Yugo datang sore itu ke tempat Amarta. Pria itu diantar sopir dan juga ditemani perawatnya yang setia.Sudibja melihat keadaan anaknya yang begini cukup sedih. Meskipun, Yugo sendiri yang sekarang sedang kehilangan penglihatannya kelihatan jauh lebih tegar.Bahkan, saat pertama melihat putranya tersebut yang Sudibja tawarkan adalah bagaimana kalau Yugo tinggal saja bersama dengannya. Mungkin, itu akan lebih baik. Sambil menunggu jadwal operasi untuk kesembuhannya. Paling tidak dengan diawasi oleh keluarganya sendiri itu akan jauh lebih aman.Yugo menggeleng. Dia tidak mau hidup atas belas kasihan orang lain. Biarkan saja dia hidup begini. Meski buta, kecerdasan otaknya tidak berkurang. Dia masih bisa tahu apa yang harus dilakukan dan bisa menilai bagaimana orang bersikap padanya.Dengan buta begini jugalah Yugo bisa tahu siapa yang benar peduli dengannya dan siapa yang selama ini hanya mengagumi sisi bagus dalam dirinya.Mahes ... Yugo merasa dirinya sangat bodoh karena kala itu tidak
"Kamu bawa baju ganti juga?"Junior cukup takjub saat dia melihat Mahes memberikan paper bag yang ternyata itu adalah setelan untuk kerja. Hampir saja pria itu berpikir setelah aktivitas mereka yang dadakan ini, Junior harus pulang dulu ke rumah untuk ambil kemeja."Aku nggak mau kamu berangkat kerja kusut."Junior mengekeh. Dia melompat dari tempat tidur untuk mengejutkan Mahes yang sedang berusaha merapikan baju Junior.Dia menggemasi pipi Mahes kemudian menghujani dengam kecupan-kecupan ringan."Kapan kita berduaan kayak gini lagi?" Junior menggoda."Setiap hari bisa." Mahes membuatnya semringah di awal. "Tapi, cukup di kamar kita. Jangan sering di hotel begini. Mahal."Junior mendengkus.Mahes menatap suaminya. "Aku juga kasihan Kasa."Benar juga. Junior malah jadi kepikiran soal keadaan anaknya itu. Pagi ini dia total diurus para ART, sampai bersngkat sekolah pun dengan sopir. Pria itu juga busa mengerti bagaimana perasaan Mahes."Ya, oke ...." Dia menyambar kemejanya bergegas pa
Yugo melakukan panggilan dengan asisten pribadinya yang ditugaskan untuk mencari informasi soal persiapan dia untuk melakukan operasi mata. Negara yang dipilih sudah ditentukan, jadwal dokter yang sedang dikonfirmasi kapan dia itu bisa berangkat untuk melaksanakan operasi. Tingkat keberhasilan sudah dikonfirmasi 99% akan berhasil. Yugo hanya perlu menjaga kesehatan dan Tetap tenang sampai masa operasi itu tiba.Baguslah kalau begitu. Yugo sudah tidak tahan hidup dalam kondisi buta seperti ini. Dia ingin segera sembuh dan kembali bisa melihat normal seperti dulu.Obrolannya baru saja selesai, deru mobil terdengar.Siena yang datang diantar sopirnya. Mau tidak mau juga harus menyambutnya. Biar bagaimanapun juga, di tengah konflik yang melanda ini. Dia hanya ingin mencari Ayah yang terbaik di mata anaknya. Karena itu juga berguna untuk menambah kekuatan bagi dirinya sendiri.“Papa!” Siena memeluk ayahnya.Yugo memang tidak bisa melihat anaknya. Tapi dia menyadari kalau saat ini Siena su
"Kenapa Malah melibatkan Siena dalam urusan kita?" Yugo terpaksa harus menegur istrinya karena sudah keterlaluan. Dia memanfaatkan anak mereka yang sebenarnya tidak tahu masalah apa yang terjadi pada orang tuanya.Yugo juga kecewa berat karena Angel meracuni otak anak mereka dengan hal hal yang tidak baik. Seperti mengatakan kalau Mahes adalah orang yang menyebabkan ini semua. Bahkan, Angela juga membuat Siena memercayai bahwa orang yang menyebabkan kehancuran ini semua adalah mahes."Aku nggak ngomong apa-apa sama dia." Angela masih berkilah. "Yugo ... aku minta maaf untuk semua yang aku lakukan ke kamu. Aku menyesal. Apa demi Siena kamu nggak bisa memberiku kesempatan?""Kalau aku nggak memberimu kesempatan, mungkin aku sudah memperkarakan ini ke jalur hukum!"Angela diam cukup lama setelah Yuoi mengatakan itu. Dia tahu kesalahan yang dilakukannya cukup besar. Apalagi, setelah membuat Yugo terluka, perempuan itu malah kabur bersama Siena.Yugo menutup teleponnya. Tidak perlu menyak
Pagi hari Mahes menyiapkan sarapan untuk anak dan suaminya. Junior biasanya akan menghabiskan lima belas menit untuk berlari di treadmill, Kasa akan menonton serial kartun sebelum diingatkan lagi untuk mandi.Mereka akan kompak bergerak sendiri untuk siap-siapa kalau Mahes berteriak, "Sayang, ini sudah hampir jam tujuh kalian nggak mandi?"Itu kode alarm yang paling khas yang Mahes lakukan untuk mengingatkan mereka agar segera siap-siap sebelum nanti terlambat.Junior itu orang yang humoris, meski Kasa bukan anak kandungnya, dia suka mengajak bercanda bocah itu sebelum mandi biasanya dia akan mengajak Kasa untuk sikat gigi bersama atau pura-pura mencukur jenggot bersama. Kasa punya alat pencukur mainan yang hampir terlihat sama persis, tanpa pisau tentunya.Kalau sudah basanya Kasa akan pakai kamar mandi lebih dulu. Mahes selalu bilang kalau Junior sebaiknya membiarkan anaknya itu pakai kamar mandi yang lain, biar dia tidak repot. Tapi, Junior bilang kalau mereka sudah terbiasa melaku
Kasa di sekolah bersama dengan teman-teman yang lain. Mereka belajar dan bermain bersama seperti biasa. Tidak ada yang berbeda dari hari-hari sebelumnya. Begitu juga dengan Siena.Jam istirahat anak-anak, biasanya mereka akan berkumpul di satu ruangan untuk menikmati kudapan bersama. Beberapa kelompok belajar akan digabung. Salah satu di antaranya adalah kelompok dari kelas Siena dan juga kelompok kelas Kasa.Guru sudah membagi mereka di meja masing-masing. Makanan juga sudah diberikan sesuai dengan jatah anak-anak.Kasa anak yang baik, dia cukup memiliki banyak teman, bocah satu itu menikmati makanan tambahannya di sekolah bersama teman-teman. Sedang asyiknya makan, Siena mendekatinya.“Kasa, kamu mau buah dan juga kue milikku?” Siena bertanya pada Kasa.Kasa yang merasa kalau mereka ini bersepupuan dan orang tuanya tidak pernah mengatakan apa-apa tentang masalah mereka, tentu saja tidak mencurigai apa pun dari sikap Siena ini.Dia hanya bingung. Karena biasanya Siena sangat suka den
Angela tidak bisa berkutik ketika Mahes berkata demikian. Niatnya mau mempermalukan dan melecehkan perempuan itu, tapi yang terjadi malah sebaliknya.Perempuan itu membawa Siena pulang secara paksa dan di jalan dia menyalahkan gadis kecil tersebut. "Kamu ini apa-apaan! Kenapa nggak becus jalani perintah yang Mama suruh!".Siena takut-takut di mobil berkata, "Aku sudah ikut seperti apa yang Mama bilang. Tapi, kan Kasa memang nggak salah.""Cukup!" Angela membuat anaknya tutup mulut. "Kamu jangan sampai berani melontarkan kata-kata yang bikin Mama tambah sakit kepala!""Lain kali kalau Mama suruh untuk mengerjai Kasa, kamu nggak boleh gagal!" Angela mengingatkan lagi. "Pokoknya apa pun itu kamu harus berhasil melakukannya!""Iya, Ma." Siena seperti tidak punya pilihan selain menuruti apa kata ibunya."Ingat satu hal lagi." Angela menambahkan. "Kamu jangan bilang hal ini ke papa!""Iya, Ma.""Bagus!" Angela menggunakan kacamatanya. Perempuan itu menyetir sendiri dia menyempatkan untuk me
"Positif?" Mahes jadi bertanya sendiri. Omong-omong perempuan itu baru menyadari kalau kalender bulanannya ada yang berubah. Dia terlambat tidak datang bulan sekitar empat minggu. "Iya, Nya." Sumi meyakinkan. "Nyonya telat datang bulan atau nggak belakangan ini?"Mahes mengangguk. "Iya, Mi. Saya telat lebih dari satu bulan.""Nah, Nya." Sumi semakin yakin dengan asumsinya. "Apalagi Nyonya kan nggak pernah pernahnya mual atau pusing pagi-pagi kayak gini. Sumi jadi ingat waktu hamil anak ketiga. Tiba-tiba juga Sumi pusing dan mual begini. Mendingan, Nyonya langsung saja test pack."Mahes setuju dengan saran Sumi itu. Apalagi, dia ini sudah cukup berpengalaman dalam kehamilan. Mahes meminum jahe hangat. Selanjutnya, dia meminta Sumi untuk membelikan alat uji kehamilan. Sumi mengiyakan, di saat Mahes beristirahat dia pergi ke apotek terdekat untuk membeli alat uji kehamilan. Satu jam kemudian, Mahes sudah merasa keadaannya lebih baik. Dia keluar untuk mencari makanan. Karena seum