"Sayang, pijit punggung aku dong," ucap Anjas setelah mereka tiba di kamar dan berbaring di atas tempat tidur."Aku gak bisa pijit mas, aku minta pak Asep untuk mencari tukang pijit ya?" bujuk Zeira.Bukan dia tidak mau memijit punggung suaminya, tetapi melihat pinggul Anjas yang merah dan sedikit lebam, membuat Zeira takut untuk menyentuhnya."Tapi tengah malam seperti ini, mana ada tukang pijit yang mau datang sayang.""Iya juga sih, mas." Timpal Zeira."Yaudah, menunggu besok pagi! kamu aja ya yang pijit mas?"Zeira bangkit dari tidurnya, melangkah menuju meja rias untuk meraih minyak telon dari sana. Diusapnya minyak yang berbau sereh itu ke seluruh punggung Anjas. Dengan lembut dan penuh hati-hati, jari lentiknya menyentuh kulit mulus suaminya."Ow...." Rintih Anjas, saat jari tangan Zeira menyentuh bagian punggung yang terbentur ke tanah."Maaf mas, sakit ya?" ucap Zeira."Sakit banget sayang, sepertinya pinggang mas patah.""Ha....." Zeira terkejut, "Benar mas?" lanjutnya.Anja
Selama Anjas di pijit, Zeira selalu setia menemaninya. Begitu juga dengan Saddam, tubuh pria tampan itu duduk sopan di sofa sambil berbincang-bincang dengan Barata, namun matanya tertuju ke perut buncit Zeira. Dan hal itu dilihat oleh pelayan Indri."Silahkan di minum tehnya pak," ucap Indri yang membuat Saddam refleks memalingkan wajah untuk menjauhkan pandangannya dari Zeira."Terima kasih mbak Indri." Saddam berusaha terlihat biasa saja dan tersenyum ramah kepada Indri."Oh iya nyoya, saya sudah menyiapkan rujaknya. Apa nyonya ingin memakannya sekarang?" tanya Indri kepada Zeira."Nanti ajah deh bi, tunggu tuan selesai pijit.""Baik nyonya, kalau begitu saya permisi dulu." Indri meninggalkan ruang keluarga dan kembali ke dapur.Setelah 2 jam berlalu, akhirnya Saddam dan tukang pijit meninggalkan kediaman Wijaya. Namun sebelum itu, Saddam terlebih dulu masuk ke dalam kamar mandi tamu. Naasnya, ponsel pria tampan itu tertinggal di sana, dan ditemukan oleh pelayan saat membersihkan ka
"Kamu kenapa sih, marah-marah gak jelas." Sentak Bella, ia kesal dengan sikap Saddam."Ya jelas marah lah, karena ulah kamu hampir saja pak Anjas curiga.""Ha.... maksud kamu?" tanya Bella."Kemarin kan aku ke rumah pak Anjas, nah pas masuk kamar mandi! ponselku tinggal di sana. Terus, ditemukan sama pelayan lalu diberikan kepada pak Anjas. Jadi, ponselku satu malam ini ada di tangan pak Anjas." Saddam menceritakan yang sebenarnya kepada Bella."Lah... itukan kesalahan kamu! kenapa jadi marah samaku. Makanya, lain kali jangan terlalu teledor. Kalau sampai ketahuan! yang paling dirugikan itu, aku." "Ah...sudah. Lain kali jangan hubungi aku, biar aku yang menghubungimu." Saddam bangkit dari sofa melangkah masuk ke dalam kamar.Sementara di tempat lain, sepasang suami istri sedang bercanda tawa di samping kolam renang."Coba sedikit dong mas?" bujuk Zeira sambil menyodorkan rujak mangga muda kepada Anjas."Enggak ah sayang, aku gak kuat sama asam." Tolak Anjas."Sedikit saja..." Zeira k
Selama Anjas di luar kota, Zeira yang menggantikan posisinya di kantor. Namun wanita cantik itu merasa tidak nyaman.Bagaimana dia tidak nyaman? Saddam terlalu perhatian kepadanya. Pria tampan itu tidak lupa mengingatkan Zeira untuk makan siang, ia juga sering kali mengantarkan teh ke ruangan Zeira, bahkan di jam istirahat Saddam menyempatkan waktu untuk membelikan rujak untuknya."Terima kasih ya Dam. Tapi lain kali enggak usah repot-repot membuatkan teh untukku," ucap Zeira dengan lembut."Oh, aku sama sekali tidak merasa direpotkan buk. Justru aku senang bisa memperhatikan ibu selama pak Anjas di luar kota." Sahut Saddam."Oh, terima kasih kalau begitu."Zeira kembali fokus menatap layar laptopnya, ia sengaja mengabaikan Saddam yang duduk di kursi tamu.Tok....tok...tok.... Terdengar suara ketukan pintu."Masuk." Sahut dari dalam."Permisi buk." Susan menjulurkan kepala dari balik pintu.Walaupun Zeira adalah kakaknya sendiri, tetapi Susan selalu memanggilnya ibu saat di kantor.Su
Anjas menghentikan tangan Imel, dilepasnya dengan kasar. "Hentikan Imel, kamu harus tau batasanmu. Aku sudah memiliki istri, dan aku tidak akan pernah berkhianat darinya," ucapnya dengan tegas."Oke, aku minta."Imel memungut pakaiannya yang berserakan di atas lantai, sedangkan Anjas bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang sempat bersentuhan dengan tubuh polos Imel.Selama 45 menit pria tampan itu mengguyur tubuh kekarnya di bawah derasnya aliran air shower, bahkan ia tidak melihat Imel pergi."Maafkan aku sayang, aku benar-benar khilaf," ucap dalam hati Anjas.....................Ting-nong ting-nong, suara dering ponsel membangun Anjas dari tidurnya."Zeira," ucapnya setelah melihat nama yang muncul di sana.*Iya sayang* *Mas jadi pulang hari ini ?* Suara dari seberang sana.*Iya sayang, kamu udah kangen ya?**Hm.... hati-hati di jalan mas.**Iya sayang, i love you muah...* Anjas memutuskan sambungan teleponnya.Tepat pukul 1 siang, Anjas sudah tiba di Indonesia. I
Dua hari telah berlalu, selama dua hari ini Anjas hanya berdiam diri di rumah dan tidak pergi ke kantor. Pria tampan itu selalu setia di ruang kerjanya, bahkan ia sampai tidur di sana.Tentu hal itu membuat Zeira bingung, tetapi ia berusaha menyembunyikannya dari ayah, adik dan putranya.Tok....tok....tok...."Masuk." Suara bariton dari dalam."Mas." Panggil Zeira sambil menjulurkan kepala dari balik pintu.Anjas memutar kepala ke arah datangnya suara, "Iya sayang." Zeira melangkah menghampiri Anjas yang duduk di sofa. Ia duduk tepat di samping pria tampan itu. "Mas, apa yang terjadi?" tanya Zeira dengan lembut.Anjas memutar mata melihat Zeira. "Tidak terjadi apa-apa sayang," ucapnya dengan lembut sambil tersenyum."Kalau tidak terjadi apa-apa! kenapa mas tidak ke kantor? terus, kenapa mas tidur di sini?" Zeira melayangkan beberapa pertanyaan."Kalau aku ada salah, aku minta maaf mas." Lanjutnya.Zeira berpikir, Anjas berubah seperti itu karena ia melakukan kesalahan yang tidak ia
Hujan deras membuat cuaca semakin dingin, sehingga membuat Zeira malas untuk bangun dari tidurnya. Tangan kanannya meraba tempat tidur, seketika matanya terbuka sempurna karena tidak menemukan suaminya di sana.Zeira memutar kepala untuk melihat jam kecil yang terletak di atas meja di samping tempat tidur."Ini baru jam 5, mas Anjas ke mana?" ucap Zeira.Ia bergegas bangkit dari tempat tidur, melangkah menuju kamar mandi. Tetapi Anjas tidak ada di sana, tanpa berpikir panjang Zeira langsung mencarinya ke ruang kerja.Dan benar saja, Anjas sedang duduk di atas kursi, di dekat jendela. Pria tampan itu terlihat kusut, sambil sebatang rokok di terjepit di sela kedua jarinya. Dengan posisi menghadap ke arah luar."Mas." Panggil Zeira dari pintu, dan langsung melangkah menghampiri Anjas.Anjas memutar kepala ke arah datangnya suara, melihat wajah Zeira! Anjas sebenarnya ingin marah. Tetapi pria tanpa itu tiba-tiba mengigat ucapan Asep, sehingga ia berusaha menenangkan dirinya sendiri."Iya
Sudah pukul 12 malam, tetapi Zeira belum juga tidur. Ia sengaja menunggu Anjas pulang, karena ingin memberitahu tentang jenis kelamin anak mereka. Zeira yakin, kalau Anjas pasti sangat bahagia setelah mendengarnya. Karena Anjas menginginkan anak perempuan."Kamu ke mana sih mas? kok belum pulang?" tanya Zeira kepada dirinya sendiri, sambil berusaha menghubungi nomor suaminya."Kakak belum tidur?" terdengar suara Susan dari pintu.Wanita cantik itu baru ke luar dari kamar keponakannya, dan tanpa sengaja melihat pintu kamar Zeira tidak tertutup rapat."Iya San, kakak gak bisa tidur. Mas Anjas belum pulang, ponselnya juga belum bisa dihubungi sampai sekarang.""Ha..." Susan melangkah menghampiri Zeira, "Coba kakak hubungi pak Asep." Lanjutnya."Oh iya, aku gak berpikir ke sana." Zeira berusaha menghubungi nomor Asep, tetapi hasilnya sama. Nomor Asep juga tidak dapat dihubungi.Hal itu membuat Zeira semakin khawatir. Bahkan mereka sudah berencana untuk melaporkannya ke kantor polisi."Ki