Share

BAB 3 KEPUTUSAN KIRANA

Wajah geram Keenan melihat Bagas bersama Kirana istrinya, justru membuat sang istri lebih marah.

“APA YANG KAMU LAKUKAN?!” pekik Kirana keras dengan suara seraknya, membuat Keenan seketika terdiam. “Apa kamu nggak tahu.. apa yang terjadi padaku..?”

Lirih suara Kirana disertai genangan air mata di matanya yang merah, tanpa sadar mengirimkan kesedihan yang tidak Keenan mengerti.

“Sayang..” Keenan hendak berbicara lagi, tapi Kirana langsung menghentikannya.

“KEMANA AJA KAMU?!”

Keenan mengernyit. “Bukannya aku udah bilang.. kalau aku harus ke Jepang karena perjalanan bisnis selama beberapa hari ini?”

Kirana mendengus. Setelah apa yang ia lihat beberapa hari lalu, Kirana tidak bisa lagi mempercayai ucapan yang keluar dari mulut suaminya itu.

“Perjalanan bisnis..” Kirana berbicara sinis. “Mungkin maksudmu berkencan dengan wanita lain, ‘kan?!”

“APA?!” Keenan memasang wajah tidak percaya yang hanya membuat Kirana berpaling dengan marah. “Apa maksud kamu?!”

“APA LAGI?! Aku udah tahu apa yang kamu lakuin selama ini di belakangku.. bahkan sejak tiga bulan lalu!”

Keenan membeku.

Ya. Memang seharusnya begitu, bagi orang yang sudah tertangkap basah melakukan kejahatan selama berkali-kali seperti ini.

“Sayang, aku nggak ngerti..”

“Kirana! Kamu udah sembuh, nak?” Suara lain menghentikan sejenak pertengkaran mereka. Suara dari dua orang yang baru memasuki apartemen rumah Kirana dan Keenan, orang tua Kirana.

Begitu mereka masuk ke kamar tempat Keenan dan Bagas juga berada di sana, orang tua Kirana tercekat, tapi bukan oleh kehadiran Bagas melainkan oleh kehadiran Keenan.

“NGAPAIN KAMU DI SINI?!” teriak Ayah Kirana, Pak Sugeng Triatmojo yang genap berusia 60 tahun, dengan mata membesar dari wajahnya yang memang sudah menyeramkan. “Beraninya kamu kembali ke sini setelah mengabaikan putriku yang sakit karenamu!”

Keenan kembali memasang wajah tidak mengerti. “Apa maksud Anda? Saya tidak melakukan apapun untuk membuat Kirana sakit..”

“Kamu sudah mengkhianati anak saya dan membuatnya hampir terbunuh, tapi kamu bilang kamu nggak melakukan apapun?!”

“Hampir terbunuh?” Mata Keenan seketika melebar, tidak percaya.

“Gara-gara melihat kamu selingkuh, Kirana hampir tertabrak mobil!”

Seperti petir menyambar tubuh Keenan karena suara berat mertuanya, Keenan langsung mematung.

“Kalau saja Bagas nggak ada di sana, mungkin Kirana nggak akan ada di sini sekarang, kamu tahu?!” Ayah Kirana kembali berteriak.

Setelah Keenan terus diam, akhirnya Keenan mulai berbicara lagi. “Tapi.. kenapa Anda pikir saya selingkuh dari Kirana? Apa Anda punya buktinya?”

“APA?!”

Kirana mengernyit, tidak mengerti mengapa Keenan masih tidak mau mengakuinya.

“Kamu benar-benar kurang ajar!” Geram, Ayah Kirana hendak menerjang Keenan dengan tangannya, sampai ibu Kirana bernama Ayu Sartika Dewi menarik lengannya untuk menghentikan perkelahian mereka.

“Ayah.. Ibu.. bisa tolong kalian keluar dulu..?” pinta Kirana sebelum Keenan dan Ayah Kirana kembali bertengkar dan membuat kepalanya semakin sakit.

“Kamu juga..” ucap Kirana pada Bagas di sampingnya.

“Apa yang mau kamu lakukan, nak?” Ibu Kirana yang kali ini berbicara dengan khawatir, tapi hanya ditanggapi dengan anggukan kecil dari Kirana yang masih lemas, guna meyakinkan ibunya bahwa Kirana tahu apa yang akan ia lakukan.

Akhirnya, sang Ibu menarik Ayah Kirana keluar dari rumah sebelum kembali meledak, diikuti Bagas di belakang mereka.

Kini, apartemen Kirana dan Keenan sudah lebih tenang, walau hawa dingin masih menyelimuti mereka, terutama karena kekecewaan yang tidak bisa hilang di wajah Kirana pada suaminya itu.

“Kamu udah benar-benar berpikir aku selingkuh darimu ya?” tanya Keenan begitu semua orang pergi.

Kirana mendengus dengan mata berputar, melihat Keenan yang memasang wajah suram di sampingnya. “Itu bukan pikiranku aja, itu kenyataannya!”

Keenan bergeming.

“Kamu memang selingkuh! Apa lagi kalau bukan itu?! HAH?!” Suara Kirana yang parau akhirnya meledak semakin keras. “Tiga bulan lalu kamu berciuman dengan mantanmu di kantormu sendiri! Kemarin-kemarin, kamu bermesraan dengan wanita lain dan bahkan meng-upload foto kalian di media sosial!”

“Apa kamu udah begitu bosannya sama aku, sampai kamu main-main sama banyak wanita seperti itu?! Kalau bukan selingkuh, terus itu disebut apa?!” tukas Kirana dengan segenap tenaganya yang tersisa, melawan rasa sakit di seluruh tubuhnya.

Hening sejenak.

“Kamu.. pasti nggak percaya sama aku lagi ya?” Setelah sesaat, Keenan akhirnya bicara.

“Kalau kamu jadi aku, apa kamu bakal percaya sama orang yang mengkhianatimu berkali-kali?!” Mata Kirana semakin merah, menahan kemarahan yang hampir mengendalikannya.

“Baiklah..” Keenan tiba-tiba berbicara lirih, lalu sedetik kemudian mulai mengeraskan suaranya lagi. “Anggap aja begitu!”

Kirana mengernyit, mendengar suara Keenan yang berubah drastis setelah sempat tenang sebelumnya.

“Anggap aja aku memang selingkuh karena aku bosan sama kamu dan bahkan ada belasan wanita yang bisa menghiburku selama ini! Kamu puas?!” teriak Keenan dengan suara menggelegar dan mata merah yang sama seperti Kirana.

Kirana kembali mendengus. “Akhirnya kamu liatin juga wajah aslimu..”

Keenan tercekat, hingga Kirana kembali bicara sambil turun dan berjalan keluar dari tempat tidurnya. “Kalau gitu, kita memang nggak punya pilihan lain."

Kirana bisa melihat kernyitan di kening Keenan melalui sudut matanya. Tapi, Kirana tidak akan jatuh lagi pada wajah tulus palsu yang memikatnya 2 tahun lalu itu!

Kirana mengambil napas, sebelum akhirnya ia mengeluarkan kalimat itu juga dari mulutnya.

"Kita harus bercerai!”

“APA?!”

“Nggak. Kita nggak bisa melakukannya!" Keenan mengeluarkan suaranya dengan tegas, menghentak Kirana yang tidak mengharapkan hal tersebut. "Kalau yang kamu mau adalah permintaan maaf, aku akan bilang. Maaf, tapi aku nggak akan pernah bercerai darimu."

“Apa? 'Maaf'?” Kirana mendengus, tidak percaya dengan apa yang ia dengar.

'Cuma itu?' batin Kirana.

Seharusnya Keenan juga memberi Kirana penjelasan untuk semua pengkhianatannya!

“Lagi-lagi aku harus dengar kata itu, tanpa perasaan..” lirih Kirana, teringat bagaimana Bagas dulu mengatakan kata tersebut dengan dinginnya, seperti yang dilakukan Keenan sekarang, tanpa rasa bersalah sedikitpun. Bedanya, Bagas hanya meninggalkan Kirana setelah itu, sedangkan Keenan dengan anehnya tidak mau melepas Kirana, tanpa Kirana tahu mengapa.

“Sudahlah..” Kirana menyerah untuk berdebat dengan Keenan, karena ia juga harus menata pikirannya lagi untuk keputusan yang tidak boleh asal ia buat.

Lalu, keesokan harinya saat Kirana bertemu Silvia yang kebetulan menghubunginya karena khawatir setelah mendengar kabar dari orang tua Kirana, Kirana akhirnya mengetahui sesuatu yang membuat ia mantap mengambil keputusan untuk berpisah dari Keenan.

“Aku nggak sengaja lihat mereka makan malam sebulan lalu. Awalnya aku pikir itu cuma makan malam biasa, tapi aku ingat kalau beberapa bulan lalu aku juga lihat Keenan dan Manda jalan bareng.. Aku gak bisa bilang tentang itu, karena aku nggak mau kamu menganggapku ikut campur urusan rumah tanggamu..” tutur Silvia, sambil menunjukkan sebuah foto yang memperlihatkan Keenan sedang makan malam bersama Manda dan bahkan orang tua Keenan juga, seolah mereka mendukung hubungan terlarang anaknya itu!

“Aku benar-benar harus bercerai dari Keenan.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status