"Aku minta maaf! Bener apa kata Mamah, mungkin aku salah. Seharusnya aku membiarkanmu untuk istirahat terlebih dahulu! Mas aku minta maaf."
Saat situasi sudah terlihat sunyi tanpa suara dari mereka, Kezia menurunkan egonya untuk minta maaf setelah mendapat nasehat dari mamah mertuanya.Walau ragu dia mencoba mengulurkan tangannya untuk mengajak Satya bersalaman. Mengingat kesalahannya juga Satya membalas uluran tangan tersebut dan berusaha menarik nafas panjang agar tidak ada lagi percekcokan di antara mereka.''Ya sudah, kita lupakan saja masalah ini. Aku juga minta maaf, mungkin aku terlalu kesal dengan orang itu."Degh!Kezia memicingkan matanya saat Satya mengucapkan orang itu, kenapa dia tidak menyebutkan namanya dengan siapa dia di luar tadi.Hal itu membuat Kezia semakin penasaran, rasanya masih banyak pertanyaan yang ingin dia tanyakan tetapi Kezia tahan agar Satya tak kembali kesal padanya."Mas, setiap pekerjaaSatu bulan di rumah sakit tidak ada perubahan sama sekali pada diri Aland walau sudah di panggilkan kedua orang tuanya yang meluncur dari kota Paris sekalipun dia tetap diam di atas berankar rumah sakit.Berbagai cara telah mereka lakukan salah satunya memanggil dokter spesialis dari luar negeri pun tidak ada respon darinya yang membuat semua yang menemaninya merasa bingung.Hampir saja mereka menyerah dan pasrah dengan keadaan tetapi tiba-tiba terlintas di otak pak Bandi akan sesuatu hal yang belum mereka coba sebelumnya."Non Kiara! Apa kita coba panggil Nona Kiara kesini? Mungkin dengan kedatangan dia, Pak Aland bisa merespon?""Kiara? Siapa dia Pak Bandi?" ujar pak Riswandi dan bu Dinata penasaran.Mereka terperangah dengan nama yang baru saja dia dengar ini, pasalnya Aland tak pernah bercerita sedikit pun tentang nama ini walau di dalam telepon."Mantan sekretaris Pak Aland, Nyonya. Dia di pecat oleh Pak Aland gara-gara terl
"Mari kita ke sana Pak.""Nona Kiara serius?"Wajah pak Bandi berbinar bahagia saat Kiara berkenan untuk datang menemui Aland, dia mengira kalau Kiara akan menolaknya.Sesampainya di rumah sakit, dari kejauhan tuan Riswandi dan nyonya Dinata memandang siapa yang berjalan bersama pak Bandi menghampiri dirinya.Mereka sedikit ragu melihat penampilan Kiara yang biasa saja, tidak ada yang special dari wanita ini. Sampai mereka bicara dalam hati."Apa spesialnya wanita ini, mana mungkin Aland sadar hanya karena wanita seperti ini."Tetapi mereka tak mau mendahului kenyataan sebelum melihat sendiri hasilnya."Permisi Tuan, Nyonya perkenalkan dia Nona Kiara yang aku ceritakan tadi.""Selamat siang, Tuan, Nyonya.""Siang Kiara. Pak Bandi mungkin sudah menceritakan semuanya pada kamu, ya begitu keadaan Aland saat ini. Kamu masuk saja dan lihat sendiri keadaanya.""Saya permisi, izin tengok keadaan Pak A
"Dokter! Dokter tolong Pak Aland Dok!"Dokter kembali memeriksa kondisi Aland yang melemah setelah sempat berbicara.Mereka terlihat panik dengan kondisi Aland saat ini, takut sesuatu terjadi kepadanya."Bagaimana kondisi Pak Aland, Dok? Apa dia baik-baik saja," gumam Kiara khawatir."Tidak usah khawatir Nona. Pak Aland baik-baik saja, dia hanya masih lemah karena belum kuat untuk banyak bicara. Sebentar saya berikan suntikan dulu."Dokter memberikan suntikan lewat infus yang terpasang di tangan Aland. Pegal reaksi obat tersebut membuat tangannya bergerak seketika dan itu membuat semuanya merasa tenang.Kini mereka bisa bernafas dengan lega setelah dokter mengatakan kalau Aland baik-baik saja."Lebih baik biarkan pasien istirahat dulu! Supaya bangun nanti beliau merasa kuat, tidak ada yang perlu di khawatirkan. Kalau begitu saya permisi dulu.""Terima kasih Dokter."Satu persatu dari mereka keluar dan membiarkan Aland untuk beristirahat, termasuk Kiara yang duduk menyendiri karena masi
"Sean kamu di sini?""Eh, iya Tante. Tante apa kabar? Maaf saya baru sempat menemui Aland sekarang.""Tante baik, kamu sendiri bagaimana? Dengar-dengar usahamu makin sukses di sini?"Nyonya Dinata tak menaruh curiga sedikitpun pada pemuda ini. Tak terpikir sama sekali bahwa Sean hampir saja mencelakai anaknya.Mana mungkin Sean tega menyakiti Aland. Jangankan untuk menyakiti, bicara keras kepadanya pun Sean tak bisa karena mereka memang begitu dekat."Oh syukurlah. Bisnisku masih sama Tante, tidak ada yang istimewa. Justru bisnis Aland yang semakin besar, bahkan dia mau membuka bisnis baru di kota ini."Degh!Nyonya Dinata memicingkan matanya saat Sean mengatakan kalau Aland akan memulai bisnis baru, pasalnya selama ini putranya tidak pernah bercerita apapun kepadanya. Nyonya Dinata berfikir kenapa Aland tidak meminta izin atau hanya sekedar memberi tahu mereka tentang bisnis baru yang akan dia kelola.
"Aku pulang!""Reza Ibu pulang!"Tetapi suasana terlihat sunyi tanpa ada yang menjawab kepulangan Kiara. Dia mencari putranya itu kemana-mana, mencari ke kamarnya pun anak kecil itu tidak ada di dalam maka Kiara memutuskan untuk ke rumah sebelah yang di tempati oleh ayah dan ibunya."Reza, Ayah, Ibu kalian dimana, aku pulang!""Kiara, Ibumu!"Pak Susanto keluar dari dalam kamar dalam keadaan sedih. Kiara spontan melempar tasnya ke sembarang arah sebelum melihat kondisi ibunya di dalam kamar."Astaga, Ibu! Yah, kenapa Ibu tidak Ayah bawa ke rumah sakit?"Kiara terkejut melihat kondisi ibunya yang semakin memburuk, bu Marwah hanya bisa memejamkan matanya lemah di dampingi oleh cucunya di samping."Ayah bingung Nak, harus bagaimana membawa Ibu kamu ke rumah sakit!"Pengetahuan yang sedikit membuat pak Susanto kebingungan ketika hendak membawa istrinya ke rumah sakit tanpa Kiara di sampingnya.Seha
"Astaga, Pak Aland!"Kiara terkejut saat melihat Aland kesulitan turun dari berakar, dia spontan meraih Aland yang hampir saja terjatuh.Kakinya yang patah membuat dia susah untuk melangkah walau sudah berpegangan pada besi penyangga infus tetap Aland tak kuat mengangkat tubuhnya.Untung saja Kiara masuk dan mendapati hal itu, pasalnya tidak ada satu orang pun yang menemaninya di ruangan tersebut."Mari Pak, biar saya bantu."Kiara membantu Aland untuk duduk di kursi roda dan mendorongnya keluar kamarnya.Dia tau kalau mantan bosnya ini sedang bosan berada di kamar sudah sejak lama."Terima kasih! Tapi aku bisa sendiri."Masih saja Aland keras dengan kehendaknya sendiri, untuk mengakui kalau dia memang butuh bantuannya rasanya Aland malu atau gengsi. Mana mungkin dia minta tolong pada Kiara mantan sekretaris yang dia pecat."Eh, Bapak mau kemana? Biar saya bantu."Kesulitan untuk menjalankan ku
"Oh jadi kamu di sini? Pantas saja Kakak cari kemana-mana nggak ada! Taunya sedang asik-asikan di sini!"Degh!Bagaimana bisa Kezia mengatakan kalau Kiara dan Aland sedang asik-asikan, padahal di sampingnya ada bik Inah yang menemani mereka sampai Aland menghabiskan makanannya.Kezia mengerutkan alisnya nyinyir melihat Aland yang duduk di kursi roda dengan kaki di gip perban.Tampangnya yang acak-acakan membuat Kezia mengira kalau adiknya itu sedang dengan dengan laki-laki yang tak jelas."Kiara, kenapa dia? Sepertinya lukanya cukup parah?""Eh, ayok kita temui Ibu sekarang! Aku takut kalau Ibu membutuhkan sesuatu. Ayok Kak!"Dari pada mendengar Kezia yang semakin banyak bicara dan kemungkinan besar membuat Aland insecure, secepat mungkin Kiara menarik tangan Kezia agar menjauh dari mereka.Kiara sudah bisa menduga kalau Kezia bisa bicara pedas lebih dari ini."Ternyata seperti itu, Cowok yang kamu suka
"Siapa dia, Den? Sepertinya wanita itu mencari Aden?""Nyonya Nasya! Dia pasti mau menanyakan soal kerja sama kita."Nasya segera bangun dari duduknya saat melihat Aland tiba di dorong oleh bik Inah.Dia merasa prihatin dengan kondisi Aland saat ini dan mengira kalau selama ini pemuda itu menghilang karena sedang fokus dengan sakitnya. Padahal bukan itu alasan yang sesungguhnya.Alasan yang sesungguhnya karena Aland mendadak malas setelah mengingat Kiara."Pak Aland! Astaga, kenapa bisa jadi seperti ini?""Kenapa? Aku sudah baik-baik saja! Nyonya Nasya pasti mau membicarakan soal rencana kerja sama kita, bukan?""Betul Pak Aland. Tapi dalam kondisi anda yang seperti ini, sepertinya saya urungkan pembicaraan kita."Nasya sengaja mengatakan itu agar terdengar peduli padanya, padahal dia berharap kalau Aland segera fokus dan memulai kerja samanya."Tidak masalah! Kita bisa bicara sekarang!""Baikl