Share

Bab 3: Pindah

“Bagaimana itu bisa menjadi sepuluh kali lipat?! Aku membacanya dan itu adalah tiga kali lipat!” marah Raya.

“Yang kau baca tiga kali lipat, tapi yang kau tanda tangani adalah sepuluh kali lipat. Kau juga bisa memilih tidak membayar dan tetap bekerja disini.” Goda Beni.

Beni akan untung bahkan jika Raya pergi. Namun jika Raya tinggal, itu adalah keuntungan yang lebih besar. Jadi tentu saja dia berharap Raya tetap tinggal.

Mendengar ucapan santai Beni, Raya tercengang. Dia ingat saat itu memang tak langsung menandatanganinya ketika selesai membaca karena berbicara dengan Soni. Lalu saat dia menandatanganinya, tentu saja dia tidak memeriksa berkas itu lagi.

Dengan jantung kesakitan seperti diremas, Raya melihat jumlah ganti rugi yang memang sepuluh kali lipat. Wajah Raya pucat pasi. Seperti bisa pingsan kapan saja.

“Kalian menipuku!” Raya menggelengkan kepala tak percaya. Matanya mulai buram karna air mata yang menggenang.

“Tidak ada yang menipumu. Kau hanya kurang teliti.” Beni terkekeh pelan.

Soni yang berdiri dibelakang juga mendengus penuh penghinaan. Jenis seperti Raya masih akan berkelahi dengan bosnya? Itu hanya cari mati.

Raya tidak tahan. Perusahaan macam apa sebenarnya yang memiliki kontrak dengannya ini? Kenapa bukan hanya penjahat penjual artisnya, tetapi juga seperti lintah darat?!

Raya pikir setelah membayar denda, dengan penjualan properti peninggalan orang tuanya, dia masih akan memiliki sisa untuk membeli rumah kecil.

Sayangnya itu hanya angan-angan. Jumlah ini benar-benar menghabiskan seluruh kekayaannya.

Tapi Raya tidak memiliki pilihan lain. Dia memutuskan kontrak dengan tegas. Tidak lagi ingin berurusan dengan lintah darat yang mengerikan seperti ini. Yang memakan darah dan daging artisnya tanpa kecuali.

“Kau sungguh bertekad,” ucap Soni yang menyusul langkah Raya.

Raya berdehem. Menetralkan suaranya agar tidak terdengar sengau karena memiliki keinginan menangis yang terlalu kuat.

“Ya. Aku juga terkejut.” Raya bicara tanpa menatap Soni.

Soni menatap punggung Raya yang terus berjalan tanpa ragu meninggalkan perusahaan. Nada bicara Raya jelas berubah. Tidak ceria dan manis seperti pertama kali dia menandatangani kontrak. Ini jauh lebih dingin.

Semua orang berubah setelah mengalami hal seperti yang dialami Raya. Soni tahu itu. Tapi biasanya para aktris dan aktor baru hanya bisa menelan rasa pahitnya. Mereka akan berpura-pura tidak ada yang terjadi demi kelancaran karir mereka.

Ini adalah pertama kalinya dia melihat yang seperti Raya selama dia bekerja. Raya sama sekali tidak menutupi kebenciannya. Dia dengan tegas meninggalkan mimpinya. Melakukan semua yang dia bisa untuk keluar dari rawa berlumpur ini.

Sayang sekali.

Soni sedikit menyesali keputusan buruk Raya. Tapi hanya sedikit. Setelah itu dia melupakan episode dimana calon sapi perahnya melarikan diri.

Lagipula dia masih mendapatkan bonusnya.

Sementara itu, Raya berhenti didepan gedung perusahaan hiburan yang tadinya dia pikir akan membawa masa depan cerah untuknya.

Dia berbalik menatap gedung tinggi itu penuh kebencian.

“Semoga gedung ini runtuh! Semoga perusahaan ini bangkrut! Semoga perusahaan ini ditangkap oleh pemerintahan! Semoga besok terjadi kebakaran!” kutuk Raya dengan suara rendah.

Diam-diam Raya merasa dia jauh lebih beruntung karena bisa menarik diri keluar dari air berlumpur perusahaan ini dengan cepat meski tidak bisa melapor ke polisi dibandingkan orang-orang malang yang terjebak karena tidak mampu membayar denda.

Sayangnya, keberuntungannya masih menyisakan dampak buruk.

Raya mengalami mimpi buruk setiap malam. Dia kesulitan tidur. Bahkan dia merasa waspada setiap melihat pria yang memiliki penampilan seperti Gin. Hal itu membuatnya sangat kelelahan yang berdampak pada kesehatannya.

Raya yang tidak terlihat sehat sangat kesulitan mencari pekerjaan. Sementara tabungannya tidak akan mampu mencukupi kebutuhannya dalam waktu lama.

Tanpa tempat tinggal, tanpa pekerjaan, tanpa masa depan, Raya perlahan mengalami stres.

Ketika dia pergi ke psikiater setelah hampir satu bulan kemudian dihantui mimpi buruk, dia disarankan untuk mencari lingkungan yang lebih baik. Yang tidak mengingatkannya pada hal-hal buruk. Kemudian disarankan agar dia mendekorasi rumahnya, terutama kamarnya agar lebih nyaman dan memberinya rasa rileks hingga memungkinkannya untuk tertidur.

Setelah berbagai pengingat dan obat diberikan, Raya kembali pulang dan bersiap pindah.

Setelah mengurus hal-hal tentang kepindahannya, Raya melangkah pergi. Siap meninggalkan kota tercintanya, namun juga kota yang menorehkan luka padanya.

Raya menunduk berjalan keluar dari lingkungan kontrakannya. Dia tidak memiliki rumah, tidak memiliki apapun lagi disini. Yang tersisa dari dirinya saat ini hanya luka dan trauma.

Menghela nafas, Raya memasuki taksi yang akan mengantarnya ke bandara. Dia menatap pemandangan diluar jendela tanpa nostalgia.

“Ketika aku sudah baik-baik saja, aku akan kembali, ibu, ayah. Aku akan merindukan tempat dimana ada kenangan kalian. Sayangnya, tempat ini juga meninggalkan kenangan buruk untukku,” bisik Raya.

Satu jam kemudian, Raya keluar dari bandara kota F, kota yang akan menjadi tempat tinggalnya sekarang.

“Kal! Aaaah lihat sini! Lihat sini!”

“Kak Kal aku mencintaimu!”

“Kak Kal sangat tampan!”

Jeritan serupa yang sangat ramai dan antusias membuat Raya terkejut. Dia melihat kerumunan membawa berbagai hal. Ada papan nama, kamera dan sebagainya. Kemudian seseorang ditengah kerumunan berjalan tenang sembari tersenyum tipis. Pria itu dikelilingi manajer, asisten dan pengawalnya.

Dia mengenali pria itu. Kal El, aktor yang terkenal karena memenangkan penghargaan hampir setiap tahun sejak debutnya lima tahun lalu.

Raya tidak mengikuti berita tentangnya, tapi dia cukup mengaguminya. Terutama ketika mimpinya sendiri dihancurkan seperti saat ini, Kal terlihat sangat bersinar hingga menyilaukan dimatanya.

“Dia sangat beruntung,” bisik Raya sambil tersenyum getir.

Raya iri. Tapi dia pikir mungkin jalan yang dilalui Kal tidak semudah kelihatannya. Karena sekarang dia tahu bahwa orang-orang di Bintang Murni hampir pasti memiliki jalan terjal untuk bisa berdiri dibawah sinar bintang.

Raya membuka pintu apartemen yang sudah disewanya sejak kemarin. Semua prosedur diselesaikan secara online. Jadi saat ini tidak ada hal merepotkan untuk diurus.

Tiga bulan berlalu sejak Raya pindah. Dia sudah mendapatkan perkerjaan disebuah toko bunga. Selain itu, dia juga mengirimkan desain gambar disebuah platform penjualan karya seni. Hasil dari platform itu tidak stabil, hanya saja rutin perbulan sehingga bisa menjadi tambahan untuk tabungannya.

Hidup sendiri membuat Raya menekan kebutuhan hingga seminimal mungkin demi bisa membeli rumah dan tanah lagi untuk mengganti peninggalan orang tuanya yang telah terjual karena kecerobohannya.

Sebenarnya dia tidak harus melakukannya karena bagaimanapun orang tuanya sudah meninggal. Tapi demi kenyamanan psikologis dia masih ingin melakukannya.

Lingkungan baru ini cukup kondusif untuk ketenangan pikirannya. Dia tidak akan terlalu waspada saat melihat pria lagi. Meski mimpi buruknya masih datang, frekuensinya tidak sesering beberapa bulan lalu. Hanya sekali atau dua kali dalam seminggu.

Perkembangan yang membuat Raya bisa menghela nafas lega.

_

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status