“Maaf, saya tidak sengaja. Apa kamu merindukannya?”Mendengar pertanyaan dari Kenzo, hati Kinara mencelos. Entah dia harus jujur atau tidak, kini sedang berada di posisi yang serba salah. Memang Kenzo pernah mengatakan untuk menganggpnya sebagai Keny, tetapi tidak mungkin jika selamanya akan seperti itu. “Maaf, Mas.”“Harusnya saya tidak bertanya seperti itu. Maaf.” Kenzo mengernyit melihat anggukan Kinara. ‘Dia kenapa begitu mudah bersandiwara, ya? Atau hanya ingin mengambil simpatiku saja?’“Maaf, Mas. Apa kita bisa langsung pulang saja? Seperti sudah mulai petang. Bukankah Mas Kenzo juga harus menghadiri sebuah acara?”Kenzo mengangguk. Andai tidak akan menghadiri suatu acara, mungkin dia masih akan terus membuat Kinara mengingat masa-masa lalu bersama. Barang kali gadis itu akan merasa bersalah atas kejadian itu..Sesampainya di halaman rumah, Kinara turun dari mobil Audi bercat hitam. Wanita berambut sebahu itu melambaikan tangannya. Setelah mobil mewah itu keluar dari halaman r
“Kamu nggak tahu kalau papanya Kinara itu hampir bangkrut dan Keny yang bantuin?”Sifa membelalakan matanya. Lama berada di luar negeri gadis berperawakan tinggi itu tampak terkejut. “Keny si miskin itu?”Mega mengarahkan jari telunjuknya di bibir. Menandakan agar anak kesayangannya itu untuk berhenti berbicara. “Jangan kenceng-kenceng! Keny itu bukan pria kere yang kita kenal. Dia adalah pria kaya raya. Pemilik perusahaan besar di negeri ini. Kamu diam, deh. Jangan nambah masalah. Nanti Papa dengar bisa berabe.”“Pria kaya? Kok bisa?” Sifa memelankan suaranya. Masih tidak percaya dengan berita yang dia dengar baru saja.“Kita salah besar. Selama ini kita salah, Fa. Keny adalah pria tajir mlintir yang cosplay jadi pria kere.”Sifa menggigit jari telunjuknya. Perasaan cemas kini menghinggapinya. Gadis berambut pirang itu mondar-mandir tidak jelas di hadapan sang mama.“Bagaimana ini, Ma?” tanyanya ketakutan. Bayangan masalalu kembali teringat. Di mana dia dan mamanya pernah membayar tu
“Kamu mikirin apa? Yang fokus, Nara” bisik Baim. Kinara mengangguk. Sungguh berat baginya untuk bersikap biasa saja. Mengingat dirinya dan Kenzo belum lama kenal, dia harus menyerahkan masa depannya bersama pria itu. Terlebih wajahnya yang sama persis dengan Keny, tentu membuatnya menjadi beban terberatnya saat ini. “Silakan, Tuan dan Nona, Pak Kenzo sudah menunggu,” ujar Dirga. Dirga menyungginggan senyumannya. Melihat sang mempelai wanita begitu cantik, matanya tidak berhenti berkedip. ‘Sadar diri, Ga!’ batinnya meronta. “Terima kasih,” jawab Baim dengan mengangguk. Pun dengan Kinara yang memberikan anggukan ramah. Acara ijab Kabul hanya dihadiri oleh kerabat dari Kenzo dan Kinara. Acara tersebut dilakukan dengan khidmat. Tidak ada awak media yang bisa masuk untuk mengabadikan moment tersebut. Mereka hanya bisa masuk setelah acara resepsi dimulai, karena Kenzo ingin acaranya berlangsung dengan khidmad. “Saya terima nikah dan kawinnya Kinara Adisty Nugroho dengan mas kawin terse
“Nggak usah mengatur hidup saya.” Kenzo melepas jas yang membungkus tubuh kekarnya. Dibuangnya di atas ranjang, lalu menarik dasi kupu-kupu yang melekar di kerah bajunya, kemudia membuka dua kancing kemejanya dan menggulung lengannya sampai siku.“Maaf.” Kinara yang merasa terluka, duduk di tepi ranjang. Gadis itu tampak tidak berbuat apapun. Hanya diam menatap pantulan diri di cermin.Kenzo merogoh ponselnya dan mengarahkannya ke telinga. “Halo Mona, kamu di mana? Kita bisa pergi untuk kencan sekarang? Okay, saya akan segera ke sana. Sampai jumpa cantik ….”Kinara membelalakkan matanya. Tidak menyangka jika Kenzo sebegitu teganya untuk berkencan dengan wanita lain di depan matanya. Padalah hari ini adalah malam pertamanya. “Mas, kamu mau ke mana?”“Sudah saya bilang, jangan pernah ikut campur dengan semua urusan saya. Kamu mengerti?” omel Kenzo membuat Kinara berkaca-kaca. Air matanya sebentar lagi akan tumpah ruah mendengar kalimat yang menohok dari Kenzo.Malam pertama yang dia ida
“Pak, Anda apa tidak menyesal?” tanya Dirga terlihat penasaran dengan jawaban dari Kenzo setelah ini.Pria berlesung pipit itu tersenyum smirk sambil mengitari gelasnya dengan jari telunjuk. “Saya tidak akan perna menyesal. Dia yang sudah sebegitu jahatnya dengan saya. Kamu tahu, dia sama sekali tidak pernah memikirkan perasaan saya dulu. Yang dia dan keluarganya pikirkan hanyalah uang dan uang saja. Saya jadi tahu, bagaimana mereka sebegitu rendahnya menghina orang miskin dan menyombongkan apa yang mereka miliki.”Dirga terdiam. Pria itu manggut-manggut saja, membiarkan bosnya itu menceritakan semua unek-uneknya.“Sepertinya saya malas kembali ke hotel. Nanti, antarkan saya pulang ke mansion, Ga!” perintah Kenzo yang seperti sudah mabuk. Pria itu sedari tadi ngedumel membicarakan sebagaimana buruknya keluarga Kinara.“Baik, Pak,” jawab Dirga dengan hormat.Kenzo sengaja berbohong kepada Kinara jika dirinya sedang berkencan dengan wanita lain. Tujuannya adalah memanas-manasi istrinya.
‘Next saja sepertinya. Saat ini tidak tepat,’ batin Dirga yang kemudian pergi dari kamar mewah Kenzo.Pria berhidung kecil itu menuruni anak tangga sambil bergelud dengan pikirannya sendiri. Jujur saja, dia masih penasaran dengan rencana Kenzo setelah ini. Namun, mengingat tujuannya belum tercapai, dia harus menahan diri untuk tidak bertindak dengan gegabah.“Mas Dirga,” panggil Agus yang tengah berdiri di ambang pintu dapur.“Kamu belum kembali ke pos, Gus?” tanya Dirga.Tampak Agus menggeleng. “Saya mau tanya, bukankah ini malam pengantinnya Pak Bos? Kenapa Nyonya tidak pulang ke mansion ini?”Entah apa yang akan Dirga jawab, tentu dia tidak bisa asal bicara kepada siapa saja, meski itu hanya Agus yang setia kepada Kenzo. Tentu atasannya itu akan mengamuk, jika dia membocorkan semua rahasia Kenzo kepada Agus. Takut-takut, jika pria berkepala plontos itu akan keceplosan dan berita itu akan sampai di telinga Kinara.“Pak Kenzo baru saja mabuk. Dia takut kena sembur Nyonya Kinara. Dari
“Pak Dirga, apa semalam Mas Kenzo beneran bertemu dengan wanita lain?” tanya Kinara membuat Dirga tersendak air liurnya sendiri.“Ehemm ….” Dirga berdeham untuk menstabilkan suaranya. “Maaf, Bu. Sepertinya itu bukan kapasitas saya untuk menjawabnya. Sekali lagi maaf, Bu.”Kinara tersenyum getir. Entah itu benar atau tidak, sepertinya tuganya adalah tidak membuat suaminya itu kembali marah-marah dengan sikap protesnya.Sesampainya di mnsion, setengah berlari Dirga membukakan pintu mobil untuk Kinara.“Terima kasih, Pak Dirga.”“Sama-sama, Bu. Silakan!”Kinara menatap bangunan mewah berlantai tiga. Di sana dulu dia mendapatkan kenyamanan dan juga perlindungan. Kinara berharap akan mendapatkan hal itu lagi di sana setelah mendapatkan gelar istri dari Kenzo Wirawan. Namun, mengingat sikap Kenzo kemarin yang tiba-tiba keras dan ketus, tentu membuatnya menjadi takut.“Selamat datang, Nyonya,” sapa Ana dan juga Zana di ruang tamu.Mereka berdua sengaja menyambut kedatangan Kinara yang sekara
“Marah-marah bagaimana, Nyonya?” tanya Ana balik ke Kinara.“Maksud saya, apa Mas Kenzo suka marah-marah tidak jelas sama kalian?”Ana menggeleng kuat. “Pak Kenzo akan marah, jika kami memang melakukan kesalahan yang fatal, Nyonya. Jika kami tidak ada salah apapun dan mungkin kerjaan di kantor sedang ruwet, Pak kenzo hanya akan diam dan enggan berkata apa-apa.”Jujur saja mendengar seperti itu membuat Kinara lebih over thinking. Jika Kenzo bukanlah pria temperamental, lalu apa alasan pria itu selalu marah terhadapnya? Bahkan suaminya itu enggan tidur satu kamar dengannya. Kinara merasa ada yang janggal di sini. Dia memang menyadari, jika pernikahannya itu tanpa cinta. Namun, mengingat Kenzo pernah berjanji untuk menjadi suami yang baik, tentu membuat Kinara semakin bertanya-tanya mengenai kejelasan hubungan mereka.“Nyonya, itu telurnya kenapa ditambah lagi?” tanya Ana.Kinara berjengit. “Astaga, saya keblalasan, Mbak.”“Sepertinya Nyonya sedang banyak pikiran. Kalau begitu, biar saya