Sore hari, tampak Drupadi yang sedang menemani Lexy duduk di taman tanpa Yuri. Drupadi sengaja mengajak Lexy untuk berbicara berdua saja. Drupadi ingin menasehati Lexy, agar anak itu mau dekat dengan Nara."Lexy sayang ... kakak boleh pergi enggak ? kakak ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Kalau enggak kerja, bagaimana bayar uang sekolahnya Lexy. Disini ada Yuri, yang temani Lexy main. Ada Mama Nara yang sayang Lexy, Om Kendra dan yang lainnya," ucap Drupadi mencoba masuk ke dalam hati Lexy.Anak itu duduk sambil memeluk pinggang Drupadi."Habis pulang kerja, balik lagi kesini kan ? Opa nya Yuri, selesai pulang kerja balik lagi ke rumah. Kalau kakak mengapa tidak begitu ?" Tanya Lexy dengan polos. Drupadi menarik nafas panjang. Benar-benar foto copy Om nya, batin Drupadi tersenyum. Menghadapi Lexy seperti hal nya menghadapi Kendra dengan sifat keras kepala dan rasa ingin tahu yang sangat besar."Kalau Opa nya Yuri kan seorang Bos, kalau kakak itu anak buahnya Bos, jadi enggak bis
Tidak berapa lama, mobil yang dikemudikan oleh Kendra tiba di tempat yang disebutkan oleh Drupadi.Ia bergegas masuk ke dalam. Tatapannya membola melihat gadis maskulin itu tengah bertarung melawan seorang laki-laki kekar dengan tato di sekujur tubuhnya.Alice juga ikut masuk,tapi ia segera memegang kuat lengan Kendra, ketika melihat beberapa pasang mata yang menatapnya lapar."Ken ... ayo pulang, aku takut," cicit Alice yang makin mempererat pegangannya pada lengan Kendra, yang malah fokus menatap ke depan. Melihat betapa lincahnya Drupadi menghadapi lawan dengan tubuh yang lebih besar darinya.Wooooooo !Sorak-sorai terdengar, saat Drupadi terkena pukulan cukup keras, hingga membuatnya terbanting. Saat itu kedua netranya melihat kehadiran Kendra. Drupadi lalu mengangkat tangannya. "Berhenti sebentar ! aku minta diganti oleh sahabatku," ucap Drupadi lalu meludahkan darah dari mulutnya. Drupadi melangkah ke arah Kendra.Mendekatkan bibirnya pada telinga Kendra, dibawah tatapan tidak
Drupadi menemui Yuki setelah Kendra merasa baikan. Tentu saja saat ia tiba di kediaman keluarga Tanaka,Yuki sudah tidur nyenyak. Sedangkan Kendra kembali ke kamarnya sendiri untuk mendapat pengobatan.Drupadi menatap Yuki dan mengusap lembut rambut bocah tampan yang begitu dikasihinya itu. Ia sudah mengambil keputusan untuk tidak menunggu Yuki bangun dan melihatnya lagi. Ia akan pergi, dan Yuki akan mulai terbiasa dengan ketidakhadirannya. Sakit yang dialami Yuki saat kehilangan dirinya hanya berlaku sebentar saja. Cinta dan kasih sayang dari keluarga aslinya, akan membuat bocah tampan yang dinamainya lexy itu akan segera melupakannya.Setelah puas menatap Yuki, lalu mencium keningnya, Drupadi segera keluar kamar dan menuju kamar Kendra. Masuk ke dalam kamar Kendra tanpa mengetuknya. Tampak Kendra yang belum tidur, dan sedang bersandar pada kepala ranjang. Luka-luka Kendra sudah diobati dan mendapat perawatan yang baik."Belum tidur ?" Tanya Drupadi yang dibalas gelengan Kendra.Dru
Kendra bertemu Drupadi di tempat yang sudah disebutkan oleh Devan.Tampak Drupadi dengan wajah marah menatap ke arah Kendra. "Bagaimana Lexy bisa pergi dari rumah ? bagaimana kalian menjaganya !" Marah Drupadi sambil menarik kerah baju Kendra dengan kuat. Sedangkan Kendra hanya membiarkan apa yang ingin dilakukan oleh Drupadi padanya. Menghajar hingga babak-belur misalnya."Dia merindukanmu, dan anak itu kabur, tentunya karena ingin mencarimu. Aku sudah bilang dari awal, jika itu tidak akan mudah bagi Yuki untuk melupakanmu begitu saja. Ikatan kalian sangat kuat. Kamu yang menyelamatkannya !" Kendra juga tidak mau kalah, tapi dengan tekanan suara yang lebih rendah namun tegas. Kendra ingin Drupadi sadar jika tidak mudah bagi Yuki ditinggalkan tanpa kata. Anak itu begitu menyayangi Drupadi. Bagi Yuki atau Lexy, hanya Drupadi keluarga yang dimilikinya. Walau ia merasa nyaman di kediaman keluarga besar Tanaka, tapi itu tidak akan sama tanpa kehadiran Drupadi."Apa kau mau, Yuki membenci
Drupadi memulai tugasnya sebagai Bodyguard Kendra. Ia hanya harus mengawal kemanapun Kendra pergi. Seperti permintaannya, tidak ada yang tahu jika dia adalah seorang perempuan. Selain itu ada perjanjian tambahan jika Drupadi dan Kendra tidak akan ikut campur urusan masing-masing kecuali itu dalam ranah tugas.Yuki sangat bahagia dengan kehadiran Drupadi di rumah. Tapi Drupadi juga meminta syarat pada Yuki."Kamu harus selalu bersama Mamamu, karena kakak disini untuk bekerja," pinta Drupadi yang disanggupi oleh Yuki. Drupadi berharap, dengan cara itu, Yuki bisa lebih dekat dengan kedua orang tuanya. Jadi selama enam bulan, ia akan berupaya membuat Yuki benar-benar bisa dekat dengan keluarga aslinya.Malam ini, tampak Drupadi yang mengawal Kendra untuk menghadiri jamuan makan malam dari rekan bisnis. Drupadi mengenakan jas formal, yang menampilkan aura maskulin yang manis. Kendra terus saja menatap Drupadi saat hendak berangkat dan saat mereka masuk ke dalam ruang jamuan. Tapi tatapan
"Hmmm ....," Desah Kendra pelan masih menatap ke arah Drupadi."Apa yang terjadi ?" Tanya Kendra terbata sambil menggaruk lehernya dan melepaskan kemejanya. Jas miliknya sudah lepas sewaktu di bar Kak Ari."Apa yang kamu rasakan ?" Tanya Drupadi masih belum beranjak dari tempatnya berdiri."Panas dan juga, aku menginginkan sesuatu," ucap Kendra terbata, berusaha menguasai nafsu yang saat ini mengikatnya.Tiba-tiba Kendra bangkit dari posisinya, dan berjalan cepat ke arah Drupadi, yang tidak melawan saat bos nya itu, memeluknya dengan sangat erat."Aku .... aku menginginkanmu, tapi .... aku tidak ingin itu menyakitimu," bisik Kendra menahan keinginan gairah yang saat ini menguasai dirinya dengan sangat kuat. Kendra melepaskan pelukannya, menatap dalam Drupadi, lalu tanpa aba-aba mencium bibirnya dan melumatnya penuh gairah. Setelahnya, ia kembali memeluk Drupadi yang masih diam, membiarkan apa yang ingin Kendra lakukan. Jika Kendra bertindak melampaui batas, barulah ia bertindak.Kend
Berdiri disana, Damian yang menatap tajam ke arah Drupadi dan juga Kendra. Tapi, walau menatap tajam, tetap saja ia melemparkan senyum yang teramat manis untuk Drupadi. Damian berjalan ke arah bandar, membisikkan sesuatu yang dibalas anggukan.Bandar terlihat berjalan ke arah Drupadi dan membisikkan sesuatu. Kedua mata Drupadi seketika melotot. "Katakan padanya, bos ku tidak ingin bertarung, demikian hal nya dengan diriku. Aku akan bertarung dengan yang lain !" ucap Drupadi tegas, pada pria botak dengan tato di leher tersebut."Ada apa ?" Kendra yang mendengar kalimat Bos ku disebut tampak tertarik.Drupadi tidak ingin mengatakan apapun. Tapi Bandar pertarungan liar tersebut, malah menyampaikan tantangan Damian pada Kendra. Bugh !Drupadi langsung melayangkan bogem mentah pada si botak bertato, yang hanya tersenyum senang pada amukan Drupadi. Hanya saja ia takut untuk membalas, dia tahu siapa Drupadi."Dru ... !" Kendra cepat menarik Drupadi yang hendak menghajar si botak lagi."Ke
Drupadi benar-benar kewalahan menghadapi serangan hanya bersama supir saja. Sedangkan Bodyguard Damian yang tadi menaiki kuda besi milik Drupadi, sudah menghilang mencari keberadaan Damian."Kita bisa mati konyol kalau seperti ini !" Ucap Supir Damian yang juga merupakan bodyguard terlatih."Terus bertahan hingga mereka keluar dari persembunyian, kita harus mengulur waktu hingga bantuan datang," ucap Drupadi pada si supir yang mengangguk mengiyakan , walau tidak mengenal baik Drupadi. Sementara itu, Damian yang membawa Zia untuk kabur, tampak terluka di bagian lengan. Tidak sengaja ia terkena serempetan timah panas saat berlari dan menggunakan tubuhnya sebagai tameng untuk menyelamatkan Zia."Sial !" Maki Damian, karena ia tidak pernah menyelamatkan seseorang hingga terluka seperti ini. Tapi membiarkan wanita cantik yang berada di sampingnya ini terluka, malah akan membuat Drupadi membencinya.Darah segar mengalir dari lengan Damian, yang saat ini bersembunyi dari kejaran dua orang m