“Apa dia sekarang sudah menjadi Saga?”
Adikku mencomot roti isi yang dibuat Brian dan mengunyahnya pelan.
Dia mengangguk karena rasanya yang sesuai seleranya.
“Berapa persentase otoritas yang dia punya setelah promosi?”
“Sembilan puluh tiga persen.”
Aku juga ikut berkomentar.
“Tapi dia kalah melawan Witte Wieven?”
“Kau bahkan belum bisa mengontrol otoritas yang cuma satu digit itu.”
Aku melototi adikku yang secara implisit menyuruhku diam.
Dia pikir punya banyak otoritas itu segalanya?
Aku gak lagi menambahkan makna istilah di akhir cerita karena hitungan katanya jadi kacau. Jadi aku buat bab baru untuk glosarium dan penjelasan, yang bakal aku perbaharui seminggu sekali setiap ada isitilah baru muncul. Jangan lupa dicek ya...
(Di update seminggu sekali, saat istilah baru muncul dalam cerita. (Baru) berarti baru dimasukkan.) Komentar di bab ini jika ada istilah yang lupa aku masukkan. # (Baru) Atribut; Konsep abstrak bersifat gaib yang unik bagi individu saat menggunakan otoritasnya. Setiap individu mungkin bisa memiliki nama atribut yang sama, namun tak mungkin bisa memiliki konsep yang sama. Satu konsep atribut unik khusus hanya untuk satu individu, jika satu konsep atribut dimiliki lebih dari satu individu maka konsep itu bukan lagi disebut atribut tetapi elemen (baca ‘Elemen’). (Baru) Dunia semu; Dunia imitasi dari sebuah dunia nyata. Dunia semu sering dinamai dengan tambahan ‘faux’ di depan nama dunia nyata yang diimitasi. Contoh - Asgard menjadi Faux-asgard. (Baru) Elemen; Konsep yang digunakan individu saat menggunakan otoritasnya yang telah dianggap konkret, bukan lagi abstrak. Berikut elemen dengan pengguna terbesar di Bumi:(1) Alam atas; ‘Tak bisa diperkirakan.’(2) Alam tengah; Mental dan Ind
Aku akhirnya mengusir adikku pulang ke London dan menahan Brian untuk menginap di rumahku. Oh, tentu saja ayah protes karena dia tak mengenal Brian. Tapi aku mengabaikannya dan mengancam aku akan kabur ke London kalau dia masih melarangku ini itu.“Dia memanipulasi emosiku.”Tanpa tahu malu aku membela diri di depan Brian yang auranya langsung berbeda ketika hanya tinggal kami berdua. Karena aku tahu dia tak benar-benar marah padaku terkait insiden malaikat sinting itu walau sekarang seluruh tubuhnya berkata, “Aku marah.”Dia hanya menggumam tak jelas sambil menonton kartun Spongebob Squarepants yang sedari tadi masih terputar sejak adikku pergi. A
Aku mengalihkan topik. “Apa kau tahu identitas Anastasia Solovyova?” “Fisikawan jenius itu? Bukannya dia juga penjelajah dimensi?” Brian melirikku sesaat sebelum kembali fokus ke layar yang menampilkan adegan Tuan Krab sedang mandi uang. Untung saja dia tak melihatku yang keringat dingin. Mengerikan, menyebut namanya saja aku ditekan dunia separah ini. Padahal kami masih berada di dalam pelindung yang dibuat Brian. “Aku tahu namanya dari seseorang di Pseudotopia.” Aku mendekatkan mulutku ke telinganya. “Dia sekarang seorang penjelajah dunia.” “Kau gila?!” Dia tiba-tiba meneriakku. Aku hampir saja jantungan. Apa dia tak bisa bicara lebih santai? Kan aku juga jadi ikutan emosi. Sambil menenangkan jantungku yang berdetak cepat, aku menatap Brian dengan ekspresi ingin menangis. “Dengarkan dulu, sialan.” Aku mencomot kacang panggang yang tinggal sedikit itu dan lanjut bicara sambil mengunyah. “Dia kehilangan identitasnya bukan karena diusir tapi dia sendiri yang
Beberapa jam setelah insiden itu, Brian yang mengotot menjagaku di samping kasur. Karena aku menolak keras dia membawaku ke rumah sakit—lagi pula itu kondisi yang tak bisa diatasi oleh dokter biasa. Lalu diseret ayahku keluar dan diancam habis-habisan. Ini pertama kalinya keberadaaan ayahku itu ada gunanya. Jadi aku senang-senang saja menyapa ayahku, yang tentunya membuat ayahku semakin tinggi dagunya saat mengancam Brian. Aku hanya senyum saat Brian menatapku lama. Tahu kan rasanya saat kita bertatapan dengan mayat yang matanya terbuka lebar? Itulah yang kurasakan saat bertatapan dengan Brian. Bisa dibilang, sangat sulit membuat senyumanku terlihat natural di hadapannya. “Aku akan mengecek lagi besok.” Untung saja dia tak bilang apa-apa pada ayahku apa yang terjadi padaku, aku tak ingin situasinya menjadi lebih kacau. Pada akhirnya dia hanya bisa kembali ke kamar tamu dengan wajah kosong. Lalu aku membuka jendela kamar dan mendapati angin sejuk bertiup, membuat rambu
Aku keluar diam-diam saat melihat sebuah taksi yang memasuki kawasan perumahan. Itu bukan hal yang mudah, karena aku bukan asasin. Jantungku berulang kali ingin lepas karena berbagai macam suara yang muncul entah dari mana itu. 'Cath, aku di depan.' “Tunggu sebentar…” bisikku perlahan sambil membuka kunci pintu depan. Klik. Jantungku kali ini benar ingin lepas karena suara kunci terbuka. Tapi aku memberanikan diri untuk mengayunkan gagang pintu. Klak. Kriekk. …Rumah mahal macam apa punya pintu bersuara nyaring seperti ini! Padahal biasanya aku tak pernah mendengarnya berbunyi saat dibuka. Aku yang pengecut ini tak berani menutup pintu dan membiarkannya saja terbengkalai. Lari secepat kilat ke gerbang depan. Tak lupa memastikan Nanda lah orang yang keluar dari taksi. “Nanda?” “Ini aku.” 'Ini aku.' Aku juga mendengar suaranya di telepon. “Oh, tunggu sebentar.” Tahu kalau tak ada gunanya aku bergerak pelan-pelan, aku tak peduli jika aku membuka gerbang secara berisik
“Ayo kuantar ke sekolahmu.”Itulah yang kudengar saat aku keluar dari kamar hendak ke dapur. Dengan rambut berantakan, belum mandi. Aku kelepasan menguap dan melihat Brian dari sudut mataku. Bukannya aku malu karena dia yang tiba-tiba muncul di depan kamarku, hanya agak kaget.“Buat apa kau berdiri di sini sepagi ini?”Aku mendahuluinya dan menuju dapur. Melihat kotak bekal di atas meja telah menghilang, sepertinya ayahku berangkat pagi lagi. Brian mengikutiku di belakang lalu duduk di meja makan. Tak lupa menuang air untuk dirinya sendiri seolah ini adalah ruma
Aku melamun di bangku halte bus ketika sebuah taksi berhenti persis di depanku.Mau tak mau aku terbangun dan menatap pintu belakang taksi yang perlahan terbuka dan menampilkan sosok Nanda dengan jaket tebalnya.Membuatku jadi merasa dingin dan sensitif pada angin yang berhembus.Aku mengeratkan jaketku sendiri saat menyapanya.“Kau datang?”Dia berdiri di depanku dengan mata yang terus-terusan naik turun seolah mencari sesuatu dari penampilanku.Tanpa sadar aku kembali memikirkan seperti apa penampilanku saat keluar tadi.“...Kau tak apa-apa. Syukurlah.”'...Kau
Catatan untuk pembaca sebelum memutuskan membaca cerita ini: Akhirnya 30k kata tercapai juga… Karena itu aku buat catatan ini sebagai panduan dalam bentuk QnA untuk pembaca, cerita macam apa sih “Cara Berhenti Menyukai Gebetan dalam 1 Bulan” (CBMGSB) ini. _______________ Q: Kenapa judulnya CBMGSB padahal sampai bab 40an lebih ML-nya aja masih belum ketahuan?! A: Aku gak bisa kasih tau ‘kenapa’ karena itu spoiler di chapter mendatang tapi CBMGSB itu dikutip dari plot yang akan datang yang aku gak yakin kalian masih sanggup nunggunya karena romansanya baru mulai muncul di chapter … sangat jauh. Jadi kalian yang mau baca cerita ini karena tertarik romansa ringan, mikir-mikir dulu deh. Q: Ini kenapa tiap mau menyentuh konflik cerita, MC-nya malah pindah dan ganti konflik lagi? Cerita macam apa ini?! A: Gimana ya ngejelasinnya… Anggap aja cerita yang biasa kalian baca itu kaya garis lurus dengan dua titik, awal dan akhir. Dari awal perkenalan atau langsung konflik lalu bergerak menuju