Dua hari suamiku merajuk, akibat perkataan perkataan yang terucap di meja makan tempo hari. Dua hari pula dia tidak mengajak berbicara dan tidak makan di rumah kami. Entah pesan di restoran atau mungkin pulang ke rumah orang tuanya Aku tidak tahu tapi yang pasti Mas ALvin hanya pulang ke rumah untuk ganti baju lalu tidur."Apa kau akan terus merajuk begini?""Aku sudah putus denga Mona," jawabnya dingin, tanpa menatapku."Oh, ya? Sayang sekali, padahal, aku baru membelikan ini untuknya," ujarku sambil memperlihatkan sebentuk cincin bermata berlian kepadanya."Apa maksudmu?"pria itu mengernyit heran padaku dengan aksen yang sangat serius."Kupikir dua hari ini kau benar-benar murka dan memutuskan membekukan hubungan kita. Jadi, daripada kita berdua cerai dan keluarga kita jika ikut tercerai berai padahal sudah saling menyayangi, lebih baik aku mengalah.""Apa maksudmu Indira, jangan kau ejek aku lagi!""Menikah saja dengan gundikmu!""Kau pikir setelah aku menikahinya kami akan bahagia
"Baiklah aku akan mengikuti semua keinginanmu, akan ku turuti apapun yang jadi aturanmu asal kau bisa merawat ibu dengan baik." Mungkin sudah bosan dan tidak punya pilihan lain dia akhirnya naik ke kamar dan menemuiku yang sudah berbaring dengan cahaya temaram di lampu tidur."Dengar ya, aku ini bukan kekasih bayaran. Aku adalah istrimu dan anggota keluarga kalian jadi perlakukan aku dengan keistimewaan itu!""Baiklah!""Bisa telepon Mona sekarang dan akhiri semuanya?""Tentu.""Kau tidak keberatan?""Tidak.""Tidak akan merasa kehilangan?""Ada kamu.""Baiklah, ambil ponsel dan telpon dia," jawabku santai.Dengan langkah gontai pria itu meraih ponsel dari atas meja rias. Dia hubungi sebuah nomor lalu mengatakan halo."Speaker!" Perintahku untuk mengeraskan suara panggilan."Halo, tumben Mas?""Aku ingin mengatakan sesuatu?""Sebaiknya kita bertemu, Mas, sudah lama kita tidak bicara, aku menunggu kabar darimu.""Mona, sebaiknya kita berpisah, aku sudah tak bisa melanjutkan hubungan
Rupanya jalang itu tak menyerah, sungguh mengangetkan sekali mendapati dia berada di rumah ibu mertua bertepatan dengan kehadiranku. Kami saling bertemu dengan mobil masing masing dan berlomba ke pelataran teras dengan jalan cepat. "Apa yang kau lakukan di sini?""Menemui calon mertua," jawabnya dengan tawa santai."Oh ya, gak salah? Setahuku ibu mertua hanya punya anak laki-laki suamiku," jawabku."Satu lelaki, dua perempuan, apa yang salah.""Oh, jadi, kau ingin terlibat poligami? Sayangnya hubungan kalian baru saja berakhir.""Minggirlah, aku sudah membuat janji bertemu dengan Ibu Martha," jawabnya sambil meminggirkan bahuku dari hadapannya."Aku tidak akan membiarkanmu karena ini waktu istirahat dan aku harus mengurusnya.""Minggirlah, aku juga mengurusnya, bahkan lebih baik dan lebih tulus darimu," jawabnya.Terjadi aksi saling tahan dan saling dorong di depan pintu. Dia menarik bajuku sementara aku menahan dada dan bahunya yang memaksakan diri untuk masuk ke kediaman ibu mert
"Mengapa kau sebut aku gila di depan semua orang?""Karena kenyataannya memang begitu!""Heh." Wanita itu berdecut dan tertawa sinis. Dia ketawai dirinya sendiri dan juga diriku dengan kencang."Ada apa?""Lihatlah sekarang, Bukankah Ini adalah pemandangan yang aneh tiba-tiba seorang Istri bisa membawa kekasih suaminya ke klinik untuk memeriksa kehamilan. Sungguh ini momen yang pantas untuk dibagikan.""Bagikan saja olehmu, aku tidak tertarik," jawabku."Kita harus berfoto...""Hentikan kegilaanmu dan pergilah masuk ke dalam ruang cek kita harus mengetahui hasilnya.""Hasil tesnya tidak akan keluar malam ini juga," bisiknya dengan tawa yang penuh misteri dan kejahatan. Wajah wanita itu diliputi aura gelap dan penuh kedengkian di dalam dirinya."Kapanpun hasil tesnya keluar aku akan menjaga dan mengawalnya. Jadi aku akan menunggu di sini."Hahah Wanita itu kembali tertawa dan menepuk tangannya."Jadi ini adalah usaha terbaikmu untuk melindungi kekasih suamimu?""Aku lebih pada ingin
Bukannya terlalu banyak memberi hati atau mengalah, aku hanya menjadikan diriku manusia di saat aku memang harus bersikap selayak itu.Kutemani Mona sampai ia selesai dengan rangkaian tes, setelah semuanya kelar, aku mengajak dia keluar dan kembali ke mobil. Wanita bertubuh sedang dan sedikit mengalami perubahan bagian dada karena hamil itu terlihat menunduk dan diam saja."Kenapa diam?""Aku hanya ingin segera pulang.""Pulang? Adakah tempat pulang bagi orang yang membagikan hati dan tubuhnya ke banyak tempat?"Wanita itu terkejut dan memandangku dengan kaget lalu ada sedikit mimik wajahnya menunjukkan bahwa ia tak suka. "Bukan inginku untuk begini, aku memang tidur dengan banyak pria, tapi hatiku hanya untuk mas Alvin."Bagus, ia mengatakan lagi hal itu di hadapanku, sungguh berani dan tanpa kekhawatiran sekali. "Aku terkejut, seseorang yang sangat mengembuskan permusuhan denganku, kini semobil dan bahkan akan kuantar pulang," ujarku dengan tawa getir."Aku juga terkejut, kukira k
Bersamaan dengan semakin merangkaknya malam, mobilku meluncur membelah jalanan kota yang mulai sepi dan lengang, hanya ada beberapa mobil dan petugas kepolisian yang berjaga untuk antisipasi ketertiban lalu lintas kota.Tokoh-tokoh dan kantor terlihat sudah tutup, hanya ada security yang masih setia duduk menjaga pintu masuk ke dalam keadaan terkantuk-kantuk. Melihat demikian aku sadar, bahwa bukan aku satu-satunya yang masih berkeliaran dan tidak berada di rumahnya. Di jam seperti ini harusnya seorang Istri berada di rumah memeluk anak-anak atau mendampingi suaminya. Sayangnya, ada beberapa urusan yang menyibukkan hati dan menyita pikiran."Kenapa kau diam saja?"tanya pria yang hatinya sudah tidak punya perasaan lagi, dia duduk di dekatku hanya dengan jarak beberapa senti, tapi kami terasa sangat jauh sekali seakan-akan ada dinding tinggi yang membatasi kami. Aku telah memulangkan Mona ke rumahnya lalu pergi menjemput suamiku yang ternyata ada di rumah ibunya."Belakangan ini aku ba
Tanganku masih bergetar dan mata ini masih menatap nanar dengan air mata yang menggenang. Kertas berisi laporan hasil tes tempo hari kini sudah ada di tanganku dan kugenggam dengan erat. Hasilnya mengerutkan karena, wanita itu positif hamil dan tes menunjukkan ada kemungkinan besar bahwa DNA-nya sesuai dengan DNA Mas Alvin.Sekarang aku harus bagaimana, laporan ini seakan mengubah segalanya. Jika ibu mertua tahu dan Mas ALvin juga tahu maka sesegera mungkin rumah tangga ini akan berubah. Dia akan menikahi kekasihnya lalu ibu mertua akan menyambut pengantin baru sementara aku akan nelangsa menahan luka.Aku tidak tahu apakah aku akan bertahan atau tidak, haruskah aku pergi tapi bagaimana caranya, sungguhkah aku bisa membangun kemandirianku tanpa dirinya. Meski benar aku selalu terlihat terang bulan menantang tapi sejujurnya hati ini rapuh dan ketakutan. Aku tidak takut kehilangan suami aku hanya takut dengan hari-hari ke depan yang mungkin akan berat. Ditambah aku harus menyandang stat
Kutinggalkan suamiku yang masih berlutut dan menangis di lantai, dia tersedu-sedu dengan posisi menunduk sambil mencengkeram lututnya sendiri. Aku masih bisa mengembalikan badan untuk memperhatikan dia namun dia yang masih bergeming di sana seolah terpaku tubuhnya di lantai. Ah, biarlah, aku akan ke kamar.Ku tutup pintu kamar dengan sejuta rasa yang bergejolak di hatiku, kuputar kunci agar tidak seorangpun bisa masuk dan mengganggu ketentraman diri ini. Aku terduduk di belakang pintu dan tidak terasa air mataku tumpah begitu saja. Aku tidak menyangka bahwa akhir dari cerita panjang kami akan seperti ini.Kupikir dulu, kubayangkan saat pertama kali menikah bahwa kami akan bahagia selamanya akulah Cinderella yang sudah dilamar dan akan menjadi ratu di hatinya. Nyatanya, beberapa tahun bergulir, dia menghianatiku dan jatuh kupelukan wanita lain. Lihatlah, lihatlah betapa suksesnya dia menghamili seorang wanita lalu mendapat dukungan ibundanya untuk bisa menghalalkan apa yang haram.Lal