Tristan berbaring nyalang di tempat tidur. Tantri telah pulas di sampingnya. Ia bukan tidak merasakan tingkah aneh istrinya. Sepertinya dia mencurigai sesuatu.
Tristan menelaah kembali pertemuan mereka dengan Tiara di rumah duka tadi siang. Ia merasa yakin tidak menunjukkan apa-apa yang patut dicurigai. Mungkin memang benar bahwa firasat seorang istri itu tajam. Mereka selalu tahu kalau suaminya menyembunyikan sesuatu, terutama jika sesuatu itu adalah wanita lain.
Untungnya, besok ia tidak ada janji makan siang dengan Tiara. Jadi ia telah mengiyakan usulan Tantri, dan besok mereka akan makan siang bersama di kantin rumah sakit. Di kantin rumah sakit! Padahal biasanya ia selalu makan siang dengan Tiara di tempat-tempat berbeda, di resto atau cafe yang suasananya tenang.
Ia memang telah tidak berkomunikasi denga
Pertama kali bertemu Tantri dua puluh tahun yang lalu, Tristan juga sedang antre tiket nonton. Waktu itu belum ada order tiket online, jadi ketika sebuah film bagus diputar, penonton harus rela antre di bioskop.Kadang begitu sampai di hadapan petugas tiket, bangku di jam pertunjukkan yang diincar sudah habis sehingga harus memilih jam pertunjukkan berikutnya.Tristan melihat antrean panjang itu. Ia paling malas antre. Ia kesal, gara-gara Andri si tukang ngaret, mereka berangkat mepet. Padahal Jakarta di Jumat malam itu macetnya tobat, apalagi dibarengi gerimis. Sudah sampai sini setelah berjam-jam macet, ia tak mau sampai batal. Apalagi ini film box office.“Kita titip a
Tidak ada waktu bagi Tiara untuk berlarut-larut dalam kesedihan karena kepergian Bapak. Hong Kong International Exhibition yang telah ia persiapkan sejak delapan bulan yang lalu tinggal seminggu lagi. Ini sebuah keuntungan, karena membuat fokusnya teralihkan, dan tidak memikirkan hal lain.Perusahaan mereka akan mengirim tim yang terdiri dari lima belas orang, termasuk dirinya. Tim kreatif yang terdiri dari dua desainer, satu humas, manajer pemasaran dan empat orang tim operasional yang akan mengatur kurang lebih segala hal. Serta enam model, yang akan memeragakan dua puluh empat sepatu rancangan terbarunya untuk musim gugur tahun depan di catwalk.Tiara memiliki dua merek sepatu.Kira, adalah
Pantai itu sangat sunyi. Hanya ada suara deburan ombak yang pecah, kemudian menjilat kaki telanjang mereka yang menapak di pasir putih halus, menghapus jejak-jejak panjang yang tertinggal.Hanya ada mereka berdua di situ. Matahari tidak terlalu terik, sehingga meskipun di udara terbuka, mereka tidak merasa panas. Sebaliknya, angin berembus sepoi-sepoi, membawa kesejukan.Pakaian mereka diterbangkan angin. Tristan mengenakan kemeja putih yang tidak sepenuhnya dikancingkan. Perutnya yang masih kencang dan rata mengintip dari kelepak kerah yang terbuka. Celana khakinya digulung hingga lutut, sehingga air yang menyapa pantai tidak membasahinya.Tiara juga mengenakan gaun putih dari bahan tipis, sehingga angin meniup gaunnya, membuatnya tampak bagai karakter sebuah dongeng. Rambutnya yang panjang tergerai, dan angi
Makan malam ulang tahun Tiara akan ‘dirayakan’ di Blue Elephant, sebuah resto makanan Thai di mal paling megah di Jakarta Pusat. Selama lima belas tahun terakhir, baru kali ini Tiara merayakan ulang tahun dengan seorang laki-laki, hanya berdua.Meskipun hanya pernah satu kali jatuh cinta, ia bukan gadis ingusan yang tidak mengerti apa-apa.Tiara tidak pernah merasa dirinya cantik, tetapi ia yakin, Tristan juga tertarik padanya. Manusia mana yang akan bersedia menemuinya di resto-resto yang jauh. Di antara waktu praktik di dua rumah sakit, dengan kemacetan Jakarta di jam makan siang, jika dia tidak merasakan apa-apa.Untungnya pertemuan mereka selalu di tempat umum. Itu menjadi rem yang kuat. Nalar mereka masih berfungsi, sehingga mereka tidak terlena dan menyerah pada keinginan egois.
Telah dua minggu Tantri melancarkan strategi untuk ‘mempertahankan’ suaminya dari godaan orang ketiga.Dimulai dengan meminta makan siang bersama yang diiyakan Tristan, mereka makan bersama di kantin rumah sakit.Hari berikutnya, ia membekali Tristan dengan ‘masakan yang dicoba dari resep baru’.“Yah, aku kemarin nemu resep yang kayaknya enak, jadi tadi pagi aku masak. Ini kamu bawa untuk bekal makan siang ya, nanti kamu nilai apakah masih enak kalau sudah dingin, atau harus disajikan panas-panas.” Ia menyodorkan serangkaian kotak makanan, yang diterima Tristan tanpa mengatakan apa-apa.Esok harinya lagi, “Yah, besok aku mau belanja bulanan. Kebetulan mau ke mal di daerah dekat rumah sakit. Nanti Ayah temani aku ya?&r
Malam setelah makan malam ulang tahun itu, Tiara tak bisa terpicing. Berjalan mondar-mandir di kamar, ia memikirkan telepon Tantri waktu makan malam tadi. Apakah dia curiga? Kepala dan hatinya bertentangan. Kepalanya terus memerintah untuk melupakan. Sementara hatinya berbisik cinta tidaklah salah.Kalau sudah begini, yang bisa dijadikan tempat memuntahkan segalanya adalah grup "Ajang Curhat".Segera ia mengetik di grup.[Mayday. Mayday. Gawat. @Alana kita harus ketemu. Segera. ASAP.]Tiara terpaksa hanya mencolek Alana, karena hanya dia yang ada di Jakarta dan bisa diajak bertemu langsung. Sementara Ruby berjarak lima belas jam penerbangan di Yunani sana, sejak menikah dan mengi
“Janji dulu, jangan menghakimi gua...” Tiara memulai sesi curhat.“Heh!” Alana langsung protes, “Lo kayak gak tau gua aja. Rasanya cuma gua yang punya prinsip everybody has their own reason -Setiap orang memiliki alasan mereka sendiri.”“Udah… denger dulu Ara mau ngomong apa.” Ruby menengahi, wajahnya terlihat serius di layar ponsel yang diletakkan berdiri di tengah meja.Tiara menghela napas. “Gua emang lagi… dekat, errr.. berkomunikasi aktif, sama seseorang.”“Sudah gua duga,” Alana berkomentar. “Terus, masalahnya di mana?”“Dia...&rdqu
Tristan tahu Tantri telah mencurigainya, hanya saja istrinya itu tidak mendapatkan bukti yang cukup untuk langsung menuduhnya. Namun, telepon di malam ulang tahun Tiara itu adalah sebuah peringatan. Tantri memberinya syok terapi, untuk memberitahunya bahwa dia tahu.Memang istrinya tidak menyerang atau bertindak agresif dengan mendatangi lalu memaki-maki. Dia bermain cantik, hanya menyalakan rasa bersalah di hati Tristan.Tristan mulai membatasi mengirim pesan dan foto tanpa arti pada Tiara. Unggahan di sosial media pun dikurangi. Dan pesan-pesan pribadi yang ia terima, diserahkan pada admin untuk menjawabnya.Meskipun demikian, kepalanya tetap dipenuhi Tiara. Setiap melihat makanan apapun, hampir secara otomatis tangannya mengeluarkan ponsel untuk memotret, sebelum kemudian tangannya menjadi kaku, lalu memasukkan k