Sementara Itu, Drupadi yang terluka, telah kembali ke kediaman keluarga Tanaka. Kedatangannya disambut Kendra dengan raut khawatir. Walau sedang sakit, nyatanya Kendra mengkhawatirkan Drupadi yang tidak kunjung kembali, sehingga sedari tadi mondar-mandir bak gasing, tidak peduli pada lukanya sendiri yang masih terasa nyeri. Begitu melihat Drupadi rasanya bak menang lotere."Apa yang terjadi ?" Tanya Kendra pada Drupadi yang terlihat tenang, tapi menahan sakit pada punggungnya."Kami diserang, tapi Dokter Zia sudah aman bersama Damian," ucap Drupadi, lalu tiba-tiba terjatuh dan dengan sigap ditahan oleh Kendra sambil meringis menahan sakitnya yang belum sembuh.Drupadi terlalu lelah, dengan perkelahian tadi. Dan juga rasa sakit pada punggungnya makin menjadi-jadi.Kendra memapah Drupadi menuju kamar milik bodyguardnya tersebut. Membantu Drupadi untuk duduk, tapi tidak bisa bersandar, karena punggungnya masih terasa sangat sakit.Beruntung saja, kedua orang tua, kakak serta keponakanny
Pagi kembali menyapa bumi dengan kicauan burung dan hangat mentari.Kendra mengulurkan tangan, mencari bantal guling di sampingnya. Saat menemukannya, ia segera memeluknya erat. Terasa berbeda, lebih hangat. Ia makin mengeratkan pelukannya."Ahhh ...Ken ... punggungku sakit." Kendra cepat membuka mata menyadari jika bukan bantal guling yang ia peluk, melainkan Drupadi. "Maaf," ucap Kendra lalu segera melepaskan pelukannya."Apa masih sakit ?" Tanya Kendra yang dibalas anggukan Drupadi."Aku mau kembali ke kamar, mungkin pak Dokter sudah pergi." Drupadi hendak beranjak, tapi Kendra dengan cepat menahan tangannya."Sarapan pagi bersamaku dulu, baru kembali ke kamar," pinta Kendra yang masih belum rela jika Drupadi kembali ke kamarnya sendiri."Baiklah, tapi aku mau cuci muka dan sikat gigi dulu, kamu juga. Mulutmu bau bangkai," ucap Drupadi yang membuat Kendra segera meniup telapak tangannya sendiri untuk mengetes seberapa bau nafasnya. Setelahnya, ia tersenyum lucu. Kenda memberikan
Drupadi teringat pesan masuk pada ponselnya, saat Kendra sudah terlelap dan ia masih terjaga."Apa harus ? kamu sekarang bodyguardku, apa harus pergi juga ! kamu sedang terluka, sedang sakit ! Kendra tidak rela jika Dru harus pergi."Walau bodyguard mu, tapi aku tetap milik organisasi." Drupadi berbicara dengan sangat tenang. Ketenangan yang membuat Kendra frustasi."Kembalilah ke kamarmu," ucap Kendra menyuruh Drupadi untuk kembali ke kamarnya sendiri. Ia frustasi sendiri akan perasaannya, dan juga ketidak sanggupannya untuk menahan Drupadi. Drupadi segera pergi sedangkan Kendra tampak menutup mata dan menarik nafas kasar. Mengapa ia harus jatuh hati pada Drupadi ? Malam kembali menyapa.Kendra masuk ke dalam kamar Drupadi tanpa mengetuk. Tampak Drupadi yang masih mengenakan handuk karena baru selesai mandi."Kenapa tidak mengetuk ? bagaimana kalau aku tidak mengenakan apapun !" Drupadi memarahi Kendra yang selalu seenak udelnya sendiri.Tapi Kendra tidak menanggapinya, ia malah me
Sementara itu di tempat lain, tampak Damian yang masih belum mengantarkan Dokter Zia kembali pulang ke rumah."Nona, makanlah, kalau tidak makan, nanti tuan Damian akan marah pada bibi." Maid yang sudah berumur tersebut terlihat membujuk Zia. Kalau Zia taksir, usinya sama dengan Mamanya atau mungkin satu atau dua tahun lebih tua dari Mamanya."Kemana pria menyebalkan itu, bik ?" Tanya Zia tidak menanggapi ucapan bibi."Maksud Non, tuan muda Damian ?" Tanya Bibi sambil tersenyum, yang dibalas anggukan Zia."Tuan muda keluar, tapi kemana nya bibi tidak tahu, karena itu bukan wewenang bibi," jawab Bibi dengan sangat sopan."Makanlah sedikit, biar ada tenaga kalau mau marah-marah nanti," ucap Bibi lagi dengan bercanda yang akhirnya membuat Zia tertawa kecil. "Baru kali ini Tuan muda membawa seorang gadis pulang. Selama ini tidak ada yang datang kemari, karena ini adalah tempat peristitirahatan tuan muda selain rumah utama." Bibi menatap gadis cantik di depannya sambil bercerita."Tapi sa
Malam menyapa dengan suasana yang lebih tenang. Tampak Zia yang bersantai di kamar, sedangkan Nat telah pergi sedari tadi.Ponsel sudah ada di tangannya. Ia juga sudah memeriksa pesan masuk. Salah satu pesan adalah kemarahan Mamanya, karena ia kabur dari acara pertunangan yang sudah diatur sedemikian rapi.Zia hanya tersenyum tanpa membalas. Ada baiknya juga ia disini, sehingga bisa lepas dari pertunangan yang sangat tidak diinginkannya.Brak !Pintu kamar Zia dibuka dan dibanting dengan begitu kuat."Gadis keras kepala ! bisa-bisanya memanfatkan anak kecil untuk mendapatkan apa yang kau mau !" Damian yang baru saja datang, membanting pintu kamar Zia dengan sangat kencang.Zia tampak ketakutan melihat wajah Damian yang terlihat penuh kemarahan.Damian mencengkram kerah baju Zia dengan sangat kuat."Sudah aku katakan ! jika keadaan aman, aku akan mengantarkanmu pulang ! dengan mengambil ponsel dan menghubungi keluargamu, maka keberadaanmu akan diketahui dengan mudah !" Damian benar-be
Hari berganti, sudah tiga hari lamanya Dru menghilang tanpa kabar. Selama itu juga Yuki terus saja bertanya pada Kendra mengenai keberadaan Drupadi. Makanpun harus dibujuk Yuri dan juga Nara. Kendra memberikan alasan pada Yuki, jika Dru sedang ada tugas keluar negeri. Berusaha menenangkan Yuki, sambil menenangkan hatinya sendiri.Kendra gelisah, sangat gelisah tanpa Drupadi. Lebih baik mendengarkan omelan dan juga larangan dari Drupadi daripada harus tanpanya.Berdiri di balkon, menyalakan rokok, menghisapnya dalam sambil menatap langit malam yang ditaburi bintang. Hal yang dua hari ini dilakukannya sepulang dari kantor. Teman-temannya mengajak pesta malam seperti biasa, tapi hal itu tidak mendinginkan perasaannya yang ingin tahu bagaimana keadaan Drupadi."Dru ... kamu dimana ? kenapa tanpa kabar ?" gumam Kendra lalu kembali menghisap rokoknya sehingga tidak menyadari seseorang yang berdiri di belakangnya.Greb !Pelukan hangat membuatnya kaget."Lepaskan aku Retha, jangan seper
Pagi yang cerah, tapi tidak bagi hati Kendra. Ingatannya pada Drupadi masih terus menari."Kenapa mimpi tadi malam itu seperti nyata ? aku memeluk Drupadi dengan sangat erat. Merasakan harum khasnya," monolog Kendra sambil memeluk bantal gulingnya, masih malas untuk beranjak dari atas ranjang.Cklek !"Kendra ... sayang !" Raina, Mama Kendra tampak berteriak pada Kendra yang belum mau beranjak dari ranjang."Kenapa teriak-teriak sih Ma ?" Kendra berbalik untuk melihat Mamanya."Kamu mabok ya, tadi malam ?" Tanya Raina yang hanya mendapat cengiran dari Kendra."Hmmm ... Mama enggak mau hal buruk terjadi lagi, apalagi Dru sedang tidak bersamamu." Raina mengomel pagi pada Kendra yang segera bangun dan mendengarkan tanpa membantah."Iya, Ma," jawab Kendra singkat."Apa Dru masih masih lama perginya ? Yuki terusa saja menanyakan keberadaanya." Raina menatap Kendra mencari jawaban. Sejak semalam ia gelisah, karena Yuki mulai mogok makan lagi."Apa Yuki mogok makan lagi ?" tanya Kendra ikut
Drupadi POVKendra, nama itu terus bermain di dalam pikiranku. Sejujurnya bukan hanya untuk mengobati diri. Aku sengaja menjauhinya untuk meyakinkan hatiku, jika aku tidak menyukai pria yang merupakan bos ku tersebut. membunuh perasaan suka, yang diam-diam menghujam hatiku. Aku takut rasa ini akan makin menjalar dan berakar kuat.Ya, lebih baik begini, menghindarinya sementara waktu. Aku berharap, Kehadiran Aretha bisa membuat hatinya melupakanku secara perlahan. Dan hanya mengharapkan aku kembali karena aku pengawalnya, bukan karena rasa suka, atau rasa rindunya padaku.Tapi sialnya, semakin menjauh, aku malah semakin ingin melihatnya. Baru kali ini perasaan kehilangan dan rindu mendera teramat kuat. Hanya saja, aku juga harus tahu diri.Aku tahu jika Kendra sering uring-uringan melalui laporan dari Fin. Tapi biarlah, aku juga ingin melihat sejauh mana dia akan terus ingat padaku. Jika terus begini, maka ia akan bosan dengan sendirinya. "Kendra...," desahku pelan sambil menatap la