Bab76"Jeremy! Aku memang bersalah di masa lalu, meninggalkan kamu begitu saja. Tapi setidaknya, hidup dan pendidikan kamu terjamin. Berbeda dengan Case, dia hidup dengan kesulitan bersamaku."Deslim mendengkus. "Sungguh ucapan yang tidak penting. Kami datang kemari, hanya untuk pembagian warisan, bukan untuk mendengarkan curhatan Ibu," tegas Deslim, sembari menatap tajam wajah Aluna.Menantu tidak ada akhlak memang.Aluna kembali tersenyum. "Rupanya pendidikan tinggi, tidak membuat seseorang memiliki etika dan adab dalam berbicara. Jeremy, entah bagaimana kamu bisa menikahi wanita sepertinya, sungguh sangat menyedihkan," ejek Aluna, menatap jijik ke arah Deslim."Heh," bentak Deslim. "Cukup!" teriak Jeremy ke arah Deslim."Bisakah kamu jaga sikapmu itu?" tanya Jeremy yang sudah mulai tersulut emosi.Deslim merasa malu dan kesal, dibentak Jeremy di depan wanita yang sangat dia tidak sukai.Tidak perduli meski Aluna Welas mertuanya. Yang Deslim terus percaya, bahwa Aluna Welas, hanyala
Bab77Di ranjang rumah sakit, Deslim dan Jeremy di tangani.Aluna Welas terisak, melihat kondisi anaknya yang terbaring lemah. Sedangkan Deslim kini telah sadar dan masih dalam tahap pemulihan.Aluna Welas kini dilema, memandangi kondisi Jeremy. Dengan lembut, wanita itu menggenggam tangan anak lelakinya. Tangan yang sangat dia rindukan selama puluhan tahun."Masih di sini?" tanya Deslim, ketika memasuki ruangan Jeremy. Wanita itu menaiki sebuah kursi roda, dengan seorang wanita paru baya dibelakangnya yang membantu Deslim mendorong kursi roda tersebut."Hhmmm ...." Hanya itu sahutan Aluna Welas. Wanita itu masih fokus memandangi wajah putranya yang kini diperban."Pergilah! Biarkan nanti anak buahku yang menjaganya," seru Deslim pada Aluna.Aluna tidak menggubris ocehan wanita itu."Apakah anda mendengarkan saya? Saya keberatan, jika suami saya bersama anda," ucap Deslim kembali.Aluna menoleh ke arah wanita itu tajam. "Hentikan omong kosongmu itu, sebelum kamu menyesal," ancam Alun
Bab78Case tersenyum malu, sehingga membuat Khan Wilson bergerak cepat, membuai napsu keduanya.Dengan sedikit brutal, Khan Wilson menghujani Case dengan berbagai ciuman nakal.Hingga tangan Khan Wilson begitu berani, melepaskan baju yang Case kenakan dan hanya meninggalkan baju dalamnya."Indah sekali," gumam Khan Wilson, sembari menelan saliva, melihat kemolekan payudara Case yang seksi.Case terbuai, dia menutup mata dan merasakan kenikmatan permainan tangan dan bibir seksi Khan Wilson pada tubuhnya.Hingga lelaki itu kembali dengan berani, melepaskan rok mini yang Case gunakan, juga melepaskan semuanya.Case, wanita itu kini bugil tanpa sehelai benang pun menutupi tubuh montoknya. Dengan rakus, Khan Wilson terus memainkan gunung kembar Case dan menghisapnya lembut.Berkali- kali Case mengerang nikmat, ketika tangan telunjuk nakal milik Khan Wilson, bermain- main di alat vital Case."Kau suka? Ini nikmat bukan, jika kamu melakukannya dengan lembut dan juga dengan cinta," bisik Khan
Bab79"Jeremy," lirih Aluna. "Pergi!" bentak Jeremy. "Untuk apa kalian di sini? Aku tidak butuh kalian, aku hanya butuh Deslim," lanjut lelaki itu.Kini napasnya turun naik, Jeremy seakan tahu dengan kondisinya saat ini."Dari tadi kuminta kalian hidupkan lampu, tetap saja kalian matikan lampu ruangan ini," desah Jeremy yang mulai yakin, bahwa kondisinya tidak baik- baik saja.Semua terdiam, tanpa ada yang bersuara."Wanita sialan," lirih Case, ketika tidak terlihat wajah Deslim sama sekali di ruangan Jeremy."Dimana wanita itu?" tanya Case pelan pada Aluna.Aluna tidak menjawab, hanya terfokus pada kondisi Jeremy yang sangat malang.Jeremy kembali diberikan suntik penenang, agar lelaki itu tidak kembali mengamuk. Hingga 4 jam berlalu, terdengar suara high heels seseorang, mendekati ruangan."Jeremy ...." Terdengar suara Deslim, disusul pintu ruangan yang dibuka lebar.Wanita itu, masuk dengan santainya, membawa buket bunga dengan wajah yang teramat ceria."Oh, masih di sini rupanya,
Bab80"Akan aku pikirkan lagi, Bu.""Harus!! Jangan bodoh kamu, ini kesempatan emas.""Tapi dia harus berusia 40 tahun, Bu. Baru semua warisannya itu berlaku. Jika belum, semua masih atas nama mendiang ketua, juga ibu kandungnya.""Tidak masalah! Setidaknya selama dia buta, kamu kuras uangnya dan beberapa aset yang bisa kamu ambil alih.""Ibu sangat licik.""Hidup ini keras sayang! Jika kamu tidak licik, maka kamu akan kalah.""Ya, baiklah, Bu. Kali ini, aku akan coba bertahan. Tapi ibu janji, jangan halangin apapun yang aku lakukan, termasuk menyukai Khan Wilson.""Apa? Khan Wilson? Lelaki pecundang itu?""Bu, dia bukan pecundang lagi. Dia tangan kanan mendiang ketua. Bahkan untuk saat ini saja, dia pemegang keputusan tertinggi perusahaan.""Jangan bodoh Deslim! Biar bagaimana pun, dia tetaplah lelaki tak berkasta, anak hasil dari perempuan simpanan.""Ibu selalu saja begitu! Membenci Khan Wilson tanpa alasan, aku benar- benar tidak senang dengan hal ini," teriak Deslim, kemudian mem
Bab81"Tidak apa," sahut Deslim ketus. Dengan berat, Aluna melepaskan kepergian anak lelakinya itu kembali ke kota Monarki.Sepanjang perjalanan menuju kota Monarki, Deslim banyak terdiam dan tercenung memandangi pemandangan luar jendela pesawat."Sayang," lirih Jeremy."Hhhmm," sahut Deslim malas."Apakah ada sesuatu yang mengganggumu?" "Tidak ada.""Mengapa kamu banyak terdiam? Apakah aku beban?""Tidak. Please, bisakah kamu diam dan beristirahat. Jujur, aku masih syok dengan hal ini. Aku terpukul dan sakit hati, melihat keadaan kamu."Air mata Jeremy menetes. "Maaf, bukan inginku seperti ini. Andai saja saat itu kamu tidak menganggu aku mengemudi----""Kamu nyalahin aku?" bentak Deslim, membuat Jeremy langsung terdiam, tanpa bisa menyelesaikan ucapannya."Sudah cukup ya, Jeremy! Jangan memancing emosiku. Aku tahu, menjadi cacat bukan maumu! Sama, itu juga bukan mauku, paham!!" Jeremy hanya terdiam, dengan menahan perasaan sakit hatinya mendengar kata- kata cacat dari istri yang
Bab82"Takso Lee, jika nyonya menanyakan keberadaanku. Katakan padanya, aku sedang menenangkan diri untuk beberapa hari.""Baik, Tuan muda."Kepergian Jeremy bersama seorang pelayan dan juga orang kepercayaannya.Menunggu Aluna Welas menjemputnya di hotel dekat bandara, Jeremy merebahkan diri dan menaruh tinggi harapannya pada operasi kali ini."Tidak kusangka, kecacatanku membuat kamu nyaris berubah 100% dan bahkan telah berani bermain api. Baiklah Deslim, tunggu setelah aku bisa kembali melihat." Jeremy bergumam seorang diri. Hingga keesokan paginya, Aluna telah sampai bersama rombongannya, menjemput Jeremy di hotel dekat bandara.Menaiki pesawat pribadi, tujuan utama mereka ke Rumah Sakit ternama di Negeri Fantasy.Sepanjang jalan memanglah Jeremy masih kaku dan tetap diam pada Ibunya. Aluna memaklumi hal itu, dia tetap berusaha sabar, demi melunakkan hati anak lelakinya itu.Wajah jika Jeremy marah dan sakit hati padanya. Selama bertahun lamanya, dia tidak pernah menemui Jeremy s
Bab83"Sudah dua bulan, apakah kamu tetap akan di sini?" tanya Aluna Welas, ketika memasuki kamar Jeremy Alexander.Lelaki itu menghela napas. "Berat.""Hhmm, bukan Ibu mengusir. Tapi memang ada beberapa hal, yang harus kamu perjelas.""Aku mengerti.""Baguslah kalau kamu mengerti. Marbella akan menemani kamu ke Monarki.""Marbella? Kenapa harus dia?""Karena dia, orang kepercayaan Ibu, oke. Seharusnya kamu mengerti, Ibu bicara dengan fakta. Tidak semua orang di istana, bisa kamu percaya.""Dia pelayan, tapi dia sangat cerewet, Bu." Aluna Welas tersenyum. "Demi kebaikan kamu, sayang. Oke, cepatlah kamu bersiap- siap.""Kan ada dia, biarkan nanti dia saja yang mengurusnya.""No! Kamu harus menyiapkan keperluan kamu seorang diri, oke.""Dia persis sekali seperti Ibu, terlalu banyak aturan," ucap Jeremy nampak kesal."Memang seharusnya dari dulu. Sayangnya, Ibu harus mengatur kamu setua ini."__________Jeremy Alexander pun kembali ke kota Monarki bersama pelayan yang bernama Marbella.