Mungkin begitulah sifat orang yang tidak terlalu memikirkan dosa dan hanya mengejar kemewahan dunia serta bersenang-senang. Mungkin merasa karena belum ada yang mengetahui perbuatan bejat mereka, jadi mereka seolah berada di atas angin dan bebas berbuat apa saja. Tentang lelaki yang kini bersama Mona itu, aku yakin dia punya istri dan anak-anak yang menunggunya di rumah. Juga tentang si jalang Mona, tidak bisakah ia hanya menjalin hubungan dengan seorang pria saja, harusnya ia lakukan ini tanpa harga diri. Ah, Jika sudah memutuskan jadi penggoda suami orang, kurasa wanita itu sudah putus urat malu dan taubatnya. Tapi, aku tinggal betul tentang percakapannya semalam dengan om Rasyid, dia bilang dia sangat mencintai Mas Alvin dan tidak ada satu penghalang pun yang akan memisahkan hubungan mereka. Katanya dia mau menikah dengan suamiku, tapi, apa kenyataannya. Manis di bibirnya tidak sesuai dengan realitas. Kini dia terlihat mesra dengan om om."Sayang, ke kamar yuk," ucap pria yang
"Aku tidak menyangka bahwa kaulah yang telah mengirimkan semua pesan-pesan itu, aku pikir kau mendapatkannya dari informasi orang lain.""Apa bedanya, faktanya, Mona yang kau banggakan, tak rela kau lepaskan adalah pelacur yang mengobral dirinya," jawabku."Hei, jangan mencela diriku, kau pikir kau suci? Membuntuti orang apakah perbuatan yang baik?""Aku tidak membuntutimu secara kebetulan aku berada di sini dan melihat kau dengan pria tua itu, apa salahnya jika, aku istri yang penuh kepedulian pada suamiku memberi tahu apa yang sebenarnya, memangnya itu dosa?" ujarku sambil tertawa sinis."Sebaiknya saya pergi," ucap pria tambun yang sudah berpakaian dan meraih jasnya. Dia mungkin merasa gerah serta sudah tak tahan berada di situasi pertengkaran yang panas."Mas... tunggu!" Mona mencoba menahan pria itu dengan memegang lengannya dan memelas dengan wajah sedih."Saya tidak menyangka, ya, kamu murahan juga. Saya pikir kamu hanya setia untuk saya, rupanya, kau wanita rubah," desis pr
Di mobil yang dikendarai oleh Mas ALvin kami duduk bersisian dalam posisi diam saja, rasanya tidak ada seorangpun yang mau mengurai kebisuan dengan untaian aksara atau ucapan kata maaf atas kesilapan yang terjadi. Telah terjadi pertengkaran saling memukul dan aksi membuka topeng kekasihnya yang sebenarnya namun pria itu masih setia membisu.Ingin kumulai percakapan tapi tidak tahu harus memulai percakapan apa, saling menyinggung juga bukan solusi yang baik tapi jika tidak diungkapkan maka rasa sakit itu menggumpal menjadi dendam dan kebencian sepanjang masa."Jadi, Bagaimana perasaanmu mendapati wanita yang selama ini kau cintai ternyata menghianati cintamu. Dia bermain dengan perasaan dan kesetiaan yang kau miliki hanya untuknya.""Aku tidak punya komentar," desah suamiku dengan matanya nyalang seakan-akan pikirannya sedang tertuju pada satu tempat dan dia sangat fokus sekali.,"Orang yang kau anggap sebagai calon istri masa depan ternyata adalah pelacur murahan?""Cukup, jangan teru
BughIa meninju setir mobil sambil merutuk marah dan mengomel, aku yang tidak peduli segera menyalakan musik dan mengencangkan volumenya, melihatku yang santai sambil menikmati perjalanan, suami makin kesal dan marah saja.Sesampainya di rumah, ia parkirkan mobil dengan kasar cintanya harus membuat kendaraan itu membentur tembok garasi. Aku terkesiap tapi tidak mau mengatakan apapun karena aku yakin itu akan memperkeruh suasana dan memperbesar pertengkaran kami."Ayo turun," ucapnya dengan kesal."Iya, iya, tapi nggak sekasar itu juga kali," gumamku sambil membuka pintu mobil.Beriringan kami masuk ke ruang tamu, dia terlihat memperhatikan ponsel, sementara aku melepas sepatu dan melenggang ke ruang tengah."Keterlaluan sekali, kau memindahkan semua uang, tak bersisa sedikitpun selain dua ratus ribu," ujarnya sambil melotot padaku."Dua ratus, cukup untuk isi bensin dan makan kau besok hari, memangnya siapa yang akan kau traktir hingga sampai membutuhkan uang banyak!""Astaga keterla
Pukul 05.00 pagi tidurku yang sedang lelap-lelapnya tiba-tiba dikejutkan oleh suara telepon rumah yang berdering di dekat tempat tidurku.Kupikir siapa yang akan menelpon di pagi-pagi seperti ini kecuali keadaannya memang sangat darurat."Halo.""Ibu, Nyonya mendadak kumat darah tinggi dan langsung dilarikan ke UGD.""Hah? Kenapa?""Entahlah, sejak kematian bapak dan yang sering menyendiri dan menangis. Saya rasa beliau stress," jawab asisten rumah tangga ibu mertua."Ya Tuhan, aku turut prihatin, kalau begitu, aku dan Mas ALvin akan segera berangkat ke rumah sakit.""Segera ya Bu.""Iya."Kuraba kenyang suamiku yang ternyata masih panas saja seperti malam tadi, ada di lemari dalam diriku haruskah aku membangunkan dia untuk ikut denganku atau tidak."Mas, ibumu sakit, kita harus ke rumah sakit.""Tidak bisa Sayang, aku semalam muntah muntah dan lelah, kau saja yang pergi.""Baiklah kalau begitu."Dengan gerak dan langkah yang paling cepat aku segera turun ke dapur untuk memasakkan bub
"Kudengar kau mengancam ibu di rumah sakit," ucap suamiku, ketika ia baru saja kembali dari menjenguk ibunya sementara aku sedang duduk di depan TV menikmati tayangan."Mengancam seperti apa ada beberapa konteks dan batasan sehingga kalimat dan ucapan disebut mengancam, memangnya ibumu bilang apa?""Entahlah, yang jelas dia bilang kau mengancamnya.""Aku tidak yakin bahwa ibumu yang tangguh akan takut dengan diriku, Bukankah aku hanya menantu lemah di matanya?""Tolong berdamailah dengan ibu bagaimanapun Dia adalah wanita yang melahirkanku ke dunia ini dan aku harus menghormatinya aku tidak pernah bisa mengedepankan salah satu di antara kalian, karena sama-sama pentingnya, dia Ibuku, sementara kamu adalah ibu dari anak-anakku, aku tidak bisa jika diminta untuk memilih.""Aku selalu bersikap baik dan berusaha damai dengan ibu namun ada beberapa kali kadang kala sifat ibu membuatku kecewa, contohnya, saat dia mendukung hubunganmu dengan Monalisa!" Aku sengaja mengejek nama kekasihnya se
Tahukah apa yang sedang terjadi pada suamiku saat ini? Iya, dia sangat frustasi berada di rumah, atau walau dia di luar, dia masih dalam pengawasanku. Kutinggalkan airpods serta pelacak GPS mini dibalik jok mobilnya sehingga jika ia pergi ke tempat yang Janggal, tempat yang tidak ada relevansinya dengan pekerjaaan, aku akan langsung menelpon dan mengingatkan dia.Pun ibunya, yang masih terbaring di rumah sakit, wanita angkuh itu sulit bergerak dan sepertinya mengalami stroke ringan. Tapi seringan ringannya stroke, tetap aja, dia tidak bisa bergerak tanpa bantuan dariku. Setiap kali aku mengunjungi, memandikan, memakaikan pakaian, di setiap kali itu juga aku selalu mengingatkan betapa congkaknya ibu mertua saat ia masih sehat. Ia selalu mengintimidasi aku, bahkan, sebelum Mas ALvin punya pacar dan menjalin hubungan dengan wanita, ibu mertua sering sekali mengintimidasi diri ini karena keadaanku yang tidak sekaya dan sehebat kehidupan keluarganya. "Ibu ingatkah ibu akan tingkah laku Ib
Ada pemandangan yang benar-benar membuatku sangat terkejut malam ini, tidak lain dan tidak bukan tiba-tiba aku menemukan Mas ALvin sedang bersimpuh di atas sajadah di mushola kecil rumah kami.Oh Tuhan.Entah angin apa yang berhembus dan mimpi apa dia semalam hingga tiba-tiba suamiku mengenakan baju koko berwarna putih lalu memakai sarung hitam dan pergi salat dengan khusyuk.Melihatnya seperti itu aku jadi merinding dan hanya bisa menelan ludah berharap bahwa dia sudah menemukan kesadaran dan terbuka pintu hatinya untuk tidak lagi mengulang kesalahan. Tapi di sisi lain ada beberapa orang yang tetap melaksanakan ketaatan sambil melakukan kemaksiatan, entahlah, aku harus menyingkirkan pikiran itu."Semoga ketika suamiku sudah mendapatkan hidayah agar dia bisa Istiqomah selama-lamanya," begitu gumamku.*Saat ia melipat sejadah, bertepatan dengan membalikkan badan, dan bersitatap denganku yang sedang makan kuaci di meja makan. Melihatku tersenyum pria itu nampak menghela napas.Sepertin