Aku membuka mataku dan terbangun.Dengan sontak, aku membuka mataku lebar-lebar, dan menduduki kasur.Cedric?Apa yang sudah dia lakukan di kasur ini? Apa aku telah tertidur bersamanya?Aku diam mematung menatapnya, sampai dia mulai membuka matanya.Berbeda denganku, dia tampak berbahagia sekali di pagi ini.Dia tersenyum, kemudian beranjak duduk. "Selamat pagi, Jane." Dia mengusap pipiku. Namun, aku menepisnya."Pagi yang indah." Dia merenggangkan kedua tangannya ke atas.Aku mengerutkan dahi, melihat tingkah Cedric yang aneh."Aku senang jika penglihatan pertamaku di pagi hari adalah dirimu. Akan lebih indah jika kau tersenyum bukan memasang wajah yang seperti itu."Dia tersenyum licik."Tidak masalah, aku tetap menyukaimu."Aku beranjak dari kasur, kemudian membuka jendela. Udara pagi hari sangat segar, jadi lebih baik aku menghirup udara pagi ini dan menikmatinya. Aku menutup mataku, dan membiarkan cahaya matahari menyinariku serta angin menyapu seluruh wajahku.Cedric memelukku d
Badanku terguncang-guncang mengikuti arah jalan yang membuatku terbangun. Apa aku bermimpi tadi?Aku menarik napas yang dalam lalu terbangun, nyawaku seperti bangkit kembali. Setelah itu aku terbatuk-batuk, tenggorokanku terasa gatal. Mungkin karena sisa asap yang masih membekas di tenggorokanku. Menyadari hal ini, berarti kejadian itu bukanlah mimpi.Setelah seluruh anggota tubuhku tenang, lalu hidungku menghirup udara bersih yang cukup, dan mulutku menghentikan batuk. Aku melihat sekitar, bahwa aku sedang berada di dalam kereta kuda dan di hadapanku terdapat seorang laki-laki yang berumur sekitar pertengahan 40-an. Dia memiliki kumis berwarna coklat, dan jenggot panjang berwarna yang sama. Rambutnya panjang dan ikal. Dengan penampilan seperti itu, dia membuatku ketakutan. Tatapannya tidak berhenti menatapku."Sudah aku katakan jika kau akan aman berada di sana," ucapnya sambil menyilangkan kedua tangannya di dada. Kemudian dia bersandar dan mengubah posisi duduk menjadi lebih santai
Seseorang datang untuk memeriksa kondisiku. Dia seorang wanita paruh baya berpenampilan rapi. Aku bisa menilai jika wanita ini hampir mirip dengan Philip. Dia memiliki aroma yang menyengat, kadang aku merasa pusing tapi di saat yang lain aku merasa nyaman. Aku tidak tahu aroma apa yang dimiliki wanita ini. Tangannya meraba-raba tubuhku, memeriksa jika aku memiliki luka bakar ataupun luka yang lain. Lalu dia memeriksa mulutku, kemudian menyinari cahaya ke arah mataku menggunakan alat kecil yang mudah di genggam.Aku menyesal telah mengatakan bahwa aku tidak enak badan. Maksudku hanya untuk sebagai alasan agar aku tidak ikut acara makan atau perkumpulan dengan orang-orang ini. Namun, raja tua itu malah mengirim seorang wanita untuk memeriksaku. Benar-benar merepotkan."Sudah selesai, kau tampak baik-baik saja Mungkin karena efek yang ditimbulkan masih terasa, sehingga badanmu masih merasa lelah. Bergeraklah, itu akan terasa jauh lebih baik. Otot-ototmu butuh peregangan agar tidak kaku,"
Seorang pelayan berlari dengan kencang saat melihatku, kemudian dia membungkukkan badannya di hadapanku, napasnya tersenggal-senggal dan dia sedang berusaha mengatur napasnya agar kembali teratur.Dia adalah seorang pelayan yang bersamaku tadi. Mungkin saja dia mencemaskanku dan berlari mencariku.Dia masih mengatur napasnya untuk berbicara denganku. "Nona." Dia mengehentikan perkataannya, karena napasnya belum teratur."Maafkan aku, aku hanya perlu ke kamar mandi karena perutku sedang tidak enak," ucapku bohong.Aku sangat yakin jika dia ketakutan kehilangan diriku. Aku penasaran, bagaimana jadinya jika pada saat itu aku langsung kabur? Apakah dia akan diberhentikan dari pekerjaannya? Atau? Entahlah. Yang jelas aku sudah menolongnya saat ini.Kami tiba di ruang makan. Di sana sudah ada beberapa orang termasuk Sofia. Dia tidak menatapku sama sekali saat aku tiba di sini, aku yakin dia sedang berpura-pura dalam menjaga sikap. Jika semua org menghilang dari sini, aku akan tersenyum meli
"Jane." Williams datang mengenakan mantel serba hitam.Dia berjalan ke arahku, dan memberikan sebuah mantel untukku. "Udara malam ini akan sangat dingin, kau perlu mengenakan mantel ini."Selagi aku memakaikan mantel. Williams melanjutkan pembicaraannya, dia berkata, "Aku akan mengantarmu ke Kastil Burchard."Aku panik! Tubuhku memanas seketika. Rasa dingin dari udara malam ini menjadi tidak terasa di seluruh badanku, padahal aku baru saja memakai setengah bagian dari mantel ini. Aku tidak tahu harus menjawab apa dari perkataan Williams? Sedangkan Kastil Burchard bukan tujuanku. Tujuanku adalah pergi dari sini meninggalkan mereka berdua, dia dan Tom.Jika kami pergi menggunakan kuda yang berbeda, akan lebih mudah untukku kabur darinya. Namun, jika sebaliknya. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan? Tidak mudah memikirkan alasan di saat seperti ini. Meskipun dia tidak tahu jika aku baru saja meninggalkan Tom. Dia tidak akan mengizinkanku pergi, selain ke Kastil Burchard. Sebaliknya,
Kedua tanganku kini terikat. Badanku terasa dibawa oleh sesuatu. Aku terbangun, tapi aku tidak bisa melihat sama sekali. Di sini sangat gelap. Kepalaku masih tertutup suatu kain. Badanku terguncang, mengikuti arah jalan. Aku yakin sekarang. Seseorang membawaku menggunakan kereta kuda.Kini aku sadar apa yang telah terjadi."Williams?" ucapku dengan nada bergemetaran, mengingat kejadian sadis waktu itu. Aku berharap jika Williams benar-benar—Tidak. Tidak mungkin kan? Seharusnya Williams baik-baik saja di sana.Aku menangis mengingat kejadian itu. Seharusnya Williams tidak bersamaku, seharusnya Williams tidak membantuku. Seharusnya aku menuruti permintaan ayahnya, seharusnya aku menikah dengannya. Seharusnya aku tidak membunuh temanku sendiri. Aku telah membunuhnya, padahal dia adalah penyelamat di saat hidupku hampir berakhir. Namun, aku sendiri yang mengakhiri hidupnya. Memang sudah saatnya aku harus menyalahkan diriku sendiri.Kereta kuda berhenti.Seseorang membukakan pintu kereta
Aku mendengar keributan di sekitar sini, suara langkah kaki terdengar begitu jelas. Aku membuka mata. Ternyata aku telah tertidur. Bisa-bisanya aku tertidur di saat Williams sudah pergi.Seseorang dipaksa untuk masuk ke ruang tahanan yang berada tepat di depanku. Dia sepertiku. Siapa dia? Ada masalah apa? Ketika Para Prajurit itu mengunci jeruji besi dan hendak pergi, sosok laki-laki itu mulai membalikkan badan. Tangannya terikat sama sepertiku, dia mulai menegakkan kepala.Philip?Segera aku mendekatinya. Tanganku menggenggam erat jeruji besi ini.”Mengapa kau berada di sini? Bagaimana bisa kau ditahan seperti ini? Apakah kau ditangkap di kediamanmu?”Dia menatap ke arah luar berharap tidak ada prajurit yang menunggu kami di sini. Namun, tangga itu hanya terlihat oleh pandanganku. Aku menggelengkan kepala memberinya tanda bahwa di sana sedang tidak ada penjaga.”Jane. Sepertinya mereka mengetahui masa lalumu. Seperti yang kau ketahui, aku mempunyai ramuan yang bisa mengembalikan inga
Cedric tidur dengan posisi duduk, kepalanya bersandar di atas kasur, dan sebagian badannya duduk di kursi. Aku membalikkan badanku ke arahnya, dan mengusap kepalanya.Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan? Jika saja Philip bisa mengembalikan ingatanku. Tunggu! Apakah ini alasan Cedric menyekap Philip? Untuk mengembalikan ingatanku?Dia terbangun."Bagaimana keadaanmu?"Aku tersenyum. Dia senang melihatku tersenyum, kemudian dia meraih tanganku dan mencium punggung tanganku."Ternyata pura-pura tertidur itu indah ya?"Aku menarik tanganku dari genggamannya, karena kesal. Namun, dia menariknya kembali.Dia mengusap-usap tanganku ke pipinya."Seandainya aku lahir dari keturunan kastil lain, atau bahkan jika aku adalah kakaknya Tom ataupun Williams. Aku tidak akan mengalah dan tetap berjuang untuk mendapatkanmu. Andai saja seperti itu, aku tidak akan berusah payah untuk menyerahkanmu kepada salah satu diantara mereka."Aku hanya menatapnya terharu."Kau tidak boleh duduk sampai Philip