Share

BAB 6 SIKAP MENCURIGAKAN TAK TERDUGA

Sesaat setelah mendapat video tersebut, Kirana kembali bersikap dingin pada Keenan, membuat Keenan yang masih berada di rumahnya kembali mengajaknya bicara.

“Kirana.. Apa yang terjadi?” tanya Keenan setelah Kirana mengabaikan suaminya itu, begitu Keenan keluar dari kamarnya.

“Kamu harus cepat pulang, sebelum Ayah lihat kamu..” ucap Kirana, tanpa menatap Keenan.

Keenan segera mencegat Kirana yang hendak kembali ke kamarnya. “Bukannya aku udah bilang kalau semua cuma salah paham? Apa kamu masih nggak percaya?”

Kirana menghela napas, berusaha menenangkan diri setelah video yang ia lihat tentang Keenan dan Manda kembali mengusik kepalanya. “Udah cukup Keenan! Aku nggak mau dengar kebohongan kamu lagi!”

“Kebohongan? Apa maksudnya?”

Kirana akhirnya mengeluarkan ponsel setelah beberapa saat, lalu menunjukkan video tadi pada Keenan. Seketika, mata Keenan langsung melebar bersama mulutnya yang membisu.

“Kamu nggak bisa menyangkalnya lagi ‘kan? Kalau gitu, cepat pergi dari sini sebelum orang tuamu dan wanitamu itu datang menjemput kamu.” Kirana langsung pergi meninggalkan Keenan yang terlihat bingung.

Bahkan saat Keenan akhirnya memutuskan untuk pergi, Kirana tidak lagi keluar dari kamarnya hingga malam menjelang, tepat ketika suara deru mobil menepi di depan rumah Kirana.

‘Apa ada tamu?’ Kirana sempat teralihkan dari pikirannya tentang rumah tangganya dengan Keenan yang mungkin benar-benar harus ia akhiri.

Setelah beberapa saat, pintu kamar Kirana tiba-tiba dibuka sang ibu yang menyuruhnya keluar, karena ada seseorang yang ingin menemui Kirana.

‘Siapa?’ Kirana beranjak dari kamar diiringi pertanyaan itu. Begitu ia sampai di ruang keluarga, ia melihat sosok yang ia tinggalkan kemarin malam. Bagas. ‘Kenapa ia ada di sini?’

Kedua orang tua Kirana yang dulu membenci Bagas karena telah mengkhianati Kirana, kini tersenyum lebar seolah sudah melupakan kejadian 6 tahun lalu itu. Kirana jadi teringat hal yang sempat membuatnya bingung, saat kemarin Bagas datang ke apartemennya dan mengatakan bahwa orang tua Kirana meminta ia untuk mengantarnya pulang ke Bandung.

‘Sejak kapan mereka menjadi dekat seperti ini? Padahal mereka jelas tahu apa yang dilakukan Bagas padaku?’ batin Kirana, kebingungan.

“Nak Bagas katanya khawatir sama kamu, Ra..” ujar ibu Kirana sambil menarik Kirana untuk duduk di samping Bagas.

“Apa yang terjadi?” Kirana akhirnya bicara, tidak tahan dengan semua pertanyaan yang terus bermunculan di kepalanya sejak kehadiran Bagas di rumah mereka itu. “Ibu ‘kan tahu apa yang udah Bagas lakukan sama Rara.. Tapi kenapa..?”

Sesaat, Ibu Kirana tampak berusaha mengendalikan ekspresi wajahnya yang canggung dengan tertawa kecil sambil menepuk lengan Kirana. “Ra.. yang lalu biarlah berlalu.. Toh.. Nak Bagas sudah menyesali itu ‘kan?”

“Benar!” timpal Ayah Kirana dengan suara beratnya, sambil meletakkan kopi yang sejak tadi diseruput. “Kalian ‘kan sudah dewasa, tidak perlu mengungkit masa lalu. Gak ada gunanya.”

Kirana mengernyit, masih tidak mengerti mengapa kedua orang tuanya begitu santai menanggapi pengalaman pahit Kirana 6 tahun lalu yang masih menghantuinya sampai sekarang, terlebih dengan apa yang terjadi dalam rumah tangganya bersama Keenan.

Saat Kirana masih berusaha mengendalikan pikirannya, tiba-tiba ia mendengar suara dering ponsel dari kamarnya yang berada tepat di atas kepala mereka. Kirana segera meminta izin untuk pergi agar ia juga bisa menata hati dan pikirannya yang tak karuan.

Begitu sampai di kamar, Kirana mendapati bahwa ponsel yang berdering itu bukan miliknya tapi milik Keenan!

Apa ponsel mereka tertukar? Sejak kapan?

Selama Kirana mengurung diri di kamar sejak pagi tadi, ia sama sekali tidak menyentuh ponselnya yang ia letakkan sembarangan di meja, karena ia sedang berusaha membersihkan pikirannya. Sekarang, setelah Kirana tahu bahwa ponsel mereka tertukar, apa yang harus ia lakukan?

Kirana tersadar bahwa mungkin ia bisa menemukan bukti-bukti lain untuk memperkuat perselingkuhan Keenan dan Manda, sehingga ia bisa menyerahkannya ke pengadilan beserta gugatan perceraian mereka. Namun, begitu Kirana memeriksa ponsel Keenan, ia justru menemukan hal tak terduga yang mengguncang kepalanya, lebih dari perselingkuhan yang dilakukan Keenan.

Di mulai dari tanggal ulang tahun pernikahan mereka yang ternyata digunakan Keenan sebagai sandi untuk membuka ponselnya, lalu foto pernikahan Keenan dan Kirana yang dipasang sebagai latar ponsel. Semua itu benar-benar berbanding terbalik dengan kenyataan bahwa Keenan berselingkuh dari Kirana.

Apa itu hanya cara Keenan menutupi kebusukannya?

Kirana pun beralih pada W******p yang beberapa hari lalu terdapat postingan status yang semakin meneguhkan perselingkuhan Keenan. Namun, dari semua percakapan yang ada, mata Kirana justru terpaku pada pesan dari Ayah Kirana yang belum terbaca seminggu lalu.

[Apa kamu masih gak mau meminjamkan uangmu pada Ayah? Kamu itu menantuku! Seharusnya kamu berbuat baik pada Ayah mertuamu kalau kamu gak mau kami meminta Kirana berpisah darimu!] Isi pesan dari Ayah Kirana yang langsung membuat mata Kirana membesar.

APA INI?!

Jadi, selama ini Ayah Kirana selalu meminjam uang pada Keenan tanpa sepengetahuan Kirana?

Tapi.. untuk apa dan kenapa Keenan tidak pernah memberitahu Kirana?

Apa itu juga yang membuat Keenan akhirnya berpaling dari Kirana?

Tiba-tiba, dering telepon kembali masuk.. dari nomor Kirana!

“Halo?”

“Kirana.. Kita harus bertemu!”

"Keenan?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status