Pras tersenyum sendiri melihat monitor besar di kamarnya. Walaupun dirinya hanya di kamar saja, tapi semua kejadian di kantor miliknya terpantau olehnya, juga kinerja Ayu, isterinya."Bagus! kini kau akan menjadi mesinku. aku tahu kau terlalu jujur padaku. tapi, aku sakit hati padamu, Ayu." desis Pras tersenyum licik. Semua pundi uangnya untuk membeli seperangkat alat untuk memantau gerak gerik isterinya."Kini tinggal mencari tahu siapa lelaki Sik peduli itu, enak saja bermain dengan kedua anakku."Semuanya tersimpan dalam lemarinya yang terkunci rapat Juga soal kesehatan dirinya, kesembuhan total sudah dia dapatkan, tapi jijiknya Ayu pada dirinya menjadikan Pras semakin sakit hati. Apalagi ,keinginan Ayu meminta cerai padanya."Aku tetap tak akan menceraikan dirimu, Ayu. sudahlah nikmati saja takdirmu hidup bersamaku, ya kan?" Pras bermonolog sendiri."Pasti ibumu mengira aku sudah gila, makanya dia takut bila ditinggal sendirian di rumah." Tawa terkekeh dari Pras membuatnya terseda
Singgih datang dengan cepatnya, mobil Jeep nya sudah menderu di depan kafe yang ditunjuknya. Lelaki itu masuk dan segera menemukan sosok Ayu yang sedang keadaan kalut."Ada apa?!" tanya Singgih pelan Ayu pun menceritakan semuanya dari awal menjadi istri seorang Prasetya, sampai akhirnya mendapati dirinya merasa dikhianati oleh suaminya. Rasa sakit hatinya tak bisa ditolerir lagi. Sejak awal dirinya meninggalkan Pras dalam keadaan hamil tua, saat mengandung Tegar. "Lalu apa rencana mu?!""Bukannya aku balas dendam, tapi setidaknya ingin dia merasakan sakitnya hati ini, padahal sudah diberi begitu banyaknya cobaan dari Tuhan, tapi dia tak pernah kapok, tak pernah sekalipun bisa menghargai pengorbananku." desis Ayu pada lelaki di hadapannya, kemudian Ayu menceritakan rencana untuk suaminya.Waktu berlalu, Singgih membantu rencana Ayu, dengan diam-diam mengganti setiap kamera yang ada di kantor, hal ini di kerjakan demi menjaga privasi semua karyawannya, walaupun pemiliknya adalah suami
Bukan cerita cinta biasaKali ini Prasetya betul-betul mati kutu bila sudah berhadapan dengan Mami. Sengaja Desi mengajak Maminya karena Ayu sudah laporan banyak hal tentang suaminya ini.Semua masa lalu Pras memang Mami yang tahu."Kau harus bisa bangkit lagi, dulu Papi yang bisa membuatmu bisa lebih baik lagi, sampai Papi percayakan Desi untukmu," cecar Mami pada Pras yang sedang menangis tersedu-sedu.Ayu dan Desi pun keluar dari kamar, meninggalkan Mami berbincang leluasa pada Pras yang masih terikat tangannya apa ranjang besi tersebut.Dua wanita yang kini sudah duduk berdua di depan teras kamar inap "Maafkan aku karena selalu merepotkan mu.""Tak apa, itu sudah tugas aku, karena amanah Papi.""Amanah?"Desi menunduk, "Aku belum cerita padamu, hanya segelintir cerita sepihak dari Mas Pras kan? Papi menitipkan Mas Pras pada Mami agar tetap ...""Papi? Almarhum?"'Iya, Papi ingin punya anak cowok , hadir Mas Pras yang diangkatnya menjadi anak angkat, tapi maaf, dari keluarga yang
Ayu menatap Mami dengan pandangan jengah. Dia yang dulu memperlakukan hal yang menyakitkan padanya. Karena dia pula , Ayu pergi meninggalkan semuanya dan memilih menjauhi suami dan segalanya, hingga Desi mengalami sebuah kecelakaan pasti Mami menyalahkan diri Ayu."Aku paham, apa yang ada dalam benak kamu, Ayu. Mengapa saat itu kau aku suruh pergi sebelum jam yang lain terjadi, hanya keinginan Desi yang tak ijin padaku."Desi pun menunduk merasa bersalah atas semua kesalahan ini."Duduklah, aku tak mau merepotkan hidupku hanya untuk mengurus semua ini. Bodohnya anakku, masih saja tak mau melepas dirimu dan Pras, padahal sudah –""Jangan bahas hal ini Mih, aku dan Ayu masih ada keterikatan, masih ada Tegar," seru Desi.Mami diam, dia tahu, setelah ada Tegar, rasa sayang pada anak lelaki yang bukan cucunya itu sungguh besar. Mami tahu itu adalah anak Pras dan Ayu."Inilah akibatnya, kan sudah aku sarankan untuk program bayi tabung, ataupun adopsi anak saja, tapi kau ngotot ingin punya a
"Aku tidak setuju, bila Mas Pras dinikahkan dengan Santi!" sengit Ayu."Bagaimana Mami punya pikiran gila macam itu?!" pekik Desi."Kalian berdua sangat mencintai lelaki yang sama tak mau merawat saat dia terpuruk!"Ayu terdiam, dia merasa yang tersindir karena dirinya masih sebagai istri sahnya. Tapi untuk menjalankan hidup bersama Mas Pras rasanya tak sanggup."Aku juga ingin bahagia, hatiku sakit, setelah mengetahui latar belakang sesungguhnya suamiku, yang jelas, suami hibahan dari Desi.""Mas Pras lebih mencintaimu, Ayu. justru dia merasa tersiksa jauh darimu ""Tapi aku tak suka cara dia mencintaiku, apa lagi dengan menyakiti dirinya sendiri. apa lagi kelakuan dia yang hipper sek, membuatku takut hidup bersamanya.""Tapi kau masih istri sahnya!""Makanya aku minta cerai padanya! tapi dia tak mau menceraikan aku!""Nah tahu kan? Mas Pras tak mau menceritakan dirimu, karena saking cintanya padamu!" seru Desi sambil ngotot."Tapi aku tak mau, aku ingin merawat si kembar dengan tena
Ayu dan Desi menatap lelaki kurus dan tingkahnya sungguh trenyuh. Duduk meringkuk di pojok ruangan, tubuhnya menggigil kedingan. Pras saat ini di tempatkan di ruangan yang tertutup. Mereka hanya bisa melihatnya dari jendela kamar yang terhalang sebuah kaca tebal."Mih, apa kata Dokter?" tanya Desi tatkala melihat Maminya baru saja kelar dari ruangan Dokter."Pras mengalami depresi hebat, akalnya tak menerima respon logika.""Apa! berarti Mas Pras sudah gila!" Sontak Ayu dan Desi saling berpandangan, lalu sekali lagi memandang Pras kembali."Tapi mengapa dia terlihat kedingan seperti itu?" tanya Ayu tak sadar sebutir air matanya mengalir dari sudut matanya, begitu juga Desi."Itulah yang dinamakan tak menerima akal logika, sebenarnya dia tak merasa dingin, tapi tubuhnya menggigil hebat, juga ... makan yang banyak tapi tak merasa kenyang-kenyang," ujar mami menjelaskan dengan hati-hati.Berarti selama ini, napsu besar makan Pras itu adalah sudah menjadi gejalanya, ditambah dengan cara m
Ayu melihat Pras sedang duduk tenang dengan. tangan dan kaki terikat."Moh, ada apa?" tanya Desi panik."Pras berusaha bunuh diri, dia memecahkan gelasnya dan mengancam akan bunuh diri, dia maunya pergi dari kamar ini, tak mau dirawat.""Lalu bagaimana baiknya, mih?""Pras mencari istrinya."Ayu langsung menoleh pada Maminya, terdiam dan kembali menatap Pras."Ayu, cobalah untuk menemui dia.""Aku takut tahu, Des. ""Takut?"Ayu mengangguk, " Aku takut dia akan menyerang aku. karena aku yang membuatnya begitu, saat dia tahu CCTV nya berubah semua, dia mengamuk hebat dalam kamarnya."Desi terdiam dan menatap Maminya."Ayu aku temani kau menemui Pras, Ayo, ijin dulu sama Dokternya .""Tapi —" Belum sempat Ayu selesai bicara, Desi sudah menariknya dan meminta ijin pada Dokter untuk meminta masuk ke dalam ruangan Prasetya.Dokter pun mengijinkan karena Ayu adalah istri dari si pasien. Desi diijinkan masuk juga karena Ayu tak berani masuk sendirian. Kini dengan hati berdebar, Kedua wanita
Di sebuah resto kecil, terlihat Ayu sedang tertawa ringan dan bercanda dengan seorang bernama Singgih. Ayu menceritakan semuanya tentang akibat dari rencana Ayu yang sukses karena bantuan dari Singgih "Entah, bagaimana kalau aku tak dibantu olehmu, pasti aku masih dalam cengkeramannya sungguh aku tak menyangka ternyata sepahit itu latar belakang suamiku. ""Iya, dari caranya pun sudah terlihat dia seperti apa. Lalu, bagaimana kabar ibu dan si kembar, aku kangen dengan dua anakmu itu, lucu sekali." Singgih tersenyum dan mulai mengaduk minumannya."Ibu mengajaknya main ke tempat penitipan anak, niatnya cuma bermain saja karena tempatnya tak jauh dari rumah, eh malah si kembar betah, akhirnya ibu diperbolehkan sama pemiliknya untuk datang setiap hari, tentu saja aku tetap membayar ke penitipan anak tersebut." jelas Ayu."Oh ya, aku butuh lawyer, untuk mengurus perceraianku dengan Mas Pras.""Apakah tak terlalu cepat?""Aku sudah takut bila harus hidup satu atap dengannya.""Aku punya ke