jangan lupa tinggalkan like dan komentar ya. selamat menanti lebaran
Bab 43A SentuhanNetra Refan tidak lepas dari memandang lurus sebuah gerbang pagar di depan bangunan itu. Sampai suatu mobil mewah masuk dan terpakir di depannya. Ia jelas melihat siapa yang keluar dari mobil itu. Kedua tangan Refan mencengkeram erat stir mobilnya. "Ternyata penjahat itu dia." Rasa geram Refan membuatnya tidak mampu berpikir dingin. Emosi mengalahkan logika. Melajukan kembali mobil dan memarkirkan di sekitar pelataran gedung, Refan mengabaikan pesan polisi untuk tidak gegabah. Kenyataan, Refan sudah tidak sabar ingin menghajar objek yang diawasi. "Kurang ajar, ternyata kecurigaanku benar. Pak Raihan serigala berbulu domba. Apa motifnya melakukan ini semua? Aku harus mencari tahu. Apa abang di sini sendiri? Atau dia ke sini karena ingin menyelamatakan dua wanita itu. Apa ada penjahat lain lagi? Aarghh!" Refan menjambak rambutnya frustasi. Gegas ia mengekori kolega bisnis abangnya itu sampai ke lantai gedung bertingkat yang dituju. Refan melihat nomor yng tertera di
Bab 43B Sentuhan"Apa-apaan kamu, Fan? Kenapa kamu bisa sampai sini?" tanya tegas Zein. "Jangan turuti pinta lelaki brengs*k dan penipu itu, Bang! Dimana Syila dan Sania?! Kalian sengaja memeras kami, bukan? Lepaskan mereka!" Tawa Raihan meledak seketika. Tangannya memberi kode agar anak buahnya menurunkan senjata mereka saat mengetahui Refan tiba-tiba menyusup ke dalam ruangan. "Ternyata kailnya sudah tepat sasaran. Sania memang wanita cantik dan pintar. Kalian mau tahu siapa yang menculik wanita polos itu? Bawa dia bertemu wanitanya!" "Siap, Bos." "Tunggu! Jangan sakiti dia! Saya akan tanda tangani berkas ini. Lepaskan mereka!" "Itu perkara mudah Pak Zein. Biarkan mereka saling bertemu dulu. Tadinya saya pikir Anda suaminya, tetapi justru melempar tanggung jawab pada saudara kembar Anda, kan? Menarik, jadi ada cinta segitiga di sini. Ah, bukan, tetapi cinta segi empat. Saya lupa kalau Sania istri Anda, justru terobsesi dengan adik iparnya." "Dasar manusia licik. Siapa kamu seb
Bab 44A Maaf"Aku ingin kamu menyentuhku seperti dulu, di depan wanita itu.""Jangan lakukan, Fan!" teriak Syila. Namun Refan tidak menggubrisnya."Diam Syila! Lu nggak berhak mengatur gue." Tatapan tajam Refan ke arah manik mata Syila membuat tatapan wanita itu meredup disusul air mata yang berjatuhan."Kamu takut sama istrimu, Fan?" tantang Sania."Kenapa harus takut? Dia mencintai abang, sudah saatnya aku memilih wanita lain, bukan?" Sudut bibir Refan terangkat ke atas sambil melirik sinis Syila yang sudah tergugu."Kumohon, Fan. Jangan lakukan!" lirih Syila. Hatinya seolah dihancurkan berkeping saat itu juga, melihat Refan mulai menyentuh wajah Sania. Merapatkan jarak hingga kening keduanya saling menempel. Syila merasakan hatinya kian memanas saat Refan mulai menikmati perannya, entah pura-pura atau sengaja ingin membuatnya sakit hati.Sania bersorak penuh kemenangan saat Refan pun menikmati sentuhannya. Ia tampil dengan busana seksinya setelah outernya terlepas."Hentikan, Fan!"
Bab 44B Maaf"Aku nggak rela, Fan. Aku mencintaimu. Sungguh, aku mencintaimu. Maafkan aku yang berbohong padamu." Refan mengulas senyum lalu mengurai pelukan sang istri. Dikecupnya lagi kening Syila dan bibirnya sekilas."Sudah, jangan buang-buang waktu. Ayo pergi dari sini dan selamatkan abang!""Gimana caranya?" tanya Syila pelan."Tunggu di sini! Sembunyilah di belakangku."Refan membuka pintu membuat dua penjaga terkesiap dan dengan sigap menodongkan senjata.Refan pun mengangkat kedua tangannya."Ada apa?!" tanya salah satu penjaga dengan muka garang."Itu bosmu tak berdaya di kamar. Sudah hamil besar masih terobsesi ingin ehem ehem." Ucapan Refan membuat dua pria kekar itu saling pandang dan mengernyitkan dahi. "Lalu bos harus kami apakan?" tanya salah satunya dengan wajah bingung sekaligus malu."Kasih minum atau apa biar nggak lemas," tegas Refan langsung diiyakan pria tadi. Setelah mengambil sebotol air mineral, dua pria itu saling bernegosiasi siapa yang harus masuk."Apa bo
Bab 45A Jangan pergi"Kalau aku tidak bisa memilikimu, wanita itu juga tidak berhak. Aku harus menyingkirkannya darimu, Fan." Begitu pelatuk ditarik, Zein memaksa berdiri dari kursi rodanya lalu menghamburlan diri memeluk Syila. "Abang!" "Awas, Bos! Dorr, dorr. Suara pekikan bersautan dengan bunyi pistol yang ditembakkan oleh Sania ke arah Syila. Namun, target yang dituju ternyata salah. Sania mengerang karena geram Syila justru diselamatkan. "Mas Zein! Mas! Bertahanlah!" teriak Syila ketakutan. Posisi Zein memeluk Syila dan keduanya terguling ke lantai. "Mas, kamu nggak apa-apa?" tanya Syila kaget mendapati Zein bergerak seperti orang sehat. "Aku nggak apa-apa, Syil." "Mas, Mas Refan! Bangun Mas!" Syila mendadak kaku. Kepalanya seolah dibenturkan ke tembok saat mendengar suara nama Refan disebut oleh Alex. "Refan?!"Zein dan Syila menoleh bersamaan ke arah Refan yang tergeletak di lantai dengan kedua tangan memegang dada dan perutnya. "Refan!" teriak Syila histeris bergant
Bab 45B Jangan pergi"Sabar, Mi. Mari kita berdoa untuk keselamatan Refan dan juga kesehatan Zein. Kedua anak kita sedang mendapat penanganan yang tepat. Kita wajib berihtiar dan berdoa. Jangan lupa pasrahkan sama Allah yang Maha Kuasa." "Umi merasa gagal jadi ibu, Bi. Kasih sayang Umi ternyata berat sebelah," sesal Hira. "Tidak, Sayang. Umi sudah menyayangi mereka dengan baik. Saatnya kita melangitkan doa untuk mereka." Hira mengangguk lemah. Mereka semua menanti dengan was-was hasil operasi Refan. Sementara itu, Zein sedang mendapatkan perawatan medis pasca operasi karena kecelakaan. Orang tuanya baru tahu kalau Zein keluar dari rumah sakit karena APS. Ilyas tidak menyangka musuh di dunia bisnisnya dahulu ternyata menyimpan dendam hingga saat ini. Robert yang sudah dipenjara berencana membalaskan dendam melalui putranya. Raihan yang datang tiba-tiba menawarkan kerja sama bisnis sempat mengundang curiga. Namun, kecurigaan itu terpatahkan mengingat musuhnya dulu sudah dipenjara. Sia
Bab 46A Cerita KitaTiga hari sebelumnya. "Syila! Syila bangun, Sayang!" "Refan! Refan pergi, Mi." Syila tergugu di pelukan Hira. Ia baru sadar dari pingsannya. Dalam mimpinya, Syila bersimpuh di pusara sang suami. Ia meratapi kepergian suami untuk selamanya. "Refan masih menunggu melewati masa kritis. Dokter masih memantaunya. Kita doakan untuk keselamatannya, ya." "Benarkah, Mi? Syila nggak tahu harus apa kalau sampai Refan pergi ninggalin kami," ucap Syila sembari mengusap perutnya. "Semoga Allah memberi yang terbaik buat Refan, Sayang." Syila mengamini doa Hira. "Mi, Syila mau bertemu Refan." Hira mengiyakan, lalu mengambul kursi roda untuk Syila. Hira mendorong Syila yang sudah duduk di kursi roda menuju ruang rawat Refan. Tak lama kemudian dari balik kaca, Syila bisa melihat banyak alat medis yang menempel di tubuh Refan. Seketika hatinya dilanda ngilu. Menarik napas panjang, Syila berusaha menguatkan hatinya yang perih. "Umi merasa bersalah, Syila. Selama ini umi selalu
Bab 46B Cerita Kita"Saya bayar separo dulu ya, Mas." "Separonya saya yang bayar, Bang. Kamarnya ada dua, kan? Nggak masalah."Mata Syila terbelalak. Bisa-bisanya Refan menyerobot semaunya..... "Hai, Syila! Pesan makan malam buat gue sekalian bisa, nggak?!" teriak Refan. "Oke, soto dan jahe panas." Refan menelan ludah sambil meremas perut yang mulai keroncongan." "Soto dan jahe, 500 ribu," ucap Syila dengan senyum tersungging. "Busyet, lu mau malak gue?" ujar Refan dengan mata melotot dan dua kaki naik ke kursi. "Mau, enggak? Nggak juga nggak apa, aku yang habisin." "Gila nih cewek, perut apa karet?" "Ada tambahan juga denda 200ribu." "What?!" "Ingat, nggak ada yang gratis, Bang. Udah dibilang jangan sampai kita berdua di tempat yang sama, atau Abang kena denda." "Astaga, katanya soto?" "Iya, itu, Bang. Cicipin dulu kalau nggak percaya!" "Ini mie rasa soto, gue hafal rasanya." Syila terkekeh pelan sesaat setelah terbangun dari lamunannya. Kedua tangan menggenggam erat t