“Pahlan Turangga…apa hubungan kamu dengan mendiang Dahlan dan kakek Turangga?” jawab Radin dengan tenang. Pahlan langsung kaget dan kini makin menatap tajam wajah Radin.“Siapa kamu sebenarnya?” Pahlan malah balik bertanya.“Dia dalah Radin Durangga, anaknya Ki Durangga!” Radin tak sempat lagi mencegah Sugada membuka identitasnya. Tiba-tiba saja Pahlan langsung menodongkan pistolnya ke kepala Radin.“Hahahaha…di cari-cari sampai saya harus gunakan jasa si dukun Kesih, kamu ternyata muncul di sini anak Ki Durangga cucunya Peter Jan Terling, kamu ternyata mengantar nyawa ke sini!”Saat itulah Pahlan menarik pelatuk pistolnya dan Radin yang sudah bersiaga sejak tadi, langsung merunduk dan berguling secara kilat dan dia berlindung di sebuah batu.Tembakan itu telak mengenai seorang warga yang berada di belakang Radin dan tak sempat menghindar.Warga tadi langsung berteriak ke sakitan
“Kamu tak usah heran siapa dia Tukur, dia adalah Radin, anak mendiang Ki Durangga, orang yang dulu pernah berjasa menolong warga kita, khususnya orang-orang tua kita. Jadi kamu jawab saja apa yang kamu tau, karena dia juga akan membantu persoalan di kampung kita ini!” Tukur langsung menganggukan kepala saat Sugada menerangkan siapa pria yang baru bertanya tadi.“Pahlan Turangga adalah orang kepercayaan pemilik perusahaan PT Energy Kalimantan Coal, yang katanya kantor induknya ada di Jakarta!”“Bapak tau siapa sebenarnya Pahlan Turangga?”“Saya tak tahu persis siapa dia sesungguhnya, dia hanya bilang tinggal di Jakarta tapi lama di Balikpapan, Kalimantan Timur. Namun saat pertama kali datang ke sini dan berkenalan dengan saya, dia pernah minta diantarkan ke rumah seorang dukun wanita, saya bersama Burga mengantarnya ke sana!” Radin mulai tertarik dan kini dia makin antusias bertanya. Tukur melanjutkan kisahnya, sesampai di rumah dukun itu dia tak ikut masuk ke dalam, dia menunggu di
Lalu ayahku dibikin tak karuan hidupnya selama bertahun-tahun karena selalu di buru-buru untuk di bunuh. Pantas saja keluarga kalian tak pernah hidup tenang, karena selalu berbuat kejahatan!” sahut Radin.“Oke sudah cukup kamu bicara Radin…selamat tinggal dan selamat berjumpa kakek dan kakaku di akhirat!” klikkk…tapi senjata Pahlan ternyata macet.Melihat hal itu, tanpa membuang waktu Radin juga mencabut pistolnya di pinggang dan duarrrr…tembakan menyalak dan tepat mengenai Pahlan.Dukun Kesih yang melihat Pahlan kena tembakan dan kini tergeletak di tanah, mengayunkan tongkatnya dan secara aneh dan ajaib, tubuh Radin, Sugada dan juga Tukur langsung terjengkang ke belakang, padahal jarak mereka hampir 10 meteran.Radin langsung merangkak bangun, yang kasihan Sugada dan Tukur yang jatuh saling menimpa tubuh satu sama lain, keduanya hanya bisa terduduk dan anehnya kaki mereka seakan lumpuh, tak bisa dibuat berdiri.Dukun Kesih mendekati Radin yang terus berusaha bangun, namun dia agak ke
“Kalian bertiga segera minum air ini, karena pengaruh santet dari Kesih masih ada di tubuh kalian!” Sugada yang baru siuman dari pingsan minum duluan, lalu diikuti Radin dan Tukur, ajaibnya tubuh ketiganya langsung seger, seolah-olah kehausan seharian hilang dalam sekejab.Kini ketiganya mengikuti langkah Marhan yang kembali mendekati jenazah Kesih. Sugada yang sudah tahu dari Radin kalau dukun Kesih adalah adik kandung dari Marhan.Kini tanpa ragu meminta maaf telah memukul punggung dukun Kesih yang menyebabkannya tewas secara mengenaskan.Marhan hanya mengangguk dan bilang sudah jalan hidup atau takdir adiknya yang meninggal dengan cara seperti itu.“Karena dalam keadaan darurat, kita boleh memakamkan jenazah Kesih ini tanpa dimandikan, langsung saja kita sholatkan dan makamkan!” kata Marhan.Sugada lalu memerintahkan Tukur mencari alat untuk menggali tanah dan dia sendiri mencari kain bersih untuk mengafani jenasah Kesih.
Radin sendiri hanya diam sambil membatin dalam hati, memuji langkah cepat Arman, yang langsung tanggap setelah dia telepon 14 harian yang lalu.“Oh ya pa Sugada, saya juga dapat perintah dari atasan saya di Jakarta, untuk mencari Bapak Radin Durangga, apakah bapak pernah melihat beliau?”“Orang yang bapak cari, nih di samping saya!” usai berucap hal itu Sugada langsung kaget, ketika Mursid terbengong dan tanpa Sugada duga, Mursid meraih tangan Radin dan menciumnya dengan sangat hormat. Dua anak buahnya yang mendampinginya pun berbuat yang sama.Ternyata Mursid sudah di beritahu, kalau orang yang bernama Radin Durangga adalah Presiden Direktur Radiw Corporation yang sedang dalam misi khusus di Kampung Dagai.Dia dapat perintah khusus untuk menjaga dan mengamankan sang big bos muda itu kalau bertemu. Kini saat bertemu langsung, tanpa ragu Mursid menunjukan rasa hormat yang luar biasa.Melihat kebengongan Sugada, serta me
Marhan yang datang bersama istri, setelah di jemput dengan mobil perusahaan, lalu di daulat Sugada untuk memimpin doa, sebelum diakhiri dengan acara makan-makan hingga berhari-hari, saking banyaknya lauk yang tersedia.Warga berebut bersalaman dengan Radin dan Sherin yang hari itu pamit kembali ke Banjarmasin lalu ke Jakarta.Sebelum naik helicopter, Marhan sekali lagi memberikan pesan-pesan khusus pada Radin dan dia minta agar berhati-hati, karena Parhan Turangga agaknya masih menjadi ancaman bagi Radin dan keluarganya.Radin dan Sherin naik helicopter ke Banjarmasin untuk mempersingkat perjalanan, sedangkan mobilnya ditinggal di mess perusahaan itu.Sebelum bertolak ke Jakarta, tentu saja Radin menemani Sherin pulang ke rumah, setelah hampir dua bulanan meninggalkan rumah.Tapi Sherin tetap intens berkomunikasi dengan orang tuanya, sehingga Darmo dan Purnama tak khawatir dengan lamanya anak gadis mereka berada di hutan rimba Kalimantan.
“Oh iyaa…kita belum kenalan, nama saya Pahlan Turangga!” pria menyodorkan tangan kanannya yang di sambut Cynthia.Cynthia sempat tercekat kaget dengan nama belakang pria yang baru dikenalnya ini. Tiba-tiba dia teringat nama salah satu musuh Radin, yakni Dahlan dan Turangga, dua beranak yang kini sudah meninggal dengan cara yang tragis.“Mungkin hanya kebetulan sama saja!” batin Cynthia.Melihat Cynthia diam, Pahlan tertawa kecil. “Kok malah bengong…kenapa dengan nama saya bu?”“Ohh maafff…nama belakang itu kayak pernah saya kenal…saya Cynthia!”“Oh yaaa….kenal di mana Bu Cynthia?”“Kan nama Turangga bukan nama yang asing, sebelumnya terkenal sebagai pengusaha papan atas di Jakarta saat masih hidup dan kini kabarnya usahanya dilanjutkan anaknya!”“Ohh pasti nama mendiang Dahlan dan Turangga yaa…benar sekali mere
“Bang…kenapa ga di kenalkan siapa dia sesungguhnya?” Cynthia menarik tangan Radin yang sudah berdiri dekat mereka.“Sherin…yang ini Cynthia…dia istri pertama abang…Cynthia, dia Sherin…istri ketiga abang!” Radin diam dan melihat wajah Cynthia serta Sherin bergantian.Sherin langsung meraih tangan lentik Cynthia dan mencium tangan putih bersih itu.“Maafkan saya ka Cynthia…telah lancang menjadi istri ke tiga abang!”Cynthia langsung tersenyum dan mengangguk-anggukan kepala tanda maklum, kedewasaannya nampak sekali melihat kelakuan Radin yang berpisah hingga 2,5 bulan.Malah datang-datang membawa istri baru yang cantik jelita dan agaknya lebih muda dari dia dan Priscilla.“Pintar sekali kamu milih istri bang…cantik dan kayaknya budi pekertinya pun bagus…aku restui yang ketiga ini…tapi bagaimana dengan istri kedua abang yang kini sedang sibuk di dapur…itu urusan abang yaaa…jangan tanya ke Cynthia!”Cynthia lalu mengajak Sherin masuk, diikuti Radin di belakang yang hanya menganggukan kepal