*Happy Reading*Tubuh Nissa masih bergetar hebat paska insiden kotak tadi. Dia benar-benar syok setelah melihat isi kotak yang membuat tubuhnya seketika meremang dengan wajah pucat pasi dan dada yang seakan ingin meloncat keluar dari tempatnya."Minum dulu, Mbak."Tangan Nissa bergetar menerima sebuah cangkir yang di tawarkan salah satu karyawannya, selain Isti. Meminum isinya dengan perlahan guna menenangkan hatinya sedikit. Sungguh, Nissa masih sangat takut dan terbayang isi kotak yang tidak lain adalah bangkai tikus. Bangkai itu masih berdarah-darah dengan bagian kepalanya yang terpisah. Bisa bayangkan bagaimana mualnya Nissa melihat hal itu, kan?"Terima kasih," ucap Nissa lemah. Mengembalikan cangkir tadi pada si karyawan yang bernama Anggit. Matanya tak sengaja melihat Isti yang masih di sidang karyawan lain.Pekikan keduanya yang lumayan kencang tadi tentu mengundang rasa penasaran semua orang, termasuk para pelanggan yang sedang berbelanja. Dan akhirnya mereka pun ikut terkeju
*Happy Reading*"Niss, gimana tangan lo?"Nissa melipat bibirnya. Dalam hati merutuki kecerobohannya yang lain. Yaitu mewanti-wanti Jepri atau karyawan lainnya memberitahu Naira tentang apa yang tengah terjadi di sini.Ya, Nissa tahu Distro itu milik Naira. Sebagai owner tentu Naira berhak tahu. Hanya saja, saat ini kan distro tersebut sedang diamanahkan padanya. Nissa berharap bisa menjaga kepercayaan Naira itu dengan menyelesaikan semua masalah sendiri, sekuat yang dia bisa. Nanti jika sudah tak kuat, baru Nissa akan minta tolong. Bagaimana pun, Nissa tak ingin selamanya terus berada dalam bayangan orang-orang hebat yang ada di sekitarnya. Raid, Naira, Navisha, Karina, Frans, dan banyak lagi lainnya. Sungguh, Nissa merasakan beban sendiri berada di tengah mereka semua. "Assalamualaikum dulu, bisa kali, Nai?" seloroh Nissa. Sengaja, berharap bisa mengurai sedikit ketegangan Naira di sana. "Ya Ampun, Niss. Udah begini masih aja lo bisa tenang begitu? Tangan lo gimana? Gue mau tahu.
*Happy Reading*Akibat luka pada tangannya, aktifitas Nissa jadi terbatas. Dia tidak bisa seleluasa dulu dalam melakukan berbagai hal. Jangankan untuk urusan besar, kadang urusan kecil pun Nissa membutuhkan bantuan. Alhasil, sekarang apa-apa dia harus di temani. Membuat laporan, menemui klien, dan beberapa hal lainnya, Nissa sudah tidak bisa lagi melakukannya seorang diri. Bayangkan bagaimana jenuhnya Nissa. Dia yang biasa aktif ke sana ke mari, melakukan berbagai hal sendiri dan mengisi waktu dengan kesibukan. Sekarang harus menunggu seseorang punya waktu menemaninya. Ah, betapa tidak enaknya sakit itu. "Nissa?" Langkah Nissa yang baru saja keluar dari sebuah ruangan di sebuah restaurant, paska menemui seorang selebgram demi menjalin kerja sama, sontak terhenti kala namanya di panggil seseorang. Kepalanya pun menoleh begitu saja pada sumber suara. "Hai! Kamu di sini juga? Ketemu klien atau sedang ingin makan malam?" tanya orang itu lagi setelah mendapat atensi Nissa. Diam-diam N
*Happy Reading*Nissa mungkin tipe orang yang gampang menaruh kepercayaan pada orang dalam beberapa hal. Namun, jelas tidak untuk urusan asmara dan tindak kriminal. Khusus hal terakhir, pengalaman Nissa trauma. Jika menemukan hal ganjil sedikit saja, Nissa sudah tidak bisa berpikiran positif sedikit saja. Dia akan langsung parno begitu saja. Seperti saat ini. Ketika ia menemukan beberapa senjata tajam, yang sepertinya di sembunyikan di bawah jok agak pojok hingga kursi belakang. Sontak saja Nissa pun melotot horor di sertai degup jantung seolah hendak meloncat dari tempatnya. Sejak kapan mobilnya menyimpan barang begini? Ini pasti ada yang tidak beres!"Astagfirullah!" Nissa seketika menegakan tubuhnya. Bulir keringat dingin mulai hadir membasahi diri. Dengan tatapan liar melirik kanan kiri, tangan Nissa mulai saling meremas ketakutan. Ia lalu melirik ke arah Jepri yang masih pura-pura mengecek kondisi ban. Sambil menelepon seseorang dan melirik jam tangannya beberapa kali. Jika N
*Happy Reading*"Gue ngomong sama lo, bangsat!"Merasa diabaikan, Jepri pun tiba-tiba melayangkan sebuah pukulan pada si pengendara. Namun, bisa ditangkap dengan apik sekali. Bahkan, si pengendara tadi langsung memberi balasan berupa tonjokan pada bagian dada Jepri, yang langsung membuat pria itu terhuyung ke belakang."Kurang ajar!" Jepri meraung tak terima. Merasa di permalukan oleh orang asing yang dianggap sebagai pahlawan kesiangan.Teman-teman Jepri pun tak tinggal diam Melihat Jepri di permalukan, mereka gegas bergerak mendekati si pengendara untuk menghajarnya. Si penyelamat yang masih belum Nissa tahu pasti siapa, turun dari motornya dengan gagah. Menyambut serangan Jepri cs dengan senang hati. Perkelahian pun tak dapat di elakan lagi. Nissa tak dapat melihat jelas perkelahian itu sebenarnya. Hanya suara saja yang terdengar jelas oleh rungu. Pandangannya terhalang oleh keberadaan motor yang memang melintang di hadapannya. Nissa masih ketakutan sebenarnya, tapi juga kepo. Al
*Hayo, jam berapa kalian baca bab ini ....*Hahahahah ....Tawa Raid pecah saat melihat tanggapan Nissa mendengar ucapannya. Menoleh cepat dengan mata melotot horor. Namun, di mata Raid malah menggemaskan. "Aku cuma bercanda, Nissa. Tidak usah marah begitu," ucapnya kemudian. Tanpa sadar Nissa langsung memberengut sambil mendengkus kasar. "Gak lucu," cebiknya. "Tapi wajahmu lucu.""Dih!" Nissa membuang wajah. Pura-pura marah padahal aslinya blushing parah. Sialan! Kenapa hatinya selalu murahan sih kalau dekat dengan Raid? Nggak asik, ah! Kenapa pula Raid bersikap semanis ini? Seolah tak pernah ada kejadian pahit antara mereka. "Sudah jangan marah lagi. Tidurlah! Kamu pasti lelah, kan, seharian ini melarikan diri. Eh, malah sudah dari tujuh bulan lalu, ya? Nggak capek, Nis."Itu sindiran. Nissa sadar betul. Entah apa maksudnya Raid membahas ini. Apa mungkin pria ini sudah tahu perihal kesepakatan Nissa dan Anjani. "Aku nggak melarikan diri, kok," bantah Nissa. "Oh, ya? Kalau beg
*Selamat berbuka .... Eh, udah lewat, ya? Yuk, kasih tau Amih jam berapa kalian baca bab ini?*"Ap--""Ssttt!"Baru saja Nissa ingin berseru kaget macam dalam sinetron. Raid sudah menyelanya dengan desisan tajam, kode untuk tak membuat kegaduhan. Nissa pun langsung cemberut di tempat."Masuk, Niss!" "Tapi--""Patuh!"Nissa kembali mencebik kesal, sebelum akhirnya menurut dan masuk kembali ke dalam mobil. Apa, sih? Katanya sayang tapi kok memperlakukan Nissa kayak bawahan aja. Kalau nyuruh tegas banget!"Mana kunci kosanmu?"Lagi, Nissa menyerahkan apa yang Raid minta tanpa komentar. "Tunggu di sini, okeh! Kunci pintunya dan jangan keluar apa pun yang terjadi.""Hm ...." Nissa menjawab hanya dengan gumaman saja. Kan, ceritanya lagi ngambek. "Ini baru gadisku!" Raid memuji sambil mengusap sayang kepala Nissa.Blush! Ah, sialan! Kalau begini caranya, mana bisa Nissa ngambek lama. Raid nyebelin! Suka banget bikin jantungnya jedag-jedug nggak karuan. "Hati-hati, Bang.""Iya, Sayang!"A
*Happy Reading*Sesuai kesepakatan bersama para penghuni kosan yang merasa jadi korban ulah mesum si anak pemilik. Akhirnya pelaku pun dilaporkan ke polisi. Tentu saja kejadian ini sangat meresahkan mereka. Apalagi kosan tersebut sebenarnya memang khusus kosan putri. Jadi, bisa bayangkan kan, gimana kecewanya mereka?Bunyi sirine mobil polisi yang menggaung di tengah malah, alhasil menimbulkan geger untuk sekitar. Termasuk orang tua si pelaku, alias pemilik kosan yang Nissa tempati selama tujuh bulan ini. Sebagai orang tua, tentu saja sang ibu sempat keberatan anaknya digelandang polisi tanpa aba-aba begitu. Meski sudah di jelaskan duduk perkara pun, wanita paruh baya itu tetap mencoba membela. "Cctv itu memang salah satu fasilitas kosan ini, Pak. Kami sengaja memasangnya untuk menghindari adanya tindak kriminal seperti pencurian atau semacamnya. Itu hal wajar, kan?" bela wanita itu, yang bernama Mak Ijah. Sambil memegangi anaknya dan menghalangi para polisi membawa sang putra pergi