Share

Misi Pertama; Penyelamatan

“Ini adalah tempatnya.” Dengan mengenakan earphone di telinga, Freya menghubungi lelaki yang sudah berada di belakang gedung tua. Ia pun juga baru tiba di seberang gedung itu.

Dengan mobil Alan, ia mendekati pintu masuk gedung yang sudah dijaga oleh para pria berjas hitam. Mereka tampak kaku dan berbadan kekar. Tapi itu bukan masalah. Freya tetap masuk tanpa rasa takut.

“Freya Hood… akhirnya kau datang juga.” Seorang pria agak lebih tua menyambutnya tepat di depan lobi gedung.

Saat Freya turun dari mobil, ia melihat ke seluruh penjuru gedung. Tampaknya kacamata yang ia kenakan adalah milik Alan. Di setiap sisi sudut kacamata terdapat kamera kecil yang merekam dan melihat keadaan yang dilihat oleh Freya.

“Aku akan masuk ke dalam gedung.” Setelah Freya memberitahu jumlah para mafia busuk itu, ia pun diajak masuk oleh si pria yang menyambutnya.

Di sisi belakang gedung, Alan menyelinap menggunakan rompi anti peluru dan perlengkapan bersenjata lengkap. Ia seperti pemburu yang ingin menghabisi mangsanya.

“Aku sudah masuk.” Freya berbisik kecil.

[Aku juga masuk.]

Alan merangsak melalui pintu belakang yang tampak sepi. Saat pintu dibuka sedikit saja, ia melihat ada dua orang yang berjaga. Dengan menggunakan jarum sepanjang delapan sentimeter, ia melumpuhkan kedua orang itu dengan menyerang titik saraf di lehernya. Keahlian Alan yang mampu menggunakan berbagai bidang seni bela diri sangatlah luar biasa.

Setelah itu, ia masuk ke dalam melalui tangga darurat yang tidak jauh darinya. Gedung itu memiliki akses tangga darurat, eskalator dan lift yang sudah mati. Maklum saja, gedung itu bekas sebuah pusat perbelanjaan yang begitu megah.

Dengan berjalan begitu berhati-hati, ia melumpuhkan setiap orang berjas hitam di lantai dua tanpa menarik perhatian sedikitpun. Alan terus jalan dan akhirnya melihat Freya yang ada di ujung seberang koridor lainnya. Perempuan itu sedang diarak dengan sekumpulan orang berjas hitam. Mereka naik eskalator menuju ke lantai tiga.

“Apa kau tahu bila ayahmu sangat menyebalkan!” Pria itu terus meracau tiada henti.

“Maaf, tapi aku tidak berhubungan dengan ayahku lagi sejak umur sepuluh tahun,” ungkap Freya. Ia ingin sekali meninju wajah pria yang sombong itu.

“Apa dia membuangmu?” sindir pria itu.

“Entahlah…. Lagipula, dari mana kalian tahu kalau aku adalah putri Hood?” tanya Freya.

“Selain ada nama ‘Hood’ di belakang namamu, kami mengetahuinya dari intelijen rahasia kelompok Sloth yang bekerja sama dengan kami,” ungkap pria itu.

“Sloth? Siapa itu? Aku bahkan asing dengan nama itu,” ungkap Freya.

“Sloth adalah gangster penguasa dari Midway City. Mereka adalah salah satu dari kelompok The Seven Deadly Sins; organisasi gabungan dari para gangster negeri ini yang paling ditakuti oleh organisasi gangster dunia lainnya,” jelas pria itu.

“Bagus sekali. Namanya sangat mengancam dan menakutkan. ‘Tujuh dosa paling mematikan’ atau The Seven Deadly Sins adalah penggalan dari kisah tujuh iblis yang dikutuk. Apa ‘Sloth’ menginterpretasikan salah satu iblis itu?” Freya tampak penasaran. Ia pernah sekali membaca tentang kisah legenda tujuh iblis yang menjadi model dari tujuh dosa paling mematikan pada suatu naskah film.

“Benar sekali. Ternyata kau pintar juga,” sindir pria itu.

Mereka akhirnya sampai di lantai tiga. Freya terus dibawa mengikuti gerombolan itu menuju ke ujung gedung. Di lain sisi, Alan terus bergerak dari koridor seberang tanpa menunjukkan dirinya layaknya seorang Assassin. Saat Freya sampai di ujung koridor, ia melihat asistennya tengah duduk di kursi lipat dengan keadaan kedua tangan, kaki dan mulutnya diikat.

“Rose!” Freya berteriak, namun tidak terlalu keras.

“Lepaskan dia! Kau sudah mendapatkanku, ‘kan?!” Freya menatap tajam ke arah pria itu.

“Kau pikir kami akan melepaskan dia dan menggantinya denganmu? Kenapa kami harus melakukan itu? Padahal kami bisa mengubur kalian di basemen gedung ini!” Pria itu menyeringai dengan tatapan tajam.

“Bajingan! Brengsek! Aku bersumpah akan membunuhmu!” Freya mengutuk.

Perempuan itu dicengkeram oleh para pria berjas lainnya. Meski ia memberontak, genggaman tangan mereka tidak bisa dilepaskan oleh Freya.

“Lepaskan!”

“Apa perlu kami memakaimu secara bergiliran?”

Senyuman licik pria itu membuat Freya ingin muntah. Ia meludahinya tepat di wajah.

Plak!

“Dasar perempuan gila!” Pria itu menampar wajah Freya dengan begitu keras.

“Alan! Bunuh para bajingan ini!” Perempuan itu berteriak sangat keras hingga bergema di seluruh gedung.

“Roger!”

Alan menampakkan dirinya dengan membawa dua pistol yang terpasang oleh peredam suara. Ia menembaki mereka dengan membabi-buta tanpa jeda. Dan sekali ia menembak, pelurunya bersarang tepat di dahi atau dada mereka. Inilah si jenius senjata api yang dijuluki sebagai penembak jitunya Falsehood.

Saat fokus beberapa orang yang memegangnya teralihkan, Freya segera berontak dan melepaskan diri. Granat asap yang disembunyikannya di dalam kantong ia tekan dan dilempar ke arah depan.

“Rasakan ini!” Freya menembak pria yang suka meracau tepat di dahinya.

Dan dalam keadaan asap mulai menyelimuti sekitarnya, perempuan itu terus merangsak maju untuk menolong Rose. Di lain sisi, Alan bertarung dengan beberapa orang berjas hitam yang tersisa. Dengan gerakan bela diri yang digabungkan dua pistol di kedua tangannya, ia membunuh lima orang dengan begitu cepat.

“Kalian adalah anggota geng yang kami bantai semalam, ‘kan?” Alan bertanya. Kakinya tampak menginjak dada pria itu. Dan ujung pistolnya tepat mengarah ke dahi si pria.

“Bajingan! Kau akan merasakan kemarahan kelompok Wolf Gang!” Pria itu meracau.

“Wolf Gang sudah mati. Aku… Alan Dominic; menyatakan telah membantai seluruh geng Wolf Gang.” Tidak lama kemudian, Alan menembak pria malang itu.

Saat asap yang disebabkan oleh granat mulai semakin menyebar, Freya segera mengeluarkan asistennya dari kepulan asap itu. Ia berhasil membebaskan Rose yang tampak babak belur.

“Rose, bertahanlah. Aku akan membawamu ke rumah sakit.” Freya menopang tubuh asistennya itu.

“Apa kalian baik-baik saja?” Alan menghampiri keduanya.

“Menurutmu?!” Freya tampak kesal.

Alan hanya bisa tersenyum kecil. Ia membantu Freya membawa asistennya itu keluar dari gedung tua. Tapi saat hendak menuju ke pintu depan, banyak mobil yang baru saja tiba dan parkir di depan pintu lobi. Mobil-mobil berwarna hitam itu bukanlah polisi. Alan tahu benar dengan lambang stiker yang tertera di kaca depan mereka.

“Kita lewat belakang. Ayo, cepat!” Alan memilih untuk menggendong Rose untuk mempercepat langkahnya. Dari belakang, Freya mengikutinya.

“Siapa mereka? Apa mereka berasal dari kelompok yang kita bunuh tadi?” tanya Freya.

“Mereka adalah orang-orang gila yang jauh lebih mematikan dari kelompok yang kita bantai tadi. Mereka adalah ‘Sloth’, salah satu anggota dari organisasi The Seven Deadly Sins,” ungkap Alan Dominic.

Ia terus lari sambil menggendong Rose hingga menyeberangi jalan dan masuk ke dalam gang-gang kecil untuk mengecoh para gangster itu.

Di lain sisi, salah satu petinggi Sloth turun dari mobil. Ia baru menerima laporan kalau kelompok Wolf Gang di Utara dan yang ada di wilayahnya telah dibantai.

Wolf Gang adalah kelompok binaan Sloth yang menjadi mata-matanya. Petinggi itu juga mendapatkan kabar kalau Raven City telah kehilangan ketuanya, yaitu Alexander Hood dari Falsehood. Tapi ia masih belum puas sebelum melihat Falsehood hancur berkeping-keping.

“Tuan Reyes, kami tidak bisa menemukannya. Sepertinya dia sudah kabur. Dan bila dilihat bagaimana para anggota Wolf Gang tewas, ini bukan pekerjaan dari seorang artis terkenal. Ada pembunuh profesional yang menemaninya,” pikir salah satu anak buah Reyes; tangan kanan dari ketua Sloth.

“Apa mungkin dia adalah si pengganti Hood yang bersama si artis itu?” pikir Reyes.

“Mungkin saja. Tapi kami akan mencoba melacaknya. Aku merasa dia belum jauh dari sini.” Anak buah Reyes segera memberikan perintah ke anggota lainnya untuk berpencar dan menyusuri setiap jalan di wilayah itu.

“Alexander Hood! Aku akan menghabisi kelompokmu dan putrimu!” ungkap Reyes sambil memainkan cincin berlambang iblis Belphegor; lambang dari kelompok Sloth.

“Apa kau tidak punya tempat aman di luar kota?” tanya Alan. Mereka berhasil menjauh sekitar tiga blok.

“Apa mungkin mereka mendatangi griya tawangku?” Freya cemas.

“Menurutmu?!” Alan tampak gelisah. Ia harus berpikir cepat sebelum kelompok Sloth mengejar mereka.

“Baiklah, kalah begitu kita ke rumah ibuku saja,” pikir Freya. Ia menyetop taksi.

Alan membawa Rose masuk terlebih dulu, lalu Freya menemani asistennya duduk di belakang. Sedangkan Alan memilih untuk duduk di samping supir.

“Kita ke mana, Pak?” tanya supir.

“Campville, yang ada di selatan kota ini,” jawab Freya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status