Share

BAB 2 SUDAH MENCOBA BERTAHAN, TAPI...

Kota Jakarta, November Tahun 2022 – Beberapa Hari Lalu

Sejak mengetahui pengkhianatan Keenan tiga bulan lalu itu, Kirana membuat keputusan yang mungkin tidak bisa diterima akal sehat siapapun.

Kirana mencoba bertahan.

Mereka memang belum memiliki anak dan pernikahan mereka pun masih tidak direstui orang tua Keenan, karena status sosial mereka yang berbeda. Kirana adalah wanita biasa, sedangkan Keenan adalah CEO perusahaan ternama yang dipuja semua orang.

Meskipun begitu, Kirana berpikir untuk berusaha lebih dulu mengembalikan keutuhan rumah tangganya bersama Keenan, dengan berpura-pura tidak mengetahui perselingkuhan Keenan.

Kirana masih berharap bahwa ia bisa mendapatkan hati Keenan lagi yang entah masih ada untuknya atau tidak, karena ia tidak mau kembali pada traumanya tentang cinta, sebelum ia berusaha yang terbaik dalam mempertahankan pernikahan mereka tersebut.

Kirana pun mencoba berbagai hal untuk membuat Keenan kembali luluh padanya.

Di mulai dari panggilan ‘sayang’ yang sebelumnya sangat ia hindari, karena itu hanya mengingatkannya pada Bagas Prasetya, mantan calon suaminya yang selingkuh dengan sahabat baik Kirana 6 tahun lalu.

Kirana juga meluangkan lebih banyak waktunya untuk bersama Keenan dan sikap Kirana yang tidak terlalu ekspresif, turut ia ubah untuk membuat Keenan tidak berpaling lagi darinya.

Alhasil, Keenan sedikit demi sedikit mulai memperlihatkan perubahannya juga.

Keenan tidak lagi sibuk dengan ponselnya yang dulu membuatnya sering senyum-senyum sendiri. Ia juga tidak lagi pergi diam-diam tanpa Kirana tahu kemana dan apa alasannya. Bahkan, ia selalu berusaha menghabiskan banyak waktunya bersama Kirana.

Sesaat, Kirana tentu merasa keputusannya untuk mempertahankan rumah tangganya adalah benar. Kirana pun mulai berpikir, bahwa Keenan sudah mengakhiri perselingkuhannya dengan Manda dan mereka bisa mendapatkan kedamaian mereka lagi, terutama bagi Kirana.

Namun, ternyata semua itu hanya kepalsuan lain yang lebih apik dari sebelumnya!

[Sayang, bisa kamu ambilkan berkas-berkas kantorku yang tertinggal di rumah?] Pesan masuk dari Keenan yang menjadi awal dari terbongkarnya topeng suami Kirana itu.

Tanpa tahu apa yang akan terjadi padanya, Kirana mengambil berkas yang dimaksud Keenan dan melesat ke kantor Keenan.

Kirana segera mencari Keenan di kantornya, tapi ia tidak menemukan suaminya itu di manapun dan teleponnya juga tidak bisa dihubungi.

“Kamu nggak lihat Keenan, Vi?” tanya Kirana pada sahabat baiknya sejak SMA, Silvia Putri yang bekerja sebagai sekretaris Keenan.

Silvia menggelengkan kepala. “Nggak tuh, Ra. Tapi, mungkin dia di kafe sebelah, tempat dia biasanya nongkrong di jam istirahat..”

Kirana mengangguk lalu pamit untuk pergi ke tempat yang dimaksud Silvia.

Saat Kirana hampir sampai di kafe tersebut, Keenan sudah keluar dari sana. Namun, Kirana yang baru saja melebarkan senyumnya ke arah Keenan, seketika terhenti saat sebuah tangan merangkul lengan Keenan, disusul senyum kucing pria itu pada sang pemilik tangan.

Seorang wanita yang tidak Kirana kenal.

‘Si-siapa itu? Kenapa ia merangkul.. lengan suamiku?’ Kirana membeku.

Keenan masih belum melihat Kirana yang mematung di tengah hiruk pikuk dan lalu-lalang orang di sekitar mereka. Tapi saat akhirnya kedua mata Keenan yang masih tersenyum, hampir menangkap kehadiran Kirana 7 meter di depannya, Kirana langsung berbalik dengan tatapan yang masih kosong.

Ketakutan bahwa Keenan mengkhianatinya lagi, kembali menyergap Kirana tanpa permisi, membuat Kirana tidak sanggup menghadapi sumber lukanya tersebut untuk ke sekian kalinya.

Sejenak, Kirana berusaha menenangkan diri, dengan berpikir bahwa mungkin kali ini ia salah paham. Tapi, saat Kirana hendak berbalik untuk memastikan semuanya, sebuah notifikasi masuk ke ponsel Kirana yang menyadarkannya sesuatu.

Keenan membuat status di W******p-nya.

Sebuah foto berisi dua tangan yang saling menggenggam dengan emotikon hati di atasnya, yang langsung hilang sesaat setelah Kirana melihatnya.

Tunggu!

Tapi seingat Kirana ia tidak pernah mengambil foto seperti itu dengan Keenan.

Lalu, foto siapa itu tadi?!

Jantung Kirana tiba-tiba terasa seperti diremas.

Apa sekarang Keenan bahkan sudah terang-terangan mengkhianati Kirana?

Napas Kirana tersengal, dengan dada yang naik turun bersama tangan rapuhnya yang terkepal erat.

Sontak, kaki Kirana yang lemah segera membawa ia pergi, dengan kepala yang berputar dan jantung yang berdegup cepat itu, sebelum ia sadar bahwa jalanan yang ia tuju adalah jalanan untuk kendaraan.

“Kirana!” Suara teriakan seseorang bersama lengan yang langsung menarik Kirana ke dalam pelukan, tepat ketika sebuah mobil hampir menabrak Kirana di jalanan besar tersebut.

Kirana masih mematung, seolah jiwanya sudah melanglang buana entah kemana. Sementara di belakangnya, dengan napas tersengal di pinggir jalanan yang masih ramai, pemilik suara yang menyelamatkan Kirana, berbicara lirih. “Kamu.. baik-baik saja..?”

‘Tidak..’ Kirana menyadari sesuatu. Pemilik suara itu bukan orang yang ia harapkan.

Sedetik kemudian, Kirana sudah melepaskan pelukan orang tersebut dan berusaha kembali berjalan pergi. Namun, tidak hanya kakinya yang lemah setelah melihat pengkhianatan Keenan lagi, tapi juga seluruh tubuhnya, hingga ia ambruk di pelukan seseorang yang seharusnya tidak ada di sana. Bagas.

‘Kenapa dia harus ada di sini? Di saat aku paling menderita.. sekarang..?’ Kirana merenung, sebelum kesadarannya hilang, ditelan kesedihan yang tidak sanggup lagi ia hadapi.

***

Kota Jakarta, November Tahun 2022 – Beberapa Jam Lalu

Selama beberapa hari seterusnya, Kirana terkapar di tempat tidur. Sedangkan orang yang menyebabkan semua itu, menghilang entah kemana, tanpa kabar apapun. Namun, di sampingnya justru ada seseorang yang tidak pernah Kirana harapkan, karena ia adalah awal dari semua penderitaan yang dialami Kirana, Bagas.

“Apa kamu udah baikan?” tanya Bagas, begitu Kirana membuka matanya dan terbelalak dengan kehadiran pria itu.

“Ke-kenapa.. kamu..?” Suara Kirana serak, setelah beberapa hari ia hanya bisa terbaring di kamarnya tanpa menyadari kehadiran Bagas yang selalu berada di sana untuk merawatnya, menggantikan suaminya.

“Tunggu..” Bagas beranjak pergi keluar, lalu kembali dengan semangkuk bubur dan segelas air putih. “Minum ini dulu..”

Kirana terdiam, berusaha mengabaikan kebaikan Bagas, karena ia sudah muak berhadapan dengan siapapun. Namun, Bagas terus bersikeras hingga membuat Kirana menyerah untuk melawan.

Dengan tekun dan tanpa sepatah kata pun lagi, Bagas menyuapi Kirana yang masih lemah dan pucat agar ia bisa memberinya obat.

Tanpa sadar, hati Kirana semakin remuk karena orang yang seharusnya melakukan itu untuknya, justru tidak ada di sana dan mungkin sedang bersama wanita lain yang ia lihat beberapa hari lalu.

Sesaat, Kirana baru saja menitikkan air mata dan Bagas menghapus butiran air mata itu dari pipinya tanpa sepatah katapun juga, tepat ketika sebuah tangan lain menghempas tangan Bagas dari wajah Kirana.

“Keenan..”

“APA YANG KALIAN LAKUKAN?!”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status