kakaknya galak, dia paling malas kalau Jeya sudah bercanda seperti ini di hadapan orang tuanya. Suka bicara seenaknya tanpa memikirkan perasaan atau kondisi Jaydan setelahnya.“Aku belum siap menikah,” jawab Jaydan jujur.“Wah, parah, Angel lihat kelakuan kekasihmu, sepertinya dia tidak