Share

Chapter 2

Ara melangkah kakinya menyusuri koridor universitasnya. Jam sudah menunjukkan pukul dua sore. Beberapa mahasiswa ataupun mahasiswi sudah beranjak pulang.

Hal itu membuat suasana universitas nya terasa berbeda daripada biasanya. Sedangkan Ara harus mengambil sebuah buku di lokernya untuk materi tugas terbaru untuk besok.

Setelah itu Ara harus segera kembali ke tempat kerjanya. Weekend supermarket biasanya ramai dan Cole tidak akan senang jika Ara ijin terlalu lama

Jadi Ara harus segera bergegas dan belajar dengan giat. Beberapa bulan ke depan Ara sepertinya dirinya tidak akan sendiri lagi.

Perutnya akan semakin membesar dan ada seseorang yang harus dihidupinya. Selama bertahun-tahun terakhir Ara hidup sebatang kara tanpa kehadiran keluarga.

Kedua orangnya meninggal dalam kecelakaan beberapa tahun yang lalu. Sedangkan Ara adalah anak tunggal yang di titipkan pada bibinya.

Semenjak kehadiran Ara di dalam keluarga Bibinya. Keluarga mereka semakin tidak beraturan. Bukan masalah ekonomi.

Melainkan anak tunggal mereka, Lenny merasa tersaingi dengan kehadiran Ara. Jadi setelah setahun tinggal bersama dan Ara mendapatkan legalitas.

Bibinya menyuruhnya untuk keluar demi kebaikan keluarganya. Jika kalian berpikir bibinya mengusirnya dengan cara kasar kalian salah.

Adik perempuan ayahnya itu sebenarnya ingin agar Ara diberikan tempat tinggal di samping rumah mereka saja.

Setidaknya mereka terpisah rumah tetapi bibinya tetap bisa memantaunya. Tetapi Ara cukup tau diri jika hal itu akan semakin membuat semuanya runyam.

Jadi Ara memilih untuk pergi dan hidup secara mandiri. Bibinya yang memang tidak punya pilihan lain mau tidak mau menyetujuinya.

Hal yang membuat Ara begitu terkejut adalah ternyata kedua orang tuanya meninggalkan warisan yang cukup banyak. Setidaknya mampu membiayai hidupnya sampai lulus kuliah tanpa bekerja sama sekali.

Bibinya menyimpan hal itu hingga Ara mampu untuk menerima dan mengelola semuanya. Ara berpikir jika kedua orang tuanya tak meninggalkan apapun untuknya.

Tetapi semua itu langsung terpatahkan dan membuat Ara semakin merasa kehilangan. Tetapi Ara sudah menerima semuanya dan hidup layaknya orang biasanya.

Ara yang sibuk dengan pikirannya sendiri tak menyadari jika ada seorang pria yang berjalan di depannya. Hal itu membuat tubuh Ara langsung menabrak pria itu.

Ara hampir saja terjatuh jika pria itu tidak memegang lengannya. Pria dengan kacamata dan juga topinya itu terlihat kaget.

"Maaf tidak sengaja" ucapnya dan Ara menggelengkan kepalanya.

"Tidak aku yang minta maaf" ucap Ara canggung dan pria itu hanya menganggukkan kepalanya pelan.

Pria itu membalikkan badannya dan berjalan kearah berlawan dengan Ara. Sialan! Bagaimana bisa Ara melakukan hal bodoh.

Ara mempercepat langkah kakinya untuk segera sampai ke tempat lokernya. Menyelesaikan segala tugasnya hari ini.

*-*-*-

Ara mendudukkan tubuhnya di meja yang sudah berisikan Dave dan juga Frank. Mereka semua sedang menunggu Clark. Perempuan itu sedang membeli minum

Suasana cafetaria sedang sepi hari ini karena memang hanya jurusan tertentu yang disuruh untuk masuk. Ara menghela nafasnya dan menatap perutnya yang masih rata di balik bajunya.

Hal itu tak luput dari pandangan mata Frank. Melihat wajah Ara yang berubah Frank memajukan badannya dan menepuk pelan pundak Ara.

"Apa yang kau pikirkan?" Tanya Frank dan Ara menatapnya.

Dave yang melihat hal itu ikut menatap tanpa mengatakan apapun. Hingga Clark datang dan memberikan mereka minuman.

Clark memberikan susu hamil berukuran ekonomis sekali minum untuk Ara. Dengan tertegun Ara menatap kotak susu yang ada di tangannya ini.

Susu hamil yang akan diminumnya untuk jangka waktu yang cukup lama 9 bulan. Seluruh hidupnya akan berubah dimulai dari test kehamilan beberapa hari yang lalu.

Dirinya tidak akan sebatang kara lagi. Akan ada bayi mungil yang mungkin akan mewarnai harinya ketika dia lahir di dunia ini.

Tetapi Ara cukup tau jika semuanya tidak akan semudah itu. Memiliki anak bukanlah perkara yang mudah. Apalagi umurnya masih 22 tahun.

Bahkan Ara tak berpikir jika dirinya akan dihadapkan dengan permasalahan seperti ini. Seharusnya juga Ara tidak sampai melakukan hal ini.

Ara saja masih bingung hingga sekarang. Ingatannya tidak ada tentang bagaimana dia bertemu dengan pria itu. Pria yang bahkan wajahnya sendiri tidak diingat jelas oleh Ara.

Ini tidak akan mudah dan sepertinya tidak akan pernah mudah. Ara bahkan pernah mendengar jika menjadi orang tua lengkap saja susah. Apalagi jika dirinya harus berdiri sendiri seperti ini.

Dengan helaan napas yang sangat berat Ara menatap ketiga temannya yang ternyata sejak tadi juga menatapnya. Namun Ara terlalu sibuk dengan lamunannya sampai lupa akan hal itu.

"Sepertinya aku akan menggugurkannya"

*-*-*

Di lain tempat seorang pria itu sedang memegang erat gelas berkaki di tangannya. Begitu erat jika dan mungkin saja akan pecah jika di pegang dalam jangka waktu yang lama.

Mendengar rekaman suara yang sangat jelas di dengarnya saat ini. Suara Ara begitu terngiang di ingatannya.

"Menggugurkan ya" bisik Pria itu dengan nada yang begitu dalam dan penuh amarah.

Axton Ellard G.

Pria pemilik perusahaan hotel bintang lima dan juga beberapa kasino mewah di Las Vegas. Di dunia malam namanya sangat terkenal.

Semua orang pasti akan mengerti dengan Mr. Ellard yang selalu diagung-agungkan dewa dunia malam. Tempat hiburan yang dibangunnya selalu sukses dan menjadi favorit untuk menghabiskan malam.

Tak hanya itu segala fasilitas mampu menyuguhkan apa yang diimpikan semua orang. Mampu membuat semua orang terpukau dan merasa puas.

Dengan kekayaan yang tidak perlu di tanyakan lagi. Memiliki usaha Kasino di Las Vegas saja sudah mampu menghidupi anak cucunya.

"Maaf, Mr. Ellard. Bukankah itu lebih baik daripada janinnya dipertahankan ?" Ucap pria yang sejak tadi memang berdiri di depannya

Mendengar percakapan yang keluar dari alat perekam yang sudah di selipkan anak buah Axton pada Ara. Bahkan sepertinya Ara tidak tau jika dirinya sudah disadap.

Axton menatap Luc yang merupakan anak buahnya dengan tatapan datar. Luc hanya diam saja dan menunggu apa yang akan dikatakan oleh bos besarnya.

Hanya Luc saja yang berani untuk berdiri di depan Axton tanpa harus pingsan. Luc sudah menjadi tangan kanan Axton selama sepuluh tahun.

Pria berusia 35 tahun itu merupakan atasan yang sangat loyal dengan siapapun yang berani loyal dengan pria itu.

Tetapi Luc juga tau jika bosnya ini bukanlah orang yang lemah lembut. Bahkan Axton sama sekali tidak pandang bulu jika memang ingin menghancurkan seseorang.

Tidak ada kata ampun.

"Dia bukan janin. Dia anakku, Luc" ucap Axton mantap yang membuat Luc terlihat terkejut bukan main.

Ucapan Axton menandakan jika pria itu menerima kehadiran bayi ini. Semua orang tau jika Axton sama sekali tidak berniat menikah ataupun memiliki anak.

Namun beberapa bulan yang lalu Axton kehilangan kontrol dan memilih bermalam dengan perempuan yang baru ditemuinya.

Jika Axton ingin melampiaskan hasratnya. Axton lebih memilih untuk 'memesan' terlebih dahulu. Memastikan segala hal dengan pasti.

Namun perempuan mungil yang memeluknya kemarin sukses membuat Axton seperti kehilangan arah dan kontrolnya.

Berakhir dengan Axton yang menyeret Ara untuk naik ke atas ranjangnya. Jangan bertanya kenapa Axton melakukan hal itu karena memang Axton sendiri tidak tau tentang hal itu

"Bagaimana jika sampai ayah anda tau ?" Ucap Luc yang membuat Axton menatap Luc sekali lagi dengan tatapan yang lebih dingin.

"Pria itu tidak akan tau"

Axton berdiri dari kursi kekuasaannya dan membuat Luc memundurkan langkahnya bersiap akan mengikuti segala perintah Axton

"Kita pergi menjemput perempuan itu. Aratha Casabelle"

Axton menatap sebuah map terbuka yang menampilkan sebuah profil dengan beberapa foto tentang sosok Aratha Casabelle atau Ara.

*-*-*

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status