Share

Menikah?

"Nak, bantu Oma dong. Setiap hari kerjaannya keluyuran terus mau sampai kapan begini?" Oma Sonya menyibak bedcover bermotif bunga lili yang menyelimuti separuh tubuh Helza, Omanya itu terus berusaha membangunkan cucu kesayangannya.

Ini bukan kali pertama sang Oma dibuat pusing dengan sikap si bungsu. Kalau diajak bicara selalu diam, rutinitasnya Setiap hari keluar dan pulang juga nggak tahu kapan? Setelah dua tahun belakangan Helza seperti tidak terkendali.

"Besok aja ya Oma, Za bantu. Sekarang biarin aku istirahat." Gadis itu kembali menarik selimutnya

"Tapi Za, Oma ini kerepotan Lo. Butik lagi ramai dan Oma itu kekurangan kariawan," ucap Oma Sonya meminta pengertian dari sang cucu.

Ternyata Helza telah kembali ke alam mimpi saat sang Oma berceloteh. Kemungkinan gadis itu mengira kalau Omanya tangah mendongeng sehingga ia kembali tertidur, ditambah hangatnya pulau kapuk yang saat ini tengah musim penghujan.

"Za …." Panggilnya lagi.

Wanita dengan jilbab pasmina berwarna peach itu berakhir mengelus dada. Percuma, seraya menjatuhkan bokongnya di sofa ruang keluarga. Kalau sudah begini Helza pasti tidak akan terbangun. Akhirnya ia memutuskan untuk pergi sendiri ke Butik.

"[Oma, gimana dengan Helza?]

Sebuah notif pesan chatting masuk di ponsel Oma Sonya. Sudah tentu itu dari Shiza yang menanyakan keadaan sang adik, segara saja Omanya itu balas.

[Entahlah Nak, kelakuan Helza semakin hari tidak bisa dimengerti. Kerjaannya cuma keluar, kalau ditanya hanya jawab ya nanti, besok, nggak tahu. Kalau terus begini Oma jadi pengen segera menikahkannya.]

Shiza yang baru saja menyeruput jus seketika tersedak. Saat membaca balasan chat dari Oma, dia sedang berpikir sang Oma lagi tidak bercandakan? Pasalnya ia mengetahui semenjak kejadian itu. Helza begitu menjauh dari hubungan yang berbau asmara. Luka yang ia dari sang mantan membuat sang adik seakan trauma.

"Pelan-pelan minumnya Sayang, lihat sampai tumpah begini. Itu jusnya Mas nggak minta kok," ucap Ferdi kepada sang istri sembari memberikan tisu.

Shiza hanya menampilkan cengiran kuda. Menanggapi perkataan suaminya, perkataan Oma Sonya membuatnya begitu terkejut. Apa benar Omanya itu berkata sungguhan? Shiza menarik nafas. Selanjutnya ia berkata kepada sang suami,"Mas, oma bilang mau nikahin Helza."

Pria itu tak kalah kaget sampai menautkan kedua alis. "Sama siapa? Kok kaya dadakan ya, dan Helza sudah tahu perihal ini."

Sang istri mengedikan bahu, tangan mungilnya terlihat meraih benda pipih dengan merk apple di atas meja makan makan. Jari lentik itu dengan cekatan mengirim pesan mungkin kepada sang adik.

[De, kamu dimana? Sudah tahu belum kabar terbaru dari Oma?]

Wanita bersurai sebahu dengan gaya potongan bob itu mencoba mengirim pesan kepada adiknya. Sepuluh menit berlalu, tapi tanda Helza akan membalas chat rasanya nihil. Karena tidak sabaran Shiza kemudian melakukan panggilan telepon kepada adiknya. Shiza mengerang diikuti suara gemlutuk giginya karena menahan emosi akibat teleponnya juga tidak kunjung diangkat.

Seorang wanita bertubuh mungil sedang meringkuk di atas kasur kesayangannya. Namun beberapa saat kemudian ia merasa terganggu dengan suara getar ponsel di atas nakas. "Siapa hah! Yang coba mengganggu ketenangan tidurku?"

"Halo, bisa nggak? jangan ganggu waktu istirahatku!" berangnya dengan suara berat khas orang bangun tidur.

"Helza!" pekik sang kakak tidak kalah garang. Suara wanita itu rasanya hampir memenuhi ruang makan rumahnya. "Dek, sampai kapan sih kamu terus begini? Apa nggak capek terus buat oma kesusahan ngurusin kamu yang nggak ada semangat hidup. Move on Za, kasihan oma."

Helza menggeliat dan mengerjap-ngerjapkan nerta karena merasa silau, saat sinar hangat mentari pagi menerobos masuk melalui jendela kamar. Ternyata sebelum pergi oma sonya sempat menarik gorden tersebut.

"Kak, nasihatnya bisa disambung nanti aja ya Aku mau lanjut tidur, masih sangat ngantuk— "

"Nggak papa kamu mau tidur lagi dek, silahkan puas-puasin mumpung ada kesempatan, tapi oma ada benarnya, kalau segera menikahkan kamu! Dari pada ngelihat orang yang setiap harinya cuma diisi keluyuran, tidur, hura-hura. Tidak sama sekali ada inisiatif untuk menjadi manusia berguna. " panggilan telepon pun diputuskan secara sepihak oleh Shiza tanpa ada percakapan lagi.

Mendadak rasa kantuk menghilang begitu saja saat ini kesadaran Helza kembali dengan sempurna. Apa pernikahan! Kuping gadis berusia 24 tahun itu tidak salah dengar kan?

'Menikah … aku akan menikah?'

Lelucon macam apa ini? nikah itu kan harus ada pasangannya, lah ini, Helza sudah menjadi jomblo sejati sejak dua tahun belakangan. Namun, mendadak Shiza, sang kakak membahas prihal pernikahan. memangnya kalau menikah tanpa pasangan bisa? satu lagi kadang-kadang kakaknya itu kalau ngomong enak sekali seolah dia tidak pernah mengalami yang namanya patah hati. Apa katanya tadi? Move-on! Ngomongnya gampang Say! yang sulit itu melupakannya. bukan begitu teman-teman?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status