Share

Enggak apa-apa sayang.

Selama Anjas di pijit, Zeira selalu setia menemaninya. Begitu juga dengan Saddam, tubuh pria tampan itu duduk sopan di sofa sambil berbincang-bincang dengan Barata, namun matanya tertuju ke perut buncit Zeira. Dan hal itu dilihat oleh pelayan Indri.

"Silahkan di minum tehnya pak," ucap Indri yang membuat Saddam refleks memalingkan wajah untuk menjauhkan pandangannya dari Zeira.

"Terima kasih mbak Indri." Saddam berusaha terlihat biasa saja dan tersenyum ramah kepada Indri.

"Oh iya nyoya, saya sudah menyiapkan rujaknya. Apa nyonya ingin memakannya sekarang?" tanya Indri kepada Zeira.

"Nanti ajah deh bi, tunggu tuan selesai pijit."

"Baik nyonya, kalau begitu saya permisi dulu." Indri meninggalkan ruang keluarga dan kembali ke dapur.

Setelah 2 jam berlalu, akhirnya Saddam dan tukang pijit meninggalkan kediaman Wijaya. Namun sebelum itu, Saddam terlebih dulu masuk ke dalam kamar mandi tamu. Naasnya, ponsel pria tampan itu tertinggal di sana, dan ditemukan oleh pelayan saat membersihkan ka
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status