“Jangan pernah gigit bibir bawah ini di depan laki-laki lain ya,” pinta pria itu dengan suara rendah tapi tegas sembari mengusap bibir Rena menggunakan ibu jari.Rena mengangguk pelan dan langsung mendapat serangan mendadak di bibir dari Andra.Saat dirasa Rena sudah akan kehabisan nafas, Andra menjauhkan bibirnya dari bibir Rena yang kini sudah bengkak karena ulahnya.“Aku kerja dulu ya Mas….” Rena menarik tangan Andra kemudian mencium bagian punggungnya.Pria itu balas mencium kening Rena setelah itu sang istri turun dari mobil karena jam sudah menunjukan pukul tujuh lebih tiga puluh dua menit sampai Rena tidak sempat melambaikan tangan untuk Andra.Bankir cantik itu dengan langkah cepat memasuki kantor, tidak ingin terlambat di hari pertamanya bekerja di kantor cabang yang baru.***Di akhir morning brifing, pak Santoso selaku kepala cabang di kantor tersebut memperkenalkan Rena.“Teman-teman … sekarang kita kedatangan Supervisor baru, ayo silahkan perkenalkan diri di depan
Rupanya Andra bisa mengalihkan perhatiannya sebentar dari rasa rindu yang membelenggu bila sedang berada di kantorKeambisiusan sang Presdir sudah menjadi makanan sehari-hari para Direktur di bawah kepemimpinannya tapi kali ini setelah sang istri berada jauh—Andra menyiksa para Direktur tersebut di jam pulang kerja.Mulai dari ngopi sampai tengah malam, driving golf dan bersepedah mengelilingi kota Jakarta.Itu semua Andra dan para Direktur lakukan sepulang kerja dan menyebabkan mereka harus pulang larut sedangkan keesokan harinya sudah harus berada di kantor pukul delapan pagi.Rapat pagi ini berjalan cukup hening, para pria yang melingkari meja berbentuk oval di ruang rapat itu sesekali menguap tanda menahan kantuk, tidak ketinggalan kantung mata beserta jejek hitam di bawah mata menghiasi wajah mereka.Hanya Andra yang terlihat bersemangat, entah dari mana datangnya energi yang dimiliki pria itu. Bahkan Ricko saja sudah menenggelamkan kepalanya di antara tangan yang ditumpuk
Tapi kali ini, agar bisa melupakan rindu kepada Rena sejenak—dia akhirnya setuju menginjakan kaki di sini lagi bersama Ricko.Ah, bagaimana dengan Renanya?Malam ini sang istri belum mengirim pesan.Setelah meneguk beberapa sloki minuman beralkohol untuk menghargai yang punya acara, Andra mengeluarkan ponsel dari saku kemeja.Jempolnya bergulir di layar pipih mengetikan sesuatu untuk Renanya, ngomong-ngomong Andra belum sempat mengabari sang istri kalau malam ini dia menghadiri ulang tahun Diandra.Beberapa kata dia kirim melalui pesan singkat kemudian mematikan layar ponsel dan memasukannya kembali ke dalam saku celana.Ricko sedang berdansa di tengah lantai dansa, pria jangkung itu memang ahli dalam hal memikat wanita dengan tubuh berotot yang setengah mati dia jaga dan tubuh yang dibalut kemeja ketat menyetak otot sempurnanya itu kini sedang meliuk indah di tengah-tengah wanita berpakaian kurang bahan.“Apakabar Rena? Kamu enggak ngajak dia?” Justin bertanya casual, sudah ti
“Jadi masih marah?” Suara Andra di ujung panggilan sana terdengar dingin padahal sedang membujuk.“Mas … memangnya enggak bisa ya langsung pulang aja ke rumah? Enggak usah kelayapan gitu! Mas tau? Nanti kalau kita udah punya anak, aku dan anak kita pasti nungguin Mas pulang … apa Mas enggak kepikiran kalau istri sama anak mereka juga nungguin papanya di rumah?” omel Rena pada sang suami.Ancaman Ricko memang terbukti, pria itu melaporkan kelakuan Andra yang menyiksa bawahannya sepulang kerja.Sudah beberapa hari ini Rena memantaunya setiap pulang kerja, bila jam menunjukan pukul delapan malam Andra belum sampai di rumah, istrinya itu terus saja menghubunginya bahkan melakukan video call agar Andra tidak bohong mengenai keberadaannya.Tapi tunggu, Rena tadi bilang anak kita?Berarti perempuan itu memang mencintai Andra, kan?Dan berniat untuk berkembang biak bersama Andra melanjutkan keturunan Gunadhya yang dilihat dari silsilah kekeluargaan hanya tinggal Andra seorang didunia in
“Hati-hati di jalan, Bu …,” kata pak Setiawan di saat langkah Rena membawanya menjauh.Rena menoleh ke belakang untuk melambaikan tangan kepada pak Setiawan.Ketika mengembalikan pandangannya ke arah depan, Rena melihat sesosok pria sedang berdiri menatapnya. Seketika langkahnya terhenti, jantungnya langsung berpacu kencang.Hampir saja Rena memekik terkejut, bahkan tangannya sudah hampir dia angkat untuk mengucek matanya meyakinkan indera penglihatan bahwa yang dilihatnya tidak salah. Tapi saat pria itu tersenyum, Rena yakin kalau dia tidak salah melihat karena senyum itu lah yang selalu menulari Rena semasa sekolah dulu.“Kak Edward,” ucapnya tanpa suara.Edward melangkah mendekati Rena yang sudah pucat pasi dengan buliran bening membasahi pelipisnya.Entah karena udara malam ini terlalu panas atau karena dia terlalu gugup bertemu kembali dengan sang mantan kekasih yang sangat dicemburui suaminya itu.Saat ini juga Rena berharap dia seperti Jinni yang tiba-tiba bisa mengh
Andra menggeliat meregangkan otot-otot di tubuhnya, sudah seharian ini pria itu mematuti layar pipih di atas meja untuk menyelesaikan semua pekerjaan agar sore nanti bisa langsung terbang ke Batam menemui Rena.Janjinya untuk berkunjung dua minggu lalu pada sang istri baru bisa dia penuhi akhir minggu ini karena akhir minggu kemarin harus menemani tuan Kurota-kliennya dari Jepang yang sedang berkunjung ke Indonesia.Ketika Andra mengungkapkannya kepada Rena, tentu saja wanita paling pengertian sedunia versi Andra itu memintanya untuk lebih mementingkan tuan Kurota.Lagi-lagi Rena berpidato dalam sambungan telepon beberapa hari lalu, mengatakan bahwa Andra adalah penanggung jawab atas kesejahteraan puluh ribu karyawan beserta keluarganya, maka dari itu sebagai Presdir harus mempertahankan bahkan memajukan perusahaan dengan sebaik-baiknya.Mungkin kalau perempuan itu berada di sisinya setiap hari hidup Andra akan lebih mudah.Ketika Andra stress, akan ada belaian lembut di kepala y
“Pertama aku minta maaf ... karena sudah meninggalkanmu, membuat rugi perusahaan om Sonny dan juga membuat kamu susah dengan pemberitaan kemarin … aku tau kamu yang meminta Ricko untuk membawa aku menemui psikiater, makasih ya kamu masih baik sama aku.” Monica mengucapkannya dengan tulus tanpa berkedip.“Aku yang saat itu masih sangat muda dengan terpaksa mengkhianati kamu untuk menolong ayah, setelah itu berjuangan hidup sendiri selama tujuh tahun karena ayah enggak bisa di andalka … masih bagus aku hanya gila enggak bunuh diri!” Monica tertawa kering.Andra dan Ricko menatap wanita itu lekat ketika sedang menceritakan kisahnya, keduanya merasa kalau Monica sedang meminta belas kasihan atas apa yang telah dia perbuat.Tapi sekarang aku udah sembuh, setidaknya berusaha untuk sembuh dan aku mohon … kalau aku udah enggak punya tempat lagi di hati kamu, bisakah kita berteman, Andra? aku akan berusaha untuk enggak melewati batas.” Monica memelaskan wajahnya, berharap Andra akan memberi
Rena menjerit kegirangan ketika membuka pintu apartemen langsung menangkap sosok pria tampan yang dirindukannya sedang duduk di sofa masih memakai kemeja lengan panjang dengan dua kancing yang sudah terbuka, jas dan dasinya tersampir di sandaran lengan sofa.Wanita itu berhamburan memeluk Andra kemudian menciumi setiap jengkal wajah tampan suaminya.Andra tertawa geli lalu menangkup pipi Rena menggunakan kedua tangannya yang besar."Hey ... hey ... udah enggak sabar yaaa?" goda Andra sambil terkekeh.Rena mengangguk dengan wajah merona membuat Andra jadi gemas.Lelaki itu langsung menyambar bibir Rena lembut dan perlahan berubah menuntut seolah menjelaskan betapa besar rindunya kepada Rena. Dengan masih memagut bibir Rena yang kini semakin dalam dan seramoangan, kedua tangan Andra menanggalkan pakaian Rena begitu juga dengan Rena.Tanpa basa-basi tanpa mukadimah, Andra dan Rena langsung masuk ke acara bercinta di pertemuannya kali ini.Setelah tubuh Rena setengah telanjang, A