Share

Bab 25. Bukti

Tidak peduli dengan tatapan heran Mbak Leni dan teman-teman lainnya, tangan ini dipaksa mengikutinya. Tidak mungkin aku berbuat drama dengan menolaknya. Terpaksa aku pasrah saat pintu mobil dibuka dan aku di dorong masuk. Sepintas, aku mendengar bisik-bisik mereka.

“Saya duluan,” serunya sambil melambaikan tangan dan senyuman seperti biasa.

Mobil hitam ini berjalan pelan, melewati jalan yang dipadati dengan karyawan yang bersamaan pulang. Namun, setelah masuk ke jalan raya, aku merasa kecepatan semakin bertambah.

Mobil melaju dengan kecepatan tinggi. Jarum penunjuk kecepatan bergeser dari angka seratus. Ingin berbicara. Akan tetapi melihat wajahnya mengeras. Aku pasrah sampai mobil berhenti dengan sendirinya.

“Apa maksudnya ini?”

Dia menunjukkan ponsel dengan menghujam tatapan tajam.

Mataku mengerjap. Melihat wajahnya yang begitu serius, diri ini mengerut dengan sendirinya. Bukannya takut, tetapi rasa bersalah mendominasi.

“A-aku bingung.”

Dia memejamkan mata sambil menghela napas.

“A
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status