Hai readers, cerita ini hanya fiktif belaka ya. Kalau ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
Semoga suka, selamat membacaš¤----------------------------------Terpaan angin menyentuh rambut Diana lembut sekaligus menyeka air matanya yang masih basah. Matanya ikut terpejam, terbawa suasana dingin Tokyo pada malam ini.Jalanan di Tokyo, apalagi daerah Shibuya, memang ramai. Namun ramainya kota belum mampu mengetuk dinding dingin yang dibangun Diana sejak kemarin.Suasana gadis itu masih belum berubah. Begitu banyak pertanyaan memenuhi isi pikiran dan batinnya terus berontak ingin mencari tahu.Apa yang ia baca di internet, keluarga Wafa tengah dirundung berita kurang mengenakan. Ayah Wafa dituduh korupsi dan uangnya mengalir ke biaya pernikahan Wafa dan Kayla.T-tapi mengapa pria itu enggan memberitahunya? Apakah ia sudah terlalu asing untuk berHai readers, cerita ini hanya fiktif belaka ya. Kalau ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.Semoga suka, selamat membacaš¤----------------------------------Lengan Wafa spontan berhenti bergetar ketika dirinya tengah mengikuti alunan ketikan keyboard. Bulu-bulu halus disekujur tangan dan kakinya ikut terangkat akibat lehernya secara tiba-tiba dipeluk oleh seseorang yang entah siapa.Padahal sepengetahuannya tidak ada langkah kaki yang terdengar. Suasana mencekam makin terasa setelah pintu arah taman belakang terbuka karena terpaan angin kencang. Di luar memang tengah hujan lebat."Fa..""Huaaa!!"Reflek Adila tertawa puas menatap tingkah konyol Adiknya yang sama sekali tidak bisa tertahan menahan takut. "Kamu takut Fa?" Goda Adila lagi. "Diem Kak, ngga lucuk tauk!" Bibir Wafa termanyun dibuatnya. Pasalnya ia tengah serius mengerjak
Hai readers, cerita ini hanya fiktif belaka ya. Kalau ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.Semoga suka, selamat membacaš¤----------------------------------Nasya membanting pintu dengan sangat kencang. Ada perasaan marah membakar hatinya. Telinganya ikut mendidih mendengar teriakan dari luar kamar sambil bersaut ucapan Kayla saat di kampus Aku benci mengenalnya. Pekik Nasya.Ia sungguh muak. Wajahnya lambat laun pucat pasi setelah semua emosi dibiarkan menguasai diri. Seketika akal sehatnya lenyap.Apakah aku bunuh saja, dia?Dia sudah banyak masalah, mungkin dengan cara ini aku bisa membantunya. Batin Nasya mulai tidak beres. Sebelumnya tidak pernah berpikir untuk melangkah sejauh ini, apalagi ia juga tahu ada banyak hukum yang akan menjeratnya. Hukum agama, hukum negara, dan sosial. "Ah, biarlah. Hidupnya sudah terlalu ban
Kening Kayla beberapa kali berkerut terus. Wafa, suaminya, tidak ada dirumah sementara hari makin larut. Ponsel pria itu pun susah untuk dihubungi. Hati Kayla makin gusar. Kemana pergi1 suaminya? Tidak biasanya Wafa pergi tanpa pamit atau setidaknya ponselnya dapat dihubungi."Apa ada hal buruk ya?" Overthingking mulai menyerang pikiran Kayla.Gadis itu terdiam sejenak, mengendalikan nafas, lalu meneguk air putih untuk membasahkan kerongkongan yang kering sekaligus menjernihkan pikiran."Kendalikan dirimu Kayla, Insya Allah Wafa akan baik-baik saja." Ia kembali bermonolog.Gadis itu sempat menyalahkan dirinya yang kebanyakan tidur sampai-sampai membuat dirinya tidak tahu apa-apa. "Ya Allah baru tinggal tidur aja, dunia udah ada aja yang beda." Ujarnya.Kemudian, ia menoleh ke arah jam dinding yang detaknya bergema di seluruh ruangan yang hanya dihuni oleh Kayla seorang. Maklum, akibat kasus itu, Wafa dengan terpaksa me
Hai readers, cerita ini hanya fiktif belaka ya. Kalau ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.Semoga suka, selamat membacaš¤----------------------------------ā----Mata Kayla terbelalak hebat. "Ngga mungkin Fa. Aku tahu dia memang sudah lama tidak menyukaiku, tetapi untuk melangkah sejauh itu ku rasa dia bukan orangnya." Ujar Kayla berulang kali.Dirinya masih tidak percaya dengan semua ini. Bagaimana mungkin seorang Nasya akan melakukan itu? Tapi untuk tidak mencoba mempercayai Wafa, gadis itu tahu bahwa Wafa bukan tipikal orang yang akan mudah sembarangan dalam berucap."Tenangin diri dulu mu boleh? Aku akan menjelaskannya seusai kamu tenangan." Balas Wafa lembut. Ia mengerti kondisi psikis istrinya. Pasti terguncang.Kayla menggeleng cepat. "Aku tidak bisa tenang kalau belum dijelaskan."Wafa ikut menggeleng. Dipegangi tanga istrinya erat-erat.
Hai readers, cerita ini hanya fiktif belaka ya. Kalau ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.Semoga suka, selamat membacaš¤----------------------------------Sungguh, hari ini makin terasa panas dengan kabar yang Kayla terima kemarin. Bagaimana mungkin seorang temannya akan melakukan itu padanya? Memang sih, temannya itu adalah Nasya. Gadis yang telah lama menunjukan ketidaksukaan padanya.T-tapi tidak mungkin sampai sejauh itu kan?!Ah entahlah, Kayla hanya bisa terdiam dan menatap kosong pada dinding batu bata yang nampak aesthetic di kantin kampusnya dengan laptop di atas meja.Kayla menghelas nafas panjang. Tatapannya bingung. "Benarkah itu?" Kemudian, pikirannya melayang jauh. Memikirkan ucapan Wafa tentang ingin melaporkan ini ke pihak berwajib agar diusut tuntas.Apalagi kabar terbarunya Ayah Wafa disinyalir akan di
Hai readers, cerita ini hanya fiktif belaka ya. Kalau ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.Semoga suka, selamat membacaš¤----------------------------------ā----Pandangan Kayla kosong menatap jalan. Dirinya bingung harus berbuat apa. Saat baru saja tiba di rumah sakit dan belum sempat melangkahkan kaki ke dalam kamar ia mendengar sebuah percakapan yang menghentakan jiwanya.Begini, "Aku tidak suka melihat Kayla hidup kalau begini!"Kalimat singkat yang masuk ke dalam telinga membuatnya segera memutuskan untuk pergi. Padahal begitu banyak hal yang ingin dibicarakan.Kini, ia duduk di sebuah kursi halte untuk menunggu bis datang. Hatinya hanya ingin segera pulang. Melepaskan semua keraguan, ketakutan, dan kecemasan yang semakin lama terasa mencekik. Benarkah? Benarkah bahwa Nasya yang melakukan ini semua?Tapi bagaimana bi
Hai readers, cerita ini hanya fiktif belaka ya. Kalau ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.Semoga suka, selamat membacaš¤----------------------------------Adila diam tak berkutik memandangi Mamahnya yang sedaritadi tidak mau makan. Bahkan, untuk diajak berbicara saja enggan. Suasana di luar sana yang tengah hujan lebat membuat hawa dingin dan menambah perasaan tidak nyaman di antara keduanya. Mau tidak mau, Adila harus berpikir keras memikirkan apa yang harus ia katakan agar suasana kembali mencair. "Mah, aku hari ini coba masak rendang lho. Mau coba?" Mamahnya menggeleng lagi. Kemudian, matanya kembali menatap kosong ke arah lantai. Adila meremas ujung sweaternya gemas. Gregetan karena begitu sulit dan kokoh dinding Mamahnya. Selain itu, ia juga kesal dengan Adiknya yang sembarangan dalam berbicara sehingga menyebabkan Mamahnya diam s
Hai readers, cerita ini hanya fiktif belaka ya. Kalau ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.Semoga suka, selamat membacaš¤----------------------------------"Pak, istirahat dulu." Bayu berulang kali mengingatkan bosnya yang seharian penuh tidak menyentuh makanan yang dibawakan oleh Kayla dan tidak beranjak dari kursi dan laptopnya."Iya, makasih ya, nanti." Jawaban template yang terus dikumandangkan Wafa membuat Bayu jengah. Di satu sisi ia dititipkan amanah oleh Kayla, tetapi di satu sisi ia belum mampu membuat bosnya mau mendengarnya. "Pak, nanti makanannya menjadi dingin. Bapak ngga mau coba dulu? Sepertinya enak lho.""Kamu mau? Ngga papa ambil aja. Saya masih harus menyelesaikan draft ini, besok mau dibawa ke investor. Kasus itu menyebabkan perusahaan saya harus terjun bebas Bay, sedangkan saya menampung banyak harapan pegawai yang meganggantun