Share

22.

Sudah hampir terbit fajar, namun tidurku tak kunjung lelap, sekalinya terlelap aku bermimpi Tuan Hamiz sedang dalam keadaan berlumur darah. Sakitkah dirimu, Tuan? Kuambil air wudhu untuk menjalankan dua raka'at. Mendoakan dirimu setulus hatiku, agar kamu di sana selalu baik-baik saja.

Setelah menyelesaikan dua raka'at, aku ke bawah menemui Bi Sumi untuk memberikan uang belanja. Namun kucari Bi Sumi tidak ada, jadi aku ke depan, ternyata Niko datang sedang membawa plastik berisi sayur-sayuran.

”Kamu yang belanja, Nik?”

Niko bahkan belum mengganti bajunya. Ia tersenyum manis. ”Mana mungkin aku biarin kamu di sini kelaperan, Ra. Aku beli sayur, ayam, dan daging buat stok seminggu. Kalo persediaan udah habis, kamu yang harus belanja nemenin aku. Aku maksa, loh.”

Aku tertawa. Aku mulai membantu menyusun buah-buahan dan sayur-sayuran yang sudah dibawa ke dapur.

”Maaf, ya, udah ngerepotin kamu. Kamu pasti juga belom tidur. Tidurlah abis ini, ya, Nik.”

”Karena Dinda udah nyuruh Kanda tidur,
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status