Share

Bab 4 Sepupu Frans

Zeni sedang menunggu antrian untuk melengkapi berkas persyaratan tugas pengabdian masyarakat. Vilia masih bersikeras belum ingin pulang, dan masih setia menemani Zeni.

"Terima kasih Vilia mau menemanku, aku masih antri dua mahasiswa lagi, ini rasanya enak kamu beli dimana? Seru Zeni sambil memakan snack yang tersedia.

"Dikantin dekat perpus pusat, jam segini masih buka, biasanya sudah tutup ya? Apa ini karena pengumuman di Auditorium ya?"

"Mungkin mengikuti kondisi sekarang, dimana masih banyak mahasiswa di gedung auditorium, aku merasa aneh Vil, memang ada berkas persyaratan untuk mengikuti tugas pengabdian masyarakat ya? kamu keliatan tidak mengurus berkas apapun Vil? Aku cuma isi RKS saat ambil tugas pengabdian masyarakat," tegas Zeni

"Iya, Zen, aku tadi sempat tanya Rian dan Giant mereka juga sama sepertiku cuma isi KRS saja beserta SKS?" Mungkin ada kebijakan terbaru Zen?"

"Semoga saja dipermudah ya Vil. Rian dan Giant apa masih sempat ketemu Pak Pramono?" Zeni melihat jam di ponselnya yang menunjukkan pukul 04.00 sore.

"Mungkin masih, aku kirim pesan ke Giant ya?

"Pegawai disini kemungkinan lembur Vil, menyelesaikan mahasiswa yang namanya belum tercantum, termasuk aku," pandangan Zeni menatap sosok mahasiswa yang sedang berdebat dengan pegawai yang berwenang mengurusi tugas pengabdian masyarakat.

"Aku ke ruang pelayanan sebentar Vil?" sepertinya giliranku sudah dekat.

"Iya, aku duduk disini saja Zen, masih menunggu pesan dari Giant,"

"Permisi pak, atas nama Zeni dari Fakultas Ekonomi apa sudah diproses terkait pelaksanaan tugas pengabdian masyarakat?" pertanyaan Zeni otomatis menghentikan perdebatan antara pegawai dan mahasiswa tersebut.

"Mba... anda akan diurus prosesnya setelah mahasiswa ini," tegurnya dengan raut wajah yang tidak bersahabat.

"Baiklah," Zeni melangkah kakinya mencari kursi kosong untuk ditempati, sembari melihat perdebatan keduanya yang tadi sempat terhenti.

"Pak tolong jangan dipersulit, jadwalnya bisa dirubah, ini berbenturan dengan jadwal mengajar. Dosen utama ada proyek di luar negeri sehingga untuk satu bulan kedepan jam mengajarnya berubah" seru mahasiswa yang wajahnya mirip Frans.

"Coba panggil mba tadi, yang sempat menanyakan jadwalnya," saran pegawai tersebut.

Bergegas mahasiswa tersebut menghampiri Zeni yang keberadaannya tak jauh dari ruang pelayanan.

"Mba, dipanggil ke ruang pelayanan," suara bariton terdengar ditelinga Zeni.

"Aku..." Jari telunjuk Zeni refleks bergerak ke arahnya.

Tanpa menjawab sepatah katapun Mahasiswa tersebut meninggalkan Zeni dan berjalan menuju ruang pelayanan. Bergegas Zeni berjalan mengikuti langkah kaki mahasiswa tersebut.

"Bagaimana pak, apa proses untuk jadwal dan penempatan atas nama Zeni sudah selesai?"

"Apakah anda Zeni, mahasiswa dari Fakultas Ekonomi? Bisa menunjukkan kartu mahasiswa?" pertanyaan pegawai tersebut membuat Zeni segera mengambil kartu Mahasiswa yang tersimpan rapi didalam dompetnya.

"Ini pak, kartunya" sembari menyerahkan kartu mahasiswa

Pegawai tersebut segera mencocokkan kartu mahasiswa dengan data di komputer.

"Zeni ada berkas terkait persyaratan yang harus ditempuh saat mengambil mata kuliah pengabdian masyarakat, di data tercantum untuk nilai Perpajakan belum masuk, padahal anda sudah menempuh kuliah tersebut selama 2 SKS."

"Apakah ada keterangan mata kuliah Perpajakan 1 atau Perpajakan 2?" tanya Zeni dengan sopan

"Berdasarkan data di komputer hanya tercantum mata kuliah Perpajakan tidak ada keterangan 1 maupun 2," jelasnya

"Berarti itu kesalahan input data pak, untuk jurusan Akuntansi S1 menempuh 4 SKS perpajakan terdiri dari Perpajakan 1 dan Perpajakan 2. Minta tolong dicros cek pak, dengan kartu rencana studi sesuai prodi Akuntansi S1?" jelas Zeni dengan ramah.

"Sebentar, saya cek terlebih dahulu, anda bisa komunikasi terlebih dahulu dengan Baskoro terkait jadwal dan penempatan, karena anda menggantikan posisi Baskoro"

"Maksud bapak, mahasiswa yang tadi berdebat dengan bapak namanya Baskoro."

"Iya, silakan ditanyakan lebih lanjut terkait jadwal dan anda diharapkan menunggu sampai proses pengecekan selesai."

"Terima kasih informasinya pak." Zeni melangkah kakinya mencari sosok Baskoro. Terlihat mahasiswa tersebut sedang memainkan ponselnya.

"Anda yang bernama Baskoro?" tanya Zeni.

Mahasiswa tersebut secara otomatis menghentikan aktivitasnys, dan menoleh ke arah sumber suara.

" Iya, saya Baskoro, ada keperluan apa?"

"Benarkah anda mengganti jadwal tugas pengabdian? Bolehkan anda memberi tahu detail jadwal dan penempatannya?"

Baskoro segera mengambil selembar kertas didalam tas. Dan memberikannya kepada mahasiswi didepannya.

"Siapa nama kamu dan dari fakultas mana?" sembari Baskoro menyerahkan kertas tersebut.

"Namaku Zeni dari Fakultas Ekonomi, terima kasih." Zeni menerima kertas dari Baskoro.

"Silakan dibaca, disitu tertulis nama anggota dan lokasi penempatan pengabdian masyarakat," jelas Baskoro sembari memainkan kembali ponselnya.

Bola mata Zeni mulai mencari nama anggota yang mungkin familiar dengannya. "Nihil," gumam Zeni saat diketahui tak seorangpun yang dia kenal.

Setelah memanfaatkan kamera di ponselnya untuk memfoto kertas dari Baskoro, Zeni mengembalikan kembali kertas tersebut ke Baskoro.

"Kamu sudah selesai membacanya," tanya Baskoro dengan sikap acuhnya.

"Sudah, Terima kasih," Zeni berusaha pergi menjauh menuju ruang pelayanan.

"Tunggu Zeni, kamu mahasiswa Ekonomi sendirikan? Dikertas ini anggota yang berganti hanya aku, lainnya tetap,"

"Iya, tidak apa-apa nanti juga kenal, sembari mengurungkan langkah kakinya.

"Kamu kenal Frans, mahasiswa semester akhir jurusan manajemen?"

"Saya kurang begitu akrab namun tahu?" jawab Zeni.

"Dia sepupuku, kami jarang bertemu karena ada konflik. Seharusnya aku mengikuti tugas pengabdian masyarakat tahun lalu, namun aku berencana satu kelompok dengan Frans sehingga mengubah jadwal beserta penempatannya.

"Kamu berarti kakak kelasku ya? Zeni melihat daftar anggota yang sudah tersimpan di memori ponselnya. "Fakultas kedokteran?" tanya Zeni meyakinkan

"Iya, kamu kenal anak kedokterankan? wajah kamu terlihat familiar?

"Benarkah? Zeni tersenyum mendengar jawaban Baskoro. Aku ada teman satu organisasi di fakultas kedokteran? Namanya Mia?

"Mia yang aktif ngurusi buletin fakultas? Baskoro mencoba mengingat-ingat adik kelasnya yang bernama Mia.

"Iya, dia aktif di media kampus. Aku kenal saat pelatihan Jurnalistik di Universitas. Cuma aku sebentar bergabung, karena saat itu aku ada agenda lain. Aneh kamu Bas, bukannya kamu ada konflik dengan Frans tapi kamu mau gabung satu kelompok?" tanya Zeni penasaran.

"Karena aku mau menyelesaikan konflik tersebut, dan ini momen tepat karena kami akan berinteraksi selama satu bulan?"

"Tapi apa pihak kampus yang mengelola ploting jadwal tugas pengabdian menerima alasan kamu?

Senyum sarkas muncul di wajah Baskoro mendengar pertanyaan Zeni. "Kebetulan aku asisten dosen, dan menggunakan jabatanku sebagai alibi untuk mempermudah pertukaran jadwal?"

Termenung Zeni mendengar jawaban Baskoro, "Ternyata dia bisa memanfaatkan situasi ya?" gumam Zeni

Suara pegawai dari ruang pelayanan menghentikan percakapan keduanya. Bergegas Zeni dan Baskoro menuju ke sumber suara.

"Bagaimana pak, sudah selesai prosesnya?" tanya Zeni

"A.n Zeni sudah dilakukan pengecekan data dan terdapat input yang terlewat terkait prodi, untuk jadwal dan penempatan sudah tercatat" Sembari menyerahkan kertas kepada Zeni yang berisi jadwal pembekalan tugas pengabdian masyarakat.

"Terima kasih pak," Zeni menerima kertas dan membacanya sekilas.

Baskoro mendekati loker pegawai pelayanan, "Untuk jadwal saya yang terbaru apakah sudah di ACC pak?"

"Sudah. Ini silakan ditanda tangani untuk kelengkapan pergantian jadwal." pegawai menyerahkan selembar kertas kepada Baskoro beserta jadwal terbaru.

Baskoro segera menandatangani kertas tersebut dan membaca jadwalnya.

"Iya pak. Sudah sesuai?" jawab Baskoro meyakinkan. Baskoro menyimpan kertas tersebut kedalam ranselnya.

"Kamu kenapa Zen?" terlihat raut wajah Zeni khawatir ketika membaca pesan diponselnya.

"Tidak apa-apa, ini masalah keluarga, aku pulang dulu Bas, sudah ditunggu Vilia. Terburu-buru Zeni melangkah kakinya menuju tempat duduknya Vilia.

Baskoro terdiam melihat Zeni sudah mulai pergi menjauh. "Gadis yang unik." gumam Baskoro dengan melangkah kakinya menuju tempat parkir.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status