Share

Casabelle
Casabelle
Penulis: Ififah75

Chapter 1

Ara membuka matanya ketika hawa dingin menerpa kakinya. Ara mengernyitkan keningnya karena merasa terganggu hawa dingin tersebut.

Secara refleks Ara menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Tetapi ketika merasakan jika tubuhnya polosnya tergeser dengan selimut Ara langsung membuka matanya.

Keterkejutan seakan-akan menyadarkannya saat ini.

Suasana yang sangat asing yang dilihatnya langsung membuat Ara mendudukkan tubuhnya. Dengan cekatan Ara menahan selimut yang melorot menunjukkan tubuh telanjangnya.

Ara mengalihkan pandangan mata dan terfokus pada kasur sampingnya.

Seorang pria asing berada di samping hanya dengan celana pendek super ketatnya. Terlihat tidur dengan lelap dengan pose layaknya Seorang model telanjang.

Otak Ara langsung memproses semuanya dan tentu saja Ara bukanlah gadis bodoh yang tidak tau apa yang baru saja dilakukannya.

Tidak ada pikiran positif ketika menemukan tubuhnya telanjang dengan pria yang tidur di sampingnya.

Bahkan jawaban Positif saja tidak ada di pikiran Ara saat ini. Ara menyibak selimut dan menemukan sebuah tanda yang membuat hatinya semakin mencelos. Darah.

Ara menepuk kepalanya beberapa kali dan menyumpah serapah memaki dirinya sendiri.

Ara mencari jam dan tak menemukan apa yang dicarinya. Pandangan yang dilihat saat ini hanya pakaian yang tergelatak di lantai.

Bahkan tas dan juga ponselnya berakhir naas di lantai dingin. Ara menghela nafas dan memilih beranjak.

Ara berusaha turun dari ranjang dengan perlahan dengan membawa selimut di badannya. Sesekali Ara menoleh kebelakang ketika mengambil bajunya.

Memastikan jika pria itu tidak bangun sama sekali. Wajah pria itu sangat asing baginya dan bahkan seperti Ara tidak ingat jika berbicara dengan pria itu saat di Club

Ya pastinya mereka bertemu di Club kemarin sebelum berakhir di ranjang berdua seperti ini.

Ara segera mengenakan bajunya dan mengambil tas dengan barang-barangnya secara cepat. Ara menendang celana bahan yang menyangkut di sepatunya dengan kesal.

Tak lupa Ara juga mengacungkan jari tengahnya pada celana itu sebelum berbalik memilih keluar dari kamar hotel yang menampungnya semalam.

Dibukanya ponsel yang menampilkan pukul 9 pagi. Tidak ada pesan ataupun telfon dari teman-temannya. Bagaimana bisa mereka tidak mencarinya selama Ara menghilang semalaman.

Namun gambar pesawat di ujung ponselnya menjawab segala pertanyaan Ara. Ara mengumpat pelan dan segera mengaktifkan ponselnya sambil menunggu pintu lift terbuka.

Dentingan lift bersamaan dengan puluhan pesan masuk ke dalam ponselnya. Tentu saja semua pesan dari teman-temannya

Ara menekan kontak nama Clark dan deringan pertama temannya itu langsung mengangkatnya. Bahkan Ara juga mendengar helaan nafas lega dari seberang sana sebelum suaranya menyapa.

"Astaga! Kau darimana saja ? Kami mencarimu" Tanya Clark yang membuat Ara menghela nafas dan menekan tombol lantai lift.

"Ceritanya panjang. Kau dimana ?" Ucap Ara sambil berjalan keluar dari lift ketika pintu terbuka dan Lobby hotel super mewah langsung menyambutnya

Tetapi ini bukan saatnya Ara mengagumi interior gedung ini. Saat ini yang penting adalah Ara kembali dan bertemu dengan teman-temannya.

"Bandara! Hari ini kita balik ke London. Kami masih menunggumu, kopermu sudah kubawa ke Bandara. Dua jam lagi kita berangkat, Ra" ucap Clark yang membuat Ara mengumpat sekali lagi.

Entah berapa banyak dosa yang sudah dilakukannya dalam kurun waktu satu hari. Bahkan kata-kata mutiara yang jarang sekali keluar dari mulutnya sudah meluncur dengan mudah hari ini.

"Ok, aku langsung ke bandara saja" ucap Ara sambil keluar dari Lobby dan menatap sekitar.

Suasana di sini masih cukup lenggang. Mungkin karena masih pagi dengan efek tahun baru yang baru saja mereka rasakan sekarang.

"Kau dimana ?" Tanya Clark yang terlihat gusar.

Ara menoleh dan menatap sebuah patung yang sangat besar disampingnya. Ara mengernyitkan keningnya heran.

"Mesir ?" Gumam Ara dengan tololnya dan suara makian Clark terdengar.

Demi tuhan! Di hadapannya saat ini bangunan ini berbentuk Piramida. Dengan patung ciri khas dari negara Mesir. Ara tidak mengarangnya.

"Kau gila ?" ucap Clark dan Ara menggelengkan kepalanya yang tentu saja temannya tidak akan melihatnya.

Bagaimana bisa dirinya berakhir di tempat seperti ini. Di lihat dari segi manapun hotel ini bukanlah hotel harga murah. Kesan mewah terlihat jelas di bangunan hotel ini.

Biarkan pria itu yang membayarnya. Ya pria sialan yang bisa-bisanya tidur dengannya tadi malam. Memang sial hidupnya.

"Oh kau sepertinya di Luxor hotel. Itu hotel terdekat dengan Club kemarin kata Dave" ucap Clark dan sebuah suara dari speaker terdengar samar-samar dari telfon di seberang sana.

"Kita bisa bicara nanti lagi. Sekarang panggil taksi dan ke bandara sebelum kau ketinggalan" 

*-*-*

Ara mendudukkan tubuhnya di salah satu kursi ruang kelas dan beberapa temannya langsung menatap kedatangannya.

Mereka menatapnya seakan-akan Ara adalah manusia antah berantah yang muncul ke permukaan.

Mungkin mereka sedang melihat wajah Ara yang memang terlihat pucat dari pagi. Menyebalkan sekali menjadi pusat perhatian semua orang.

"Apa ?" Ucap Ara saat Dave terlihat menggelengkan kepalanya.

"Kau baik-baik saja ?" Tanya Dave dan Ara menganggukkan kepalanya ragu.

Dirinya sedang tidak baik. Selama semalaman penuh Ara merasa badannya tidak enak dan perutnya terus saja mual.

Kemungkinan akibat kecapekan saja. Sepulangnya dari Las Vegas Ara langsung bekerja full time untuk menggantikan temannya.

Hari-harinya super sibuk di penuhi dengan kuliah dan juga kerja. Beberapa kali Ara sering melupakan jam makannya sepertinya penyakit lambungnya kumat.

Tetapi apakah semua temannya melihat perubahannya. Bahkan saat ini Clark terlihat memincingkan matanya menyelidik.

"Sepertinya kau kurang asupan. Bagaimana jika kita ke Club dan bersenang-senang" sahut Frank dan Ara memutar matanya.

Temannya yang satu itu, sangat suka sekali menghambur-hamburkan uang. Tidak salah juga lagian Clark dan Frank dari keluarga kaya raya.

Sikap Clark dan Frank sangat jauh berbeda. Walaupun mereka kembar Clark selalu saja tidak setuju dengan segala sifat Frank. 

Bahkan saat ini Clark sudah menoyor kepala Frank dengan keras. Temannya itu terlihat sebal menatap Clark yang dengan tega menganiayanya.

"Itu asupanmu!" Sindir Clark dan Frank hanya menjulurkan lidahnya mengejek saudara kembarnya itu.

Suara tepuk tangan membuat semua orang menoleh dan menemukan Professor yang akan mengajar hari ini.

"Lanjut nanti di apartemen ya" ucap Dave dan semua orang mengangguk termasuk Ara.

*-*-*

Ara mendudukkan tubuhnya di sofa dengan menatap ponselnya yang menyala tanpa melakukan apapun. Sangat terlihat jika Ara sedang melamun dan memikirkan sesuatu.

Hal itu tak luput dari pandangan mata Clark yang membuat perempuan yang awalnya sedang menjadi juri pertandingan Dave dan Frank memilih beranjak.

Clark duduk di samping Ara yang membuat Ara menoleh dan menatapnya. Ara berusaha mengalihkan perhatian seakan dirinya sedang sibuk dengan ponselnya.

Padahal Clark sendiri tau jika Ara jelas-jelas sedang melamun.

"Ada masalah apa sih ?" Bisik Clark yang membuat Ara menatapnya lama.

"Keknya gue hamil deh" jawab Ara yang membuat Clark melototkan matanya kaget.

"Seriusan ?" Ara menganggukkan kepalanya dan juga menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Gue nggak tau. Tapi tanda-tandanya begitu" ucap Ara dan Clark mengigit bibirnya.

Clark adalah satu-satunya sahabat yang diceritakan Ara secara jelas apa yang terjadi di malam itu. Walaupun yang diingat Ara hanya pagi saat dirinya terbangun disamping pria itu.

Bahkan pria yang tak diingat wajahnya oleh Ara saat ini. Ara berpikir jika tidak berguna juga mengingat-ingat wajah pria itu.

Bukankah itu hanya kesalahan satu malam saja. Tidak perlu di ingat-ingat dan lagipula jarak Las Vegas dan London sangat jauh.

Jika terjadi sesuatu dengan dirinya. Tentu saja Ara tidak mungkin mencari pria itu.

"Lo bilang lihat cairannya di perut Lo" ucap Clark lagi dan Ara menganggukkan kepalanya.

Ara memang menemukan cairan yang ya kalian Taulah di atas perutnya saat dia memakai baju. Hal itu yang membuat Ara yakin jika semuanya akan baik-baik saja.

Pria itu tidak membuangnya di dalam.

"Kita tidak tau itu ronde ke berapa" Sahutan Dave sukses membuat Ara dan juga Clark menoleh kaget.

Tak menyangka jika dua laki-laki itu sudah berdiri di samping mereka berlagak seperti sedang mengamati sesuatu. Bahkan tangan Frank sudah berada di dagu terlihat berpikir.

Ternyata sejak tadi Dave memilih untuk mematikan permainan mereka dan mengajak Frank untuk menguping.

Dave melihat jika obrolan Clark dan Ara terlihat serius serta berusaha ditutupi. Mereka semakin penasaran apalagi dengan perubahan sikap Ara yang sangat berbeda daripada biasanya.

"Ya benar. Bisa saja itu ronde ke 1 atau 2 di dalam. Lalu Ronde ketiganya di luar. Pasti gol dong" ucap Frank sambil menaik turunkan alisnya menatap Dave.

Hal itu tidak membuat Ara bukannya mereka lega tetapi semakin merasa down. Ara memegang keningnya dan memikirkan semuanya.

Dave memilih beranjak pergi tanpa mengatakan apapun dengan kembali membawa tiga kardus kecil. Lalu menyodorkannya pada Ara.

"Coba nih testpack" ucap Dave yang membuat semua orang langsung menatapnya horor.

"Lo cek kehamilan ?" Tanya Clark yang membuat Dave mendengus.

"Punya pacar gue" ucap Dave yang membuat semua orang menganggukkan kepalanya paham.

"Kalau hamil beneran gimana ?" Bisik Ara yang membuat Dave memutar matanya jengah.

"Tenang ada kita" jawab Dave dan mata Ara langsung berkaca-kaca mendengar jawaban Dave yang sangat mantap.

Ara mengambil ketiga kotak itu dan berjalan menuju toilet di apartemen Dave ini. Membuat ketiga temannya menunggu dengan hati yang sangat gelisah.

Bahkan Frank terlihat mondar - mandir seperti seorang suami yang menunggu istrinya lahiran. Hal itu membuat Clark kesal dan Dave hanya menghela nafas melihat pertengkaran dua saudara itu.

Hingga suara pintu terbuka membuat ketiga orang itu langsung berhenti dan menegakkan tubuh mereka. Siap mendengar jawaban apa yang akan disampaikan Ara.

Ara yang hanya diam saja membuat Clark langsung memajukan badannya dan mengambil alih benda pipih di tangan Ara. Di lihatnya hasil tersebut yang membuat Clark melebarkan matanya.

Tanpa mengatakan apapun Clark maju dan memeluk Ara yang sudah menangis. Tanpa kata-kata kedua teman pria nya itu tau hasil apa yang mereka dapat hari ini.

*-*-*

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status