Share

8. Nasib Sial Bariqi

Elya bangun cukup pagi hari ini, gadis itu segera membersihkan diri dan melakukan kewajiban subuhnya. Setelah selesai, Elya bersenandung pelan, menyanyikan lagu-lagu cinta kesukaannya. Tadi malam memang menjadi malam yang menyedihkan untuk Elya, tapi pagi ini menjadi pagi yang indah untuk Elya. Pasalnya hari ini adalah hari selasa, dimana si bosnya jadwalnya off. Hari selasa menjadi hari yang paling ditunggu Elya selain senin. Tidak bertemu bosnya sehari sudah membuat otak Elya rasanya fres bagai healing di tempat yang indah. 

“Akhhh tidak bertemu Si Anjing yang sering menggonggong itu rasanya sangat senang,” ucap Elya menguncir rambutnya dengan rapi. Gadis itu sudah siap dengan seragam kokinya, tanpa sarapan atau memakan apapun, gadis itu segera keluar dari kamarnya. 

Mata Elya membulat sempurna saat membuka pintu, ia melihat ada dua kardus besar di depan pintu messnya. Mata gadis itu mengarah ke samping kanan. Elya terkejut melihat seorang pria tengah tidur di kursi seraya menutup wajahnya dengan topi jaket.

Tanpa menatap lebih detail, Elya sudah mengenali siapa gerangan orang yang tengah duduk di sana. Elya segera menghampiri Bariqi, gadis itu membuka topi jaket bosnya. 

“Chef, kenapa Chef tidur di sini?” tanya Elya menepuk pipi Bariqi. Tawa Elya hampir menyembur saat melihat pipi Bariqi yang merah, terlihat sekali kalau pria itu kedinginan. 

“Chef, bangun!” Elya menepuk-nepuk pipi Bariqi sedikit kencang. Bariqi tergagap bangun, pria itu dengan spontan bangun dari kursinya. Namun karena bangun tergesa-gesa, membuat peredaran darah Bariqi belum normal, alhasil pria dua puluh tujuh tahun itu limbung tepat di tubuh Elya. 

Elya tersentak, gadis itu memegangi tubuh besar Bariqi. 

“Chef, apa-apaan sih nempel-nempel,” pekik Elya mendorong sedikit tubuh Bariqi. Bariqi mengucek matanya yang masih lengket. 

“Chef kenapa tidur di depan sini?” tanya Elya. 

“Ah itu, ketiduran,” jawab Bariqi yang bagai orang mabuk berbicara ngelantur. 

“Maksudku kenapa sampai ketiduran?” 

“Tidak apa-apa. Itu ada bahan-bahan dapur buat kamu makan,” kata Bariqi menunjuk dua kardus besar. Elya mendorong tubuh Bariqi yang membuat pria itu sedikit terhuyung. 

“Kenapa kasih aku bahan makanan? Kamu mau minta maaf tentang kejadian semalam? Chef, aku beri tahu, ya. Tidak semua permintaan maaf bisa ditebus dengan materi. Semalam mulutmu itu sudah menyakiti hatiku, dan seenaknya pakai nyogok beginian. Kamu pikir aku bakal luluh? Enggak,” sentak Elya bertubi-tubi. Bahkan Elya juga menunjuk-nunjuk dada Bariqi dengan jarinya. 

“Kamu pikir aku menyuap kamu?” 

“Ya kalau bukan menyuap namanya apa? Aku gak akan memaafkan kamu. Semua kesalahanmu hari-hari lalu tidak pernah aku maafkan.” 

“Memangnya kamu pikir kamu siapa sampai aku harus minta maaf sama kamu? Itu bahan makanan bukan dariku, tapi santunan dari petinggi perusahaan untuk orang kayak kamu biar gak kelaparan,” ucap Bariqi menunjuk kening Elya dengan kencang membuat tubuh Elya sedikit terhuyung. 

“Santunan santunan, kamu pikir aku fakir miskin?” 

“Kalau bukan fakir miskin apa namanya? Semua bahan makanan kamu habis, hari gajian masih lama, sudah baik hati bos mengirim santunan buat kamu, harusnya kamu bersyukur.” 

“Aku bersyukur mendapat ini semua, yang gak bersyukur itu bahan makanannya diantar sama kamu. Najis,” pekik Elya. Elya sangat ingin memukul orang di hadapannya itu, tapi melihat pipi Bariqi yang memerah karena kedinginan pun membuat ia mengurungkan niatnya. Bagaimana pun Bariqi sudah baik hati mengirim bahan makanan meski bukan pria itu yang membeli. 

“Ayo masuk, aku buatkan minuman hangat. Tubuh kamu kayak kedinginan,” ujar Elya menarik paksa tangan Bariqi untuk masuk. 

Setelah mendorong Bariqi masuk, Elya mendorong dua kardus dan memasukkannya pula ke kamarnya. 

“Duduk di mana pun kamu mau, aku buatkan jahe anget dulu,” ujar Elya. 

“Aduh kepalaku pusing,” ucap Bariqi memegangi kepalanya. Pria itu bersandar pada pintu seraya mengerang kesakitan. 

“Hah, ada apa? Kenapa tiba-tiba pusing?” tanya Elya mendekati Bariqi lagi. Bariqi menggelengkan kepalanya, pria itu memijat keningnya dengan pelan seraya memejamkan matanya. 

“Duduk di ranjang saja,” kata Elya membawa Bariqi ke ranjang. Gadis itu sedikit menyeret tubuh besar Bariqi. Bariqi membuka sebelah matanya, bibir pria itu berkedut saat melihat raut kekhawatiran Elya. 

“Duduk sini!” titah Elya membawa Bariqi ke ranjang. Namun bukan Bariqi kalau diberi hati tidak minta jantung. Bariqi menarik kuat tangan Elya hingga gadis itu terjerembab tepat di atas tubuhnya. 

Mata Elya membulat saat merasakan bibirnya menubruk benda kenyal di bawahnya. Kini bibir Elya berada tepat di atas bibir tipis milik Bariqi. Bariqi tidak menyia-nyiakan kesempatan, pria itu menggigit kecil bibir Elya. 

Plak!

Bugh!

“Akhh!”

Bariqi terpekik kencang saat tiba-tiba Elya menampar pipinya dan meninju rahangnya dengan kuat. Elya buru-buru terbangun, sedangkan Bariqi masih mengusap rahangnya sambil telentang di ranjang. 

“Kurang ajar kamu, ya. Kamu bilang gak tertarik sama aku, tapi kamu mesumin aku. Dasar ular, tadi pura-pura sakit, saat ditolong malah mematuk,” oceh Elya mengambil guling dan memukul-mukul tubuh Bariqi dengan kencang. 

Bariqi tergelak mendengar ucapan Elya, napas Elya terengah-engah, gadis itu mengusap bibirnya dengan kasar. Karena sudah lelah, Elya membanting gulingnya ke sembarang arah. 

Bukannya pergi dari kamar Elya, atau minimal bangkit dari ranjang, Bariqi malah membuka kaosnya ke atas. Dengan isyarat matanya, Bariqi menyuruh Elya menatap perutnya. Tatapan menggoda itu Bariqi layangkan pada asisten chefnya. Melihat Bariqi yang berpose sexy bak model celana dalam, bukannya Elya terpesona, yang ada malah membuat gadis itu ingin muntah. 

“Pergi dari sini!” titah Elya pada Bariqi. 

“Katanya mau buatin jahe anget?” tanya Bariqi. 

“Tidak jadi. Kamu sudah sehat walafiat.” 

“Aku masih lemas, Elya,” kata Bariqi menarik selimut dan menyelimuti tubuhnya. 

“Gak usah pura-pura, kalau kamu masih lemas, kenapa bisa matuk bibirku, hah?” 

“Yang mematuk masih yang atas, belum yang bawah,” kata Bariqi dengan santai. 

“Bariqi Sialan!” teriak Elya dengan kencang sembari menerjang tubuh Bariqi. Pukulan, cubitan dan tamparan Elya layangkan pada Bariqi yang saat ini kuwalahan menghadang serangan Elya yang bertubi-tubi. 

Benar kan apa yang dikatakan Bariqi, Elya belum jinak. Digoda sedikit saja Elya akan menerkamnya bak singa betina, apalagi kalau nanti dikenalkan dengan ibunya, sudah pasti Elya akan lebih menyerang sampai membabi buta. 

Elya duduk di perut Bariqi, gadis itu menghajar Bariqi habis-habisan. 

Plak!

Bugh!

Jrot!

Suara tamparan, pukulan dan tinjuan mengisi ruang kamar Elya yang tidak terlalu besar itu. 

“Elya, sudah, ampun,” ujar Bariqi yang sudah lemas karena kelakuan Elya. Bariqi hanya niat menggoda Elya, tidak ada niatan lebih atau apapun. Melihat wajah Elya yang marah membuat Bariqi suka dan ketagihan menggoda gadis itu. 

Bariqi sendiri sadar kalau yang ia lakukan sudah keterlaluan karena ia lancang mencium bibir Elya. Alhasil saat ini ia berada di bawah kungkungan Elya dan mendapatkan serangan Elya habis-habisan. Tubuh Bariqi sudah sakit semuanya. Wajahnya terasa bengkak dan pinggangnya yang sakit. Namun, Bariqi tetap mengusung senyum tipisnya. Karena bagi Bariqi, lebih baik Elya yang marah seperti ini daripada menangis seperti semalam. 

“Elya, ampun.” Bariqi sudah tidak kuat, pria itu sudah lemas dan pasrah di bawah Elya. 

Melihat Bariqi yang sudah babak belur, Elya turun dari perut Bariqi. Gadis itu menjauhkan tubuhnya dengan napas yang ngos-ngosan. 

“Elya, aku butuh kamar mandi,” ringis Bariqi memegangi tubuh bagian bawahnya. Mata Elya tidak sengaja menatap ke arah sana, Elya pun segera memalingkan wajahnya. 

“Kamar mandinya kamu sudah tahu letaknya di mana, gak perlu aku antar,” ujar Elya. 

Bariqi segera ngacir turun dari ranjang dan menuju kamar mandi. Pria itu tergesa-gesa dan menutup pintunya dengan kencang membuat Elya memejamkan matanya kaget. 

Elya kesal setengah mati dengan Bariqi, ia pikir hari ini ia akan terbebas dari Bariqi, tapi ternyata masih pagi buta Bariqi sudah menghancurkan harinya. Elya bergegas menuju ke dapur kecil untuk membuatkan jahe anget untuk bosnya, agar setelah dari kamar mandi bosnya bisa segera enyah dari hadapannya. 

Di kamar mandi, Bariqi melakukan solo karir karena ular yang bawah sudah siap mematuk. Bariqi merutuki Elya yang pakai acara duduk di atas perutnya. Yang diduduki perut, tapi yang bereaksi malah dibawah perut. Pagi-pagi buta begini Bariqi sungguh merasa tersiksa, wajah dan badannya sakit semua, ditambah sesuatu yang menonjol tampak menyiksanya.

Setelah selesai dengan urusan kamar mandi, Bariqi segera keluar dan menyusul Elya di dapur. Elya sudah menyiapkan jahe anget untuk Bariqi. Saat melihat Bariqi, gadis itu menyerahkan segelas jahe anget. Bariqi menerimanya, tubuh pria itu luruh ke lantai dengan lemas. Kaki Bariqi mengakang lebar seolah pria itu benar-benar tidak punya tenaga. 

Elya memutar bola matanya jengah, pagi-pagi ia sudah dinodai dengan tingkah Bariqi. 

“Minggir!” titah Bariqi menendang kaki Elya dengan pelan.

“Kenapa aku disuruh minggir?” tanya Elya. 

“Aset masa depan kamu sudah tidur, kalau kamu tetap berdiri di situ, aku tidak bisa jamin kalau-” 

“Teruskan bicara kamu kalau mau aku injak sampai putus,” sentak Elya memotong ucapan Bariqi. Bariqi dengan sigap menutup tubuh bagian bawahnya dengan tangan. Namun saking paniknya, ia lupa kalau di tangan kanannya memegang gelas jahe anget. Alhasil air itu tumpah tepat mengenai aset berharganya. Bariqi meringis, rasanya pagi ini ia ingin menangis dengan kencang karena ke-apesan yang dia derita. 

Panas, sakit dan nyeri bersamaan. Sedangkan Elya, gadis itu tertawa terbahak-bahak karena melihat Bariqi yang apes dan tersiksa. 

“Hahahah … rasakan, itu namanya karma dibayar kontan,” ucap Elya yang tertawa dengan puas. Gadis itu terbahak-bahak sampai memegangi perutnya yang sakit karena terlalu kencang tertawa. Beda dengan Bariqi yang memejamkan matanya meratapi nasib apes yang menimpanya. Hasil mematuk bibir Elya membuatnya apes bertubi-tubi. Ular yang atas sudah senang, tapi yang bawah, harus terima nasib buruknya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status