Share

Cinta Tak Sesederhana Itu

“Jawabannya akan kamu ketahui setelah kita menemui kakek,” terang Irwan. Tanpa menunggu lama, Alga langsung menemui kakeknya, diikuti oleh kedua orang tuanya.

“Kek, apa yang Kakek bahas dengan Hana tadi? Kenapa dia bisa nangis sepert itu, Kek?” tanya Alga penasaran.

Kakek menghela napas panjang. “Kakek mau Hana melepaskan kamu, karena Kakek mau kamu menikahi Sukma.”

“Apa? Menikahi Sukma? Alga gak mau menikah dengan Sukma, Kek. Wanita yang Alga cinta hanya Hana. Alga rasa semua orang di rumah ini sudah mengetahui akan hal itu, bukan?”

“Kakek tidak suka dibantah, mau kamu menolak bagaimanapun, Kakek tetap akan menikahkan kamu dengan Sukma. Kakek sudah janji dengan almarhum kakeknya Sukma bahwa akan menjaga anak serta cucunya. Sedangkan kondisi Kakek yang sudah tua renta ini tidak memungkinkan untuk bisa menjaga Sukma. Jadi, Kakek mau sebelum Kakek kembali ke pemilik-Nya, Kakek ingin melihat Sukma menikah dengan lelaki yang tepat yang bisa Kakek percaya atas hidupnya dan laki laki itu adalah kamu, Alga,” tegas kakek Umar.

“Kek, gak bisa gini dong. Ini sudah zaman modern, Alga gak mau dijodohin atau dipaksa nikah kayak gini, Kek. Alga mau nikah dengan wanita yang Alga cinta.”

““Kakek mohon, Al, tolong turuti keinginan Kakek kali ini saja. Mungkin ini adalah permintaan terakhir Kakek. Kalau hanya soal cinta, Kakek yakin lama lama nanti kamu juga pasti akan mencintai Sukma seperti kamu mencintai Hana.”

“Cinta tak sesederhana itu, Kek. Pernikahan tanpa cinta itu mustahil akan baik baik saja. yang ada nanti Alga bisa menyakiti Sukma,” sahut Alga.

“Ma, Pa, bantuin Alga dong, jangan diam gini! Alga punya kehidupan sendiri, Alga gak mau hidup Alga diatur atur.” Alga mengacak rambutnya dengan kasar. Jangankan untuk mencintai, tertarik saja pada Sukma pun tidak pernah terlintas dalam pikiran Alga. Detik kemudian Alga meninggalkan keluarganya yang masih berkumpul di kamar kakeknya dan bergegas keluar rumah.

“Pa, kenapa harus Alga sih yang menikahi Sukma? Kenapa gak Angga saja?” tanya Anggi.

“Papa lebih percaya pada Alga dari pada ke Angga. Angga terlalu cuek sama keluarga, mana mungkin dia menjaga Sukma.”

“Atau mungkin Sukma sudah punya kekasih, Pa?”

“Papa yakin dia bukan gadis yang neko neko, tentang kekasih jelas dia tidak akan punya.”

“Tapi kalau Papa memaksakan kehendak seperti ini, yang jadi korban Alga, Pa, anak Anggi.” Di sini Anggi berusaha meminta keadilan atas hidup anaknya pada sang ayah.

“Seluruh kekayaan Papa akan Papa wariskan pada Alga jika dia bersedia menikahi Sukma.”

“Pa – “ Belum juga Anggi meneruskan ucapannya, kakek Umar sudah mendahului.

“Papa gak suka dibantah. Keputusan yang sudah Papa buat tidak akan ada satu pun yang bisa mengganggu gugat, termasuk kalian.” Kedua orang tua Alga menghela napas berat mendengar pernyataan itu.

***

Setelah 15 menit Alga mengendarai mobil sportnya, akhirnya dia sampai di basemant apartement sang kekasih. Buru buru Alga menaiki lift untuk bisa segera sampai di unit Hana. Dia tau saat ini pasti wanitanya sedang menangis. Sampai di depan pintu unit Hana, Alga langsung memasukkan password pintu untuk bisa masuk.

“Han,” panggil Alga seraya membuka pintu kamar Hana. Di sana Alga melihat sang kekasih sedang duduk memeluk kakinya sendiri dengan linangan air mata. Melihat kedatangan Alga, Hana langsung berlari ke arah Alga berasa. Keduanya kini saling memeluk seolah saling melepaskan gejolak yang mereka rasakan. Mereka berpelukan begitu lama, seolah tak akan ada lagi lagi pelukan setelahnya.

“Sudah jangan nangis! Hatiku hancur lihat kamu sedih seperti ini, Han.” Alga menghapus air mata Hana perlahan, lalu diciumnya kedua mata indah kekasihnya itu.

“Sanggup gak ya aku tanpa kamu, Al?”

“Kamu selamanya akan bersama aku, Han. Kita akan selalu sama sama,” ucap Alga untuk menenangkan kekasinhnya.

“Kakek sudah menyiapkan wanita yang layak untuk bersanding dengan kamu, Al.”

“Dengarkan aku, Yank!” Alga membingkai wajah Hana dengan kedua tangannya. “Aku hanya mencintai kamu dan hanya kamu yang akan jadi istri aku,” ucap Alga mantab tanpa ragu sedikit pun.

“Al, kalau memang takdir terbaik untuk kita adalah berpisah, aku akan belajar untuk ikhlas. Cinta tak harus memiliki, bukan?”

“Tapi cinta akan indah jika kita saling memiliki sampai ke syurga-Nya, Han.”

"Harapanku juga begitu, tapi kalau takdirnya berbeda, kita bisa apa? Mau maksa Tuhan untuk mempersatukan kita? Tuhan tidak kehabisan cara untuk memisahkan mereka yang tidak berjodoh dan Tuhan juga tidak kehabisan cara untuk menyatukan mereka yang berjodoh. Seberapa kuat usaha kita untuk bersama, jika jodoh kamu adalah Sukma, maka kita tetap tidak akan bersama. Mungkin memang ini jalan takdir di antara kita. Jadi belajar menerimanya ya!" Sungguh sesak dada Hana mengatakan hal itu, kata yang selama ini tak pernah ia inginkan keluar dari mulutnya. Pada akhirnya Hana harus merelakan hubungan yang sudah berjalan hampir 3 tahun itu. Inilah part paling menyakitkan suatu hubungan, yaitu perpisahan.

“Sampai kapan pun aku gak mau berpisah dengan kamu, Han. Apa kita nikah lari aja?" ajak Alga kemudian.

Hana menggeleng. "Itu bukan slusi, yang ada hanya memperkeruh suasana. Belum lagi kondisi kakek, kalau kenapa kenapa dengan beliau gimana?"

"Aku gak peduli, yang penting gak ada yang memisahkan kita dan kita bisa menikah dan hidup bersama selamanya."

"Jangan seperti ini! Aku gak mau karena cinta kamu jadi anak yang durhaka. Apalagi sampai membuat kamu menyesal seumur hidup karena telah mengambil keputusan gegabah yang pada akhirnya akan mengancam nyawa kakek." Jangan tanya bagaimana hati Hana ketika berkata bijak demikian pada Alga, rasanya seperti ditusuk ribuan sembilu, sungguh luka tak berdarah.

"Aku tidak bisa, Han. Setelah apa yang telah ku perbuat di malam itu, aku gak mungkin meninggalkan kamu begitu saja. Aku sudah merusak kamu dan aku nikahnya dengan orang lain? Tidak, itu jelas tidak mungkin." Alga terus menggenggam tangan mungil milik Hana.

"Yang harus kamu pikirkan sekarang adalah kondisi kakek, bukan aku. Aku pasti baik baik saja, percaya sama aku ya!" Hana membalik tangannya hingga posisinya kini tangan Hana yang memegang erat tangan Alga.

"Jika tidak bersamamu, aku juga tidak mau dengan yang lain, Han.”

“Al, kita gak ada yang tahu kematian itu datangnya kapan. Kamu gak ingin mengecewakan kakek, ‘kan? Mungkin dengan kamu mengiyakan keinginan beliau untuk menikahi Sukma, itu akan jadi hadiah terindah di sisa akhir hidup beliau.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status